in

Review Novel Punching the Air

Punching the Air – Kisah seorang pemuda yang terjebak ke dalam lingkungan tak baik sehingga membuatnya harus diberi hukuman penjara. Padahal, ia tak pernah melakukan kejahatan yang sudah dituduh kepadanya. Tentu saja ia frustasi dengan apa yang terjadi pada kehidupannya.

Amal merupakan seorang remaja muslim berkulit hitam yang mendapatkan hukuman karena telah menyerang seorang remaja kulit putih. Tuduhan penyerangan itu sebenarnya tidak benar, namun Amar tetap diberi hukuman penjara. Semua itu terjadi begitu saja sehingga membuat segala yang telah direncanakannya untuk masa depan juga harus hancur.

Novel ini secara keseluruhan menceritakan kisah mengenai ras, kejahatan, serta ketidakadilan yang terjadi pada masyarakat kulit hitam. Namun selain hal tersebut, novel ini juga turut menggambarkan arti dari harapan, cinta, dan kekuatan seni yang dapat menyembuhkan sesuatu dengan tak terkira.

 

Sinopsis Novel Punching the Air

Holiday Sale

Cerita yang saya pikirkan

adalah hidupku

tidak dimulai pada hari itu

saya dilahirkan

Amal Shahid selalu menjadi seniman dan penyair. Tetapi bahkan di sekolah seni yang beragam, dia dianggap mengganggu dan tidak termotivasi oleh sistem yang bias. Kemudian suatu malam yang mengejutkan, pertengkaran di lingkungan yang lembut meningkat menjadi tragedi. “Anak laki-laki hanya menjadi laki-laki” ternyata benar hanya jika anak laki-laki itu berkulit putih.

Cerita yang menurutku

akan menjadi hidupku

dimulai hari ini

Tiba-tiba, di usianya yang baru enam belas tahun, masa depan cerah Amal terbalik: dia dihukum karena kejahatan yang tidak dia lakukan dan dikirim ke penjara. Keputusasaan dan amarah hampir menenggelamkannya sampai dia beralih ke perlindungan kata-katanya, seninya. Ini seharusnya tidak menjadi kisahnya. Tapi bisakah dia mengubahnya?

Dengan lirik yang memukau, penulis pemenang penghargaan, Ibi Zoboi dan aktivis reformasi penjara Yusef Salaam menceritakan kisah yang mengharukan dan mendalam tentang bagaimana seorang anak laki-laki mampu mempertahankan kemanusiaannya dan memperjuangkan kebenaran, dalam sebuah sistem yang dirancang untuk melucuti dirinya dari keduanya.

 

Review Novel Punching the Air

Novel Punching the Air merupakan karya Ibi Zoboi dan Yusef Salaam. Secara keseluruhan, novel ini sangatlah luar biasa sekaligus menghancurkan hati. Novel ini menceritakan mengenai ras dan sistem peradilan yang gagal dan menindas masyarakat kulit hitam. Tidak hanya membahas tentang kegagalan peradilan, novel ini juga memperlihatkan puisi dan seni.

Kisah Amal Sahid yang merupakan pemuda muslim berkulit hitam yang dituduh melakukan segala macam hal stereotip oleh seorang jaksa berkulit putih. Ia dituduh sebagai seorang preman, penjahat, dan monster. Namun, sebenarnya ia hanyalah pemuda biasa dan seorang seniman.

Novel ini ditulis dengan penuh puitis, sehingga menyegarkan dan sesuatu yang menarik. Hal itu karena tidak mudah menulis cerita dengan cara yang puitis. Penulis lainnya adalah Yusef Salaam yang telah dihukum karena kejahatan yang tidak dilakukannya bertahun-tahun yang lalu. Hal ini mungkin terinspirasi olehnya dan itu membuatnya lebih realistis.

Tulisannya bagus, menulis dengan puitis itu sulit karena harus menulis dengan gaya tertentu sambil mempertahankan ceritanya tanpa membuatnya terdengar terlalu konyol atau terlalu berlebihan. Ceritanya membahas hal penting seperti diskriminasi terhadap minoritas membuat kamu akan melihat perbedaan yang terjadi di antara kulit hitam dan kulit putih.

 

 

Profil Penulis

 Ibi Zoboi 

Novel Punching the Air merupakan karya Ibi Zoboi dan Yusef Salaam. Ibi lahir di Haiti lalu dibesarkan di New York dan sekarang tinggal di New Jersey bersama suaminya dan ketiga anaknya. Novel debut Ibi Zoboi American Street adalah finalis National Book Award.

Ia juga penulis Buku Terlaris New York Times dari Pride, My Life as an Ice Cream Sandwich, dan Punching the Air dengan rekan penulis dan anggota Exonerated Five, Yusef Salaam.

Yusef Salaam 

Yusef Salaam merupakan seorang penyair, pembicara publik, dan pengacara untuk reformasi peradilan pidana. Ia secara teratur menentang ketidakadilan dengan membagikan kisahnya dan memperjuangkan perubahan sosial. Ia merupakan bagian dari “The Exonerated Five”, yang salah didakwa dan dihukum pada tahun 1989/1990 atas pemerkosaan yang dipublikasikan di Central Park New York.

Salaam dipenjara selama hampir tujuh tahun dan telah menyelesaikan pembebasan bersyarat sebelum hukumannya dibatalkan. Novel ini secara tidak langsung terinspirasi dari kisahnya, sehingga membuat cerita ini menjadi sebuah novel.

 

Kelebihan, Kekurangan, dan Rating

Pros & Cons

Pros
  • Memberikan gambaran mengenai diskriminasi terhadap kulit hitam
  • Penulisan yang dibuat dengan puitis
Cons
  • Menampilkan cerita yang sensitif

 

Setiap novel tentunya ada hal yang disukai dan kurang disukai oleh pembaca. Namun, hal tersebut tidak mengurangi rasa suka pembaca pada bacaan favoritnya. Kali ini kita akan membahas kelebihan, kekurangan, serta rating yang terdapat dalam novel Punching the Air karya Ibi Zoboi dan Yusef Salaam.

Kelebihan dalam novel ini adalah memberikan gambaran mengenai diskriminasi terhadap kulit hitam. Di novel ini mengisahkan seorang pemuda muslim kulit hitam bernama Amal Sahid yang mendapatkan perlakuan diskriminasi oleh orang-orang kulit putih sehingga membuatnya harus mendapatkan hukuman penjara.

Tidak hanya itu saja, banyak orang kulit putih yang menganggap orang kulit hitam merupakan penjahat. Digambarkan juga bahwa sistem peradilan yang gagal sehingga membuat orang kulit hitam sangat dikucilkan.

Lalu, penulisan yang dibuat dengan puitis. Novel ini dibuat dengan puitis layaknya sebuah sajak sehingga pembaca akan sangat menyukainya. Hal ini sangat menarik karena jarang sebuah novel ditulis dengan penuh puitis yang akan membuat pembacanya senang membaca novel tersebut.

Kekurangan dalam novel ini adalah menampilkan cerita yang sensitif. Mungkin sebagian besar orang kurang menyukai topik yang sensitif seperti diskriminasi terhadap ras, agama, dan lainnya. Tetapi novel ini sangatlah bagus dibaca karena memberikan pesan yang bagus di dalamnya.

Novel Punching the Air memiliki rating yang bagus di goodreads. Rating yang dihasilkan oleh buku ini sebesar 4.43 dari 5. Hal ini menandakan bahwa pembaca sangat menikmati isi cerita yang ditampilkan dalam novel ini.

 

Penutup

Itulah review singkat dari novel Punching the Air karya Ibi Zoboi dan Yusef Salaam. Setelah melihat rating pembaca di goodreads, buku ini memiliki antusiasme pembaca yang cukup tinggi. Hal itu dikarenakan isi cerita dalam novel ini sangatlah menarik.

Kisah pemuda muslim kulit hitam bernama Amal Sahid yang mendapatkan diskriminasi sehingga membuatnya harus menerima hukuman di penjara karena suatu hal yang tidak dilakukannya. Namun, Amal tetap berusaha menjalani kehidupannya di dalam penjara dengan membuat seni yang memang disukainya sejak dahulu.

Bagi kamu yang penasaran dengan berbagai kisah Amal Sahid yang ditulis oleh Ibi Zoboi dan Yusef Salaam. Kamu dapat membaca novel Punching the Air dengan membelinya di gramedia.com dan dapatkan diskon menarik lainnya.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

 

Penulis: Fiska Rahma Rianda

 

Rekomendasi Novel

1. Menghirup Udara Segar

 

Novel Menghirup Udara Segar merupakan karya George Orwell. Novel ini berlatar waktu pada tahun 1939 yang mengisahkan seorang bernama George Bowling. Ia merupakan seorang lelaki paruh baya berumur 45 tahun yang hidup di Inggris bersama dengan keluarganya dan tinggal di rumah pinggiran kota kelas pekerja biasa dan memiliki pekerjaan sebagai salesman asuransi.

Ia menjalani kehidupan yang normal seperti pada umumnya, namun George merasa dilema. George mencoba untuk mencari sebuah pelarian dari rasa kebosanan, ketakutan, serta kecemasan mengenai penuaan. Lelaki itu berharap menemukan sebuah pelarian dari rasa bosan itu yang membuatnya tertekan dalam menjalani hidup.

Pada akhirnya, ia kembali mengunjungi kota saat masa kecilnya di pedesaan yang menyimpan banyak memori indahnya. Namun, desanya benar-benar berubah drastis tidak seperti dahulu lagi. Saat ia sedang mengunjungi desa itu, ia justru mendapatkan sebuah kejutan karena pengeboman oleh angkatan udara Inggris.

 

2. Tetaplah Jaya, Aspidistra

 

Novel Tetaplah Jaya, Aspidistra merupakan karya George Orwell. Di London pada tahun 1936, Gordon Comstock memberikan pernyataan perang terhadap uang. Gordon merupakan seorang penyair yang berumur hampir tiga puluh tahun dan baru membuat satu buku mengenai puisi yang tidak laku di pasaran.

Ia meninggalkan pekerjaan mapannya hanya untuk idealisme. Ia selalu bokek dan terlalu gengsi untuk mendapatkan bantuan. Temannya juga hanya sedikit dan hubungan asmaranya dengan Rosemary cukup rumit. Hal itu dikarenakan ia berpikir bahwa perempuan tidak suka dengan pria yang bokek.

Di jendela kamar kosnya yang sumpek terdapat tanaman bernama aspidistra jelek yang terlihat seperti hidup segan tetapi mati tak mau. Tanaman ini banyak dilihat dan ditemukan di banyak rumah orang-orang kelas menengah ke bawah. Dan Gordon membenci tanaman tersebut.

 

3. Hidup-Mati di Burma

 

Novel Hidup-Mati di Burma merupakan karya George Orwell. Novel ini merupakan karya pertamanya sebagai penulis. Novel ini terinspirasi dari pengalaman dirinya saat menjadi petugas polisi di Burma pada masa penjajahan kolonial Inggris. Pada masa itu, orang pribumi dianggap lebih rendah tingkatnya dibandingkan oleh orang kulit putih.

Diceritakan seseorang bernama Flory, ia merupakan pedagang paruh baya berkulit putih yang berteman dengan Dr. Veraswami yang merupakan seorang berdarah India. Dokter itu terancam mendapatkan hukuman oleh U Po Kyin, seorang kepala distrik yang sangat keji dan suka korupsi.

Satu-satunya jalan keluar yang dapat membantunya adalah kalau ia bergabung di sebuah klub orang berkulit putih dan Flory dapat membantunya agar ia tak mendapatkan hukuman dari kepala distrik yang keji itu.

 

4. LiT: Catatan Tentang Hujan

 

Dalam rinai kisah kita terlukiskan.

Kau yang tak lelah berjuang, kepada kerasku yang kau luluhkan. Sekarang biarkan aku menjadi laut yang menyimpan dalam semua rahasia kita.

Seperti ombak di tengah samudra, biar aku yang berkelana jauh.

Lalu pulang, kembali ke pelukmu, sang tepian.

Fajar dan Senja saling jatuh cinta. Seharusnya sesederhana itu untuk jadian. Tapi Senja tidak tahu rahasia-rahasia yang disimpan Fajar, sama seperti tidak tahunya Fajar pada isi hati Senja, apakah benar-benar untuknya, atau untuk cowok lain? Ini rumit. Tapi… bukan cinta namanya kalau tidak membingungkan, iya, kan?

 

Sumber:

https://www.goodreads.com/book/show/49151299-punching-the-air

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy