in

Review Novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging karya Yusi Avianto Pareanom

Review Raden Mandasia – Indonesia atau sebagian orang menyebutnya Nusantara merupakan suatu wilayah yang memiliki kekayaan yang sangat berlimpah. Terlebih lagi, pada kekayaan alamnya yang di mana bisa memajukan perekonomian. Pada masa itu, banyak sekali kerajaan yang menguasai suatu wilayah dan memanfaatkan alam Nusantara untuk mengembangkan kerajaannya.

Oleh sebab itu, ketika masa kerajaan itu, ada banyak sekali perjuangan dan petualangan dari seseorang atau kelompok. Bahkan, dalam petualangan itu, tak sedikit pula yang menghadirkan suatu pertempuran atau perkelahian demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Maka dari itu, sebagian orang sangat bangga dan juga menceritakannya kepada orang lain ketika memenangkan suatu pertempuran walaupun harus menyisakan luka di tubuhnya.

Bukan hanya pertempuran saja, petualangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok pada masa kerajaan juga ada tentang pencurian, terutama pencurian bahan makanan, seperti daging sapi atau juga rempah-rempah yang sangat banyak di Indonesia.

Senjata yang digunakan ketika mencuri pun merupakan senjata tajam, contohnya pisau. Hanya bermodalkan pisau inilah, seseorang sudah bisa mendapatkan keinginannya walaupun harus melukai atau membunuh orang lain. Jadi, ketika mendengarkan cerita petualangan yang ada pada masa kerajaan Indonesia, pasti sangat menegangkan.

Sebenarnya sih, cerita kerajaan pada masa lalu, tak hanya menegangkan saja, melainkan ada juga sisi romantisnya. Oleh sebab itu, cerita petualangan pada masa kerajaan selalu memiliki nilai atau pesan hidup.

Pada dasarnya, mengetahui sedikit hal tentang kerajaan Nusantara atau petualangan dari seseorang di masa kerajaan bisa dilakukan oleh banyak cara, salah satunya adalah dengan membaca buku. Buku yang dibaca pun, bukan non fiksi saja, tetapi bisa buku fiksi juga. Salah satu buku fiksi tentang kerajaan Nusantara yang patut dibaca adalah Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi.

Penasaran dengan isi dari novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi? Jika penasaran, maka tak ada salahnya untuk membaca review Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi ini, Grameds. Jadi, tetap simak artikel review ini sampai selesai, Grameds agar kamu semakin yakin untuk membeli novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi.

Profil Penulis

Sebelum masuk ke pembahasan review, maka ada baiknya kita membahas tentang profil penulis Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi, yaitu Yusi Avianto Pareanom. Beliau merupakan sastrawan yang sudah mendapatkan beberapa penghargaan. Salah satu penghargaan yang pernah diperoleh adalah Kusala Sastra Khatulistiwa.

Karya sastra yang dihasilkan pun sudah banyak, cerpen dan novel merupakan karya sastra yang paling banyak diciptakan. Beberapa karya cerpennya sudah dipublikasikan di beberapa surat kabar atau koran. Yusi Avianto Pareanom lahir pada tanggal 9 November 1968 dan ia masih aktif di bidang penulisan sampai saat ini, dan sudah pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2016-2019.

Tidak hanya aktif di bidang fiksi saja, tetapi Yusi Avianto Pareanom juga aktif dalam karya non fiksi. Bahkan, beliau juga pernah menerjemahkan beberapa buku ke dalam bahasa Indonesia. Salah satu karya fiksi yang sudah diterbitkan ke dalam 3 bahasa (Jerman, Inggris, dan Indonesia) dan karya fiksi itu adalah Grave Sin No. 14 and Other Stories yang terbit pada tahun 2015.

Review Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi

Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom merupakan sebuah novel yang terbit pertama kali maret 2016. Novel fiksi ini mempunyai aliran atau gaya yang mampu dikatakan sangat kompleks, mulai dari petualangan, romance, action (aksi) dan  segala macam yang menyentuh titik temu kehidupan. Ini jelas sebuah Maha karya yang tidak boleh dilewatkan sekalipun oleh para pembaca sastra sobat grameds!

Buku ini memiliki halaman yang cukup tebal, yaitu 468 halaman. Selain itu, pembaca perlu fokus untuk membaca buku ini karena cerita-cerita yang dihadirkan dalam buku ini sangat kompleks dan sayang untuk dilewatkan. Bahkan, buku ini  cukup menegangkan, terlebih banyaknya konflik dan adegan yang sangat membuat kita bertanya-tanya.

Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi merupakan sebuah Maha karya yang memiliki nilai yang tidak terbantahkan. Diciptakan oleh seorang penulis lokal bernama Yusi Avianto Pareanom. Karya prosa ini juga sekaligus ialah novel pertama Yusi dan sudah mendapatkan penghargaan Prosa Terbaik Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2016, Prosa Pilihan Majalah Tempo 2016 dan  Fiksi Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia pada tahun 2016. Dalam tahun yang sama novel ini menyabet 2 penghargaan sekaligus.

Novel pertama dari seseorang penulis memang adalah cikal bakal atau tonggak acuan terhadap karya-karyanya yang kelak akan datang, juga novel pertama memang memiliki sebuah kekuatan yang luar biasa, sehingga si pembaca sebagai takjub tidak karuan, sekilas saya jadi teringat karya  sastra “babad tanah jawi” memang novel raden mandasia ini memiliki kesan interteks pada kitab babad tanah jawi, mulai dari nama tokoh hingga latar dan konflik yang melatar belakangi ide besar permasalahan dalam novel tersebut.

Di dalam novel ini ada cukup banyak adegan yang sadis dan juga vulgar, sehingga rating dari buku ini lebih pas dibaca oleh orang dewasa. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi ini menggunakan sudut pandang cerita dari seorang tokoh utama yang bernama Sungu Lembu.

Dendam yang tidak tertanggungkan lah yang membawa tokoh utama Sungu lembu bertemu dengan sang Raden Mandasia serta bahkan melakukan perjalanan ke sana kemari dan pertempuan yang sangat memukau yang membentuk kita bergindik buat membaca petuaalangan mereka berdua.

Setiap cerita yang ada di dalam buku ini menggunakan latar pada masa lampau atau beberapa orang pada zaman kolosal. Zaman kolosal ini bisa diartikan sebagai zaman yang di mana kerajaan-kerajaan memegang peran atau memerintah suatu wilayah. Maka dari itu, bisa dibilang kalau novel ini sangat cocok bagi pembaca yang ingin mengetahui kerajaan-kerajaan Nusantara.

Cerita yang ada pada buku ini diawali dengan sebuah adegan rencana pembunuhan sekaligus pencurian daging sapi yang akan diolah oleh Raden Mandasia dengan pisau serta daging paha sapi atau kambing yang tergantung pada dapur.

Tusukkan pisau ke daging. Bagaimana bunyinya? Jika tidak terdapat daging, keluarlah ke kebun, cari pohon pisang, tikamlah. Jika kau tidak mendapati pohon itu, bahkan pisau pun tidak punya, beginilah bunyinya, jleb! Empuk, lezat pada telinga, nyaris merdu. Itu rencana mereka, Raden Mandasia dan Sunggu Lembu.

Rencana mereka pun penuh dengan aksi dan penuh darah. Darah menetes-netes pada sepanjang rerumputan yang kulalui. aku  menoleh ke belakang. sepertinya ada belasan orang yang mengejar.

Kejadian berdarah ini dapat kita persepsikan sebagai cerita yang kuat akan unsur konflik perkelahian fisik, sebenarnya cerita petualangan mereka memang penuh akan aksi perkelahian. Lalu, bagaimana petualangan mereka berdua selanjutnya?

Oke sobat grameds, mungkin kalian sudah penasaran apa yang membuat petualangan dan konflik pada novel ini  dimulai. Jika penasaran dengan cerita yang ada di dalam buku ini, kamu bisa mendapatkannya di  gramedia.com.

 

Kelebihan dan Kekurangan Raden Mandasia Si Pencuri Daging

Pros & Cons

Pros
  • Cerita yang cukup kompleksMemiliki nilai sejarah yang cukup kuat
  • Konflik cerita yang menarik sehingga tidak membuat pembaca merasa bosan
  • Memicu pembaca untuk mencari bacaan lanjutan sebagai referensi
  • Bahasa yang digunakan cukup baik
Cons
  • Membacanya perlu teliti agar pesan dan maknanya tak terlewatkan
  • Mengandung banyak adegan sadis dan unsur kekerasan.
  • Cerita cukup vulgar sehingga mendapat rating konten dewasa
  • Untuk yang tidak memiliki pengalaman membaca sejarah, mungkin akan merasa kurang klimaks di beberapa konflik cerita

Begitu banyak sebenarnya kejadian yang konyol, gila bahkan menghasilkan kita menelan ludah buat membayangkannya, bahkan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan pun ada pada sebuah perjalanan dalam cerita petualangan dua sekawan ini.

Mungkin sobat garameds bertanya-tanya dari manakah seorang penulis yang bernama Yusi Avianto Pareanom merogoh surat keterangan dan  kajian untuk cerita ini, saya juga tidak dapat menebaknya dengan tepat. Setiap tema perbincangan dalam cerita ini memang memiliki kajian yang sangat mendalam. Mulai asal bagian daging sapi yang terlezat dan  sering kali terabaikan oleh orang-orang. Jenis-jenis rempah dalam kuliner yang mengandung racun.

Seketika kita dikenalkan menggunakan berbagai macam racun. waktu berlayar di laut, mulai asal proses dasar  pembuatan kapal, hingga ilmu berlayar dengan kapal layar. Tak lupa pula selain daging sapi pula banyak pembahasan makanan lainnya dan  banyaknya hal lainnya juga yang lebih seru. Hal  ini mengingatkan saya pada sastra rempah.

Selain ceritanya yang mampu dibilang agak liar dan menegangkan, Yusi Avianto pula menyuguhkan plot cerita yang sangat kompleks. tak sekedar maju-mundur atau mundur-maju, tapi juga mampu menghadirkan elemen kejutan bagi pembacanya. Agak membingungkan, iya, tetapi di sanalah letak nilai kompleksitasnya, Jika kita tidak teliti saat membaca pada awal-awalnya kita akan dapati sebuah kebingungan akan runutan kejadian peristiwa.

Umpatan-umpatan pun juga tumpah ruah. keseluruhan umpatan memakai istilah hewan, “Anjing”. dengan berbagai macam intonasi serta memainkan perasaan emosional para pembaca. Kita, pembaca akan didesain untuk menyadari hal-hal yang ternyata saling berkaitan satu sama lainnya, tetapi manggut-manggut pula mendengarkan umpatan tadi. mengungkapkan bahwa novel  ini tidak sama sekali memberikan kata yang  tidak memperhaluskan setiap kata-katanya. istilah-kata yang disematkan begitu spontanitas, jujur serta mengalir begitu saja.

Penutup

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kalau novel ini sangat cocok dibaca oleh mereka yang ingin mengetahui sejarah kerajaan-kerajaan di masa lalu. Meski begitu, novel ini juga bisa dibaca oleh pembaca novel pada umumnya. Novel ini akan saya beri rating 4 / 5  karena memiliki banyak keunggulan dan sangat menarik, tetapi beberapa hal tersebut justru membuat novel ini akan terasa sulit untuk dinikmati bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang atau pengetahuan terkait sejarah dan budaya yang menjadi referensi dari cerita pada novel ini.

Jadi, setelah membaca review Raden Mandasia Si Pencuri Daging apakah kamu tertarik untuk membaca ceritanya secara keseluruhan?

Jika kamu ingin mencari buku novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging karya Yusi Avianto Pareanom, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Reksa

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy