Pingkan Melipat Jarak adalah buku kedua dari Trilogi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono (SDD). Kisah ini masih bercerita tentang perjalanan sepasang insan manusia yang bernama Sarwono dan Pingkan, sepasang kekasih yang terpisah oleh jarak dalam buku pertamanya. Namun, kali ini, mereka dihadapkan pada ujian baru dengan sakitnya Sarwono dan kemunculan Katsuo, seorang pemuda Jepang yang menyimpan perasaan untuk Pingkan.
Buku ini lebih memfokuskan pada penggambaran Pingkan dan perasaannya kepada Katsuo dan pengabdianya kepada ibunya. Pingkan yang seolah-olah tampak teguh dan setia dalam cintanya kepada Sarwono, dan Katsuo yang mencintainya meskipun tidak bisa mengungkapkannya karena ada gadis di kampungnya yang menunggu untuk dinikahi, dan rasa keberatan dari orang tuanya jika Katsuo membicarakn Pingkan.
Buku karya sang maestro Sapardi Djoko Damono ini memang tidak perlu diragukan lagi, dengan gaya bahasanya yang khas dan penuh dengan puisi yang indah para pembaca pasti akan menyukai buku ini. Buku ini memiliki ketebalan 128 halaman dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 28 November 2022.
Buku ini akan mengajak kita untuk terbawa dalam suasana dan cerita dari kisah cinta segitiga antara Sarwono, Pingkan dan Katsuo. Yuk langsung saja kita baca artikel ini biar lebih kenal sama bukunya. Sebelum berkenalan dengan buku ini, kita kenalan dengan Sapardi Djoko Damono dulu, yuk!
Table of Contents
Profil Sapardi Djoko Damono – Penulis Buku Pingkan Melipat Jarak
Sapardi Djoko Damono (SDD) adalah seorang penulis senior yang sudah banyak menerima penghargaan dan namanya sudah dikenali oleh orang banyak. SDD lahir di Solo, Indonesia pada 20 maret 1940. SDD menghabiskan masa mudanya di kota Surakarta. Pada masa ini ia sudah menulis banyak karya tulis yang dikirimkan ke majalah-majalah. Rasa sukanya dengan menulis ini mulai muncul saat ia menempuh kuliah di bidang bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada tahun 1974 SDD sudah mengajar di Fakultas Sastra (yang sekarang sudah berubah menjadi Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia juga pernah menjadi dekan dan guru besar di Universitas Indonesia. Pada masa tersebut ia juga merangkap sebagai redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam“. SDD juga sempat menjadi tenaga tetap di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta. Serta mengajar dan membimbing di Program Pascasarjana UNDIP.
Sapardi Djoko Damono (SDD) sudah banyak sekali menerima penghargaan dari dulu. Di tahun 1978 ia menerima penghargaan Cultural Award di Australia. Pada tahun 1984 di Malaysia SDD juga menerima penghargaan Anugerah Puisi Putra, dan pada tahun 1988 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award di Thailand. SDD juga penerima penghargaan Achmad Bakrie dan Habibie Award pada tahun 2003 dan 2016. SDD juga merupakan salah seorang dari pendiri yayasan Lontar.
Sajak-sajak SDD, adalah julukan yang diberikan untuknya, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai saat ini telah ada delapan kumpulan puisi miliknya yang sudah diterbitkan. SDD tidak saja hanya menulis puisi, tetapi ia juga menghabiskan waktunya menerjemahkan berbagai karya dari luar negeri, menulis esai, dan juga menulis beberapa artikel, terutama artikel sepak bola untuk surat-surat kabar. SDD dikenali banyak orang karena puisinya yang sangat populer dan banyak digunakan oleh orang, seperti “Aku Ingin” yang sering kali bait pertamanya dituliskan pada undangan perkawinan.
Sinopsis Buku Pingkan Melipat Jarak
Ke sana, Sahabat, pergilah ke sana. Selalu ada kapal yang tiba-tiba bergoyang bahkan saat tidak ada angin yang bertiup di samudra, bahkan saat tidak ada yang terasa bergerak sama sekali kecuali dua ekor burung camar yang sudah terbang terlalu jauh ke samudra dan merasa sangat lelah tanpa melihat tempat untuk dihinggapinya kecuali sebuah bahtera yang bergoyang-goyang tak menentu, terlempar ke atas menghujam kembali ke permukaan menciptakan percikan air dan melemparkan gumpalan air sehingga tidak akan mungkin bisa dihinggapi tiang layarnya walaupun tidak lama. Meskipun kedua ekor burung camar itu sangat letih yang terus-menerus terbang agar tetap bisa menjaga kasih sayang. Walau hanya sejenak.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Pingkan Melipat Jarak
Kelebihan Buku Pingkan Melipat Jarak
Buku Pingkan Melipat Jarak karya Sapardi Djoko Damono memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi buku yang layak untuk dibaca. Jumlah halaman dari buku ini tidak terlalu banyak, sehingga memudahkan pembaca untuk menyelesaikan buku ini tanpa perlu menginvestasikan waktu yang terlalu lama. Hal ini sangat menguntungkan bagi pembaca yang memiliki keterbatasan waktu dalam membaca namun tetap ingin menikmati cerita yang berkualitas dan berkesan.
Kisah dalam buku ini dirancang dengan sangat menarik dan kompleks karena menggabungkan beberapa unsur dan cerita dari budaya yang berbeda. Ada yang dari budaya jawa, ada yang dari budaya jepang, dan ada yang berasal dari budaya makassar. Unsur budaya ini juga melambangkan pengetahuan tentang budaya yang dimiliki penulis. Sehingga hal Ini memberikan kedalaman dan keragaman pada cerita karena memperkaya pengalaman membaca dengan nuansa budaya yang beragam dan membuat ceritanya semakin dinamis.
Narasi yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat dengan mudah menangkap inti. Buku ini berhasil dikemas secara indah dan oleh penulis. Dengan kombinasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang tepat sehingga berhasil menghasilkan sebuah karya yang indah. Perpaduan kata-kata puitis yang indah juga membuat semua adegan terkesan dramatis. Dengan setiap perkembangan cerita yang berlangsung, pembaca akan semakin tertarik dan ingin terus mengetahui kelanjutan kisahnya.
Kekurangan Buku Pingkan Melipat Jarak
Meskipun Buku Pingkan Melipat Jarak karya Sapardi Djoko Damono memiliki banyak kelebihan yang patut diapresiasi, seperti kekayaan bahasa dan kedalaman tema yang disajikan, namun buku ini tidak luput dari beberapa kekurangan yang patut diperhatikan. Salah satu kelemahan yang cukup mencolok adalah sudut pandang pencerita yang berubah-ubah dari tokoh utama Pingkan hingga Sarwono, Katsuo, dan beberapa tokoh lainnya. Meskipun penggunaan sudut pandang bergantian ini bisa memberikan nuansa yang beragam dalam penceritaan, namun terkadang hal ini membuat alur cerita menjadi sedikit rumit untuk dipahami. Terlebih lagi, kurangnya pembeda yang jelas antara suara-suara naratif dari masing-masing karakter membuat pembaca harus lebih berusaha untuk memahami sudut pandang mana yang sedang digunakan dalam setiap bagian cerita. Sebagai hasilnya, kesan utuh dari cerita mungkin sedikit terpengaruh karena adanya kebingungan dalam memahami perspektif yang sedang diceritakan. Dengan demikian, meskipun Buku Pingkan Melipat Jarak memiliki daya tariknya sendiri, namun penggunaan sudut pandang yang kompleks ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pembaca yang mencari kelancaran dalam memahami alur cerita.
Pesan Moral Buku Pingkan Melipat Jarak
Lewat buku Pingkan Melipat Jarak, Sapardi Djoko Damono meninggalkan beberapa pesan moral tersirat lewat kalimat puitis yang ditinggalkan di buku ini. “Selalu ada yang terjadi tidak untuk bisa dipahami, tampaknya.” Lewat kalimat ini pembaca diingatkan bahwa beberapa kejadian yang terjadi di hidupnya tidak untuk bisa dipahami, tetapi jangan jadikan hal ini untuk menjadi halangan dalam menjalani kehidupan yang kamu inginkan.
“Pada suatu saat yang ditetapkan, orang harus memiliki nyali untuk membungkuk kepada dirinya sendiri.” Kalimat yang sangat indah ini ditulis oleh Sapardi Djoko Damono, memiliki makna bahwa pada suatu titik dalam kehidupan, seseorang harus memiliki keberanian untuk menghadapi diri sendiri dengan jujur dan tulus. Ini bisa berarti mengakui kelemahan, kesalahan, atau ketidaksempurnaan yang dimiliki, serta menerima diri sendiri dengan penuh kasih sayang dan pengampunan.
Nah Grameds, itu dia sinopsis dan ulasan buku Pingkan Melipat Jarak karya Sapardi Djoko Damono. Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku
Yang Fana adalah Waktu
Dalang tidak berpihak kepada nasib tetapi kepada takdir. Kau pasti masih ingat kita pernah suatu saat membayangkan sebuah dongeng tentang waktu yang ujudnya remah-remah yang bisa kita kunyah, telan, dan muntahkan kapan saja agar tetap ada. Kita menyukai dongeng yang katamu indah itu meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya memahami apa maknanya. Sar, kalau saja kita bisa hidup di luar waktu, tiba-tiba katamu.
Bagaimanakah akhir perjalanan Pingkan dan Sarwono? Akankah waktu mempertemukan atau justru memisahkan mereka karena campur tangan takdir? Ikuti akhir kisah mereka dalam Yang Fana Adalah Waktu, novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.
The Journey of Storytelling
Pernahkah Anda terpikir betapa menariknya dunia yang terbuka lebar lewat lembaran buku? Membaca bukan hanya kegiatan rutin, tetapi juga petualangan tak terbatas ke dalam imajinasi dan pengetahuan. Membaca mengasah pikiran, membuka wawasan, dan memperkaya kosakata. Ini adalah pintu menuju dunia di luar kita yang tak terbatas. Tetapkan waktu khusus untuk membaca setiap hari.
Dari membaca sebelum tidur hingga menyempatkan waktu di pagi hari, kebiasaan membaca dapat dibentuk dengan konsistensi. Pilih buku sesuai minat dan level literasi. Mulailah dengan buku yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan membaca. Temukan tempat yang tenang dan nyaman untuk membaca. Lampu yang cukup, kursi yang nyaman, dan sedikit musik pelataran bisa menciptakan pengalaman membaca yang lebih baik. Bergabunglah dalam kelompok membaca atau forum literasi. Diskusikan buku yang Anda baca dan dapatkan rekomendasi dari sesama pembaca. Buat catatan atau jurnal tentang buku yang telah Anda baca.
Tuliskan pemikiran, kesan, dan pelajaran yang Anda dapatkan. Libatkan keluarga dalam kegiatan membaca. Bacakan cerita untuk anak-anak atau ajak mereka membaca bersama. Ini menciptakan ikatan keluarga yang erat melalui kegiatan positif. Jangan ragu untuk menjelajahi genre baru. Terkadang, kejutan terbaik datang dari buku yang tidak pernah Anda bayangkan akan Anda nikmati. Manfaatkan teknologi dengan membaca buku digital atau bergabung dalam komunitas literasi online. Ini membuka peluang untuk terhubung dengan pembaca dari seluruh dunia.
Perempuan-Perempuan Kelu (The Silence of the Girls)
Di jantung perang Troya, ada suara perempuan yang selama ini dibungkam… hingga sekarang. Briseis adalah ratu Lyrnessus hingga suatu hari kotanya diluluhlantakkan oleh pasukan Yunani. Kini ia menjadi budak Achilles, pria yang telah membunuh suami dan saudara-saudara lelakinya. Dongeng klasik Iliad dikisahkan kembali dari sudut pandang Briseis, yang hanya sedikit disebut-sebut meskipun perannya sangat menentukan.
Dalam Perempuan-Perempuan Kelu, Brises mekar, hidup, menjadi sosok yang nyata: pengamatannya tajam, kepedihannya dipendam, dan ia menjalin hubungan dengan para budak perempuan lain yang menjadi pelacur, perawat, petugas yang memandikan mayat, dan kurban darah. Kisahnya mengungkap apa yang selama ini tidak tampak atau tidak dianggap penting dalam kisah kepahlawanan Illiad, memberikan suara kepada seorang perempuan luar biasa memberi kita cara pandang baru dalam membaca kisah kuno ini. Novel ini menjadi finalis Women’s Prize for Fiction.
Patricia Mary W. Barker, CBE, FRSL (née Drake; lahir 8 Mei 1943) adalah seorang penulis dan novelis Inggris. Dia telah memenangkan banyak penghargaan untuk fiksinya, yang berpusat pada tema memori, trauma, kelangsungan hidup dan pemulihan. Karyanya digambarkan langsung, blak-blakan dan blak-blakan. Pada tahun 2012, The Observer menobatkan Trilogi Regenerasi sebagai salah satu dari “10 novel sejarah terbaik”.
Sumber:
https://www.goodreads.com/author/show/167915.Sapardi_Djoko_Damono