in

Review Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga Karya Artie Ahmad

Rating: 4.18

 

Hidup dikelilingi oleh alam yang asri, sejuk, dan menenangkan, menjadi impian banyak orang. Atau bisa dibilang menjadi suatu hal yang dibutuhkan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang sibuk dan padat. Namun, apakah kehidupan yang diimpikan tersebut benar-benar baik seperti yang kelihatan?

Risalah Teh & Tiga Keluarga karya Artie Ahmad diterbitkan pada 8 Juni 2024 oleh Falcon Publishing, yang terdiri dari 209 halaman. Novel ini dibangun dengan latar belakang desa yang dipenuhi kebun teh yang jauh dari kota, sejuk, dan tenang. Suatu momen menghancurkan ketenangan tersebut, karena Harli, kakak dari Samhadi yang merupakan juragan kebun teh, ditemukan tak bernyawa secara ganjil.

Risalah Teh dan Tiga Keluarga

button cek gramedia com

Burnomo, seorang ahli teh internasional mengunjungi perkebunan milik Samhadi untuk mengambil alih lahan kebun teh itu. Sebab, memang lahan kebun teh itu yang paling menjanjikan di desa tersebut. Kehadiran Burnomo membuat warga setempat bertanya-tanya, tak terkecuali Samhadi yang dianggap sebagai juragan teh. Konflik di antara Burnomo dan Samhadi menjadi salah satu dari banyaknya keganjilan yang menuai korban.

Di samping itu, ada Raslan, seorang buruh teh yang menjadi saksi akan segala kejadian yang tersurat dan tersirat yang terjadi di antara tiga keluarga, serta kebun teh yang terbentang di sekeliling mereka. Siapa di antara mereka yang menjadi pemburu berdarah dingin? Gramin sudah spill sedikit jawaban kelanjutan kisah Risalah Teh & Tiga Keluarga di bawah ini. Jadi, simak sampai selesai ya, Grameds!

Profil Artie Ahmad – Penulis Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga

Holiday Sale

Artie Ahmad adalah pria asal Salatiga, kelahiran 21 November 1994. Ia diketahui tinggal di Yogyakarta. Penulis yang satu ini sudah berhasil menerbitkan beberapa buku, yakni Cinta yang Bodoh Harus Diakhiri (kumpulan cerpen, 2019), Manusia-Manusia Teluk (novela, 2020), dan Risalah Teh & Tiga Keluarga (novel, 2024).

Sinopsis Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga

Risalah Teh dan Tiga Keluarga

button cek gramedia com

Pada masa kini, para pecinta teh tidak perlu lagi memikirkan bagaimana tanaman tersebut pertama kali tiba di negeri ini pada tahun 1684. Mereka juga tidak perlu mengetahui bagaimana seorang pendeta Buddha bernama Yeisei membawa bibit teh dari Tiongkok ke Jepang. Lalu, beberapa abad kemudian, seorang pegawai VOC bernama Andreas Cleyer membawa biji-biji teh dari Jepang ke Batavia. Tanaman perdu ini awalnya hanya dimaksudkan sebagai hiasan, namun kemudian juga dinikmati daunnya ketika tiba di tanah Batavia.

Teh menjadi pelengkap dalam bercerita, menambah keakraban saat berbincang dengan keluarga, atau sekadar teman dalam kesendirian. Semua orang dapat menikmati teh, meramunya dengan berbagai tambahan untuk memperkaya rasa. Teh begitu akrab dengan manusia, tanpa memandang status sosial, seperti halnya dalam kisah beberapa keluarga.

Keluarga Pertama

“Mengapa mereka heran melihat kita bahagia? Hanya karena aku mudah tertawa, mereka pikir aku bangga menjadi orang miskin!” keluh Sri Muslikah sambil membuka bungkus teh goreng dan memasukkan beberapa lembar ke dalam teko.

Raslan, suaminya, hanya diam. Ia sibuk meluruskan sebatang rokok kretek yang sudah bengkok. Rokok kretek merek Kerbau, sisa dari acara tahlilan semalam. Ia hanya mengangguk mendengar omelan Sri Muslikah yang seperti radio rusak. Pagi belum benar-benar datang ketika suara istrinya mulai memenuhi rumah. Perempuan dengan tiga anak itu bahkan meletakkan belanjaannya dengan kasar.

“Rahimah itu, Kang. Dia bertanya bagaimana mungkin aku hanya belanja sedikit, sebungkus asem-asem dan setengah papan tempe. Memangnya harus belanja banyak?” ucap Sri dengan nada kesal.

“Lalu, apa yang dia inginkan?” jawab Raslan malas sambil menyalakan rokoknya, setelah memastikan rokok itu tidak akan patah.

Sri Muslikah tidak menjawab. Ia sibuk merebus teh di teko enamel yang sudah hitam oleh jelaga. Teh goreng menjadi favorit keluarga mereka sejak lama. Selain rasanya yang alami, harganya pun jauh lebih murah. Sebungkus teh goreng hanya seribu rupiah. Gula dan kopi sering habis karena tidak terbeli, jadi Sri Muslikah hanya perlu menyeduh daun teh dalam jumlah banyak untuk menggantikan pahitnya kopi. Baginya, teh dan kopi sama saja, keduanya pahit tanpa gula dan bisa diminum begitu saja.

“Dia tanya kenapa belanja sedikit. Kujawab, namanya juga keluarga buruh tandur, bisa makan saja sudah bagus,” Sri Muslikah menuang teh ke dalam cangkir lurik.

“Lalu, kenapa kau marah?” Raslan menoleh heran.

“Aku menjawab sambil tertawa, dan Rahimah malah berkata, ‘Wah, jadi orang susah kok masih tertawa.’ Memangnya salah kalau aku tertawa? Apa salahnya kalau kita miskin tapi merasa bahagia?”

Raslan hanya tertawa mendengar ucapan istrinya. Memang lucu hidup ini, hanya karena tertawa orang bisa salah memahami kehidupan kita. Karena tertawa juga, seseorang bisa tersinggung. Sambil meneguk teh goreng tanpa gula, Raslan berpikir, bagaimana seharusnya ia dan keluarganya bersikap sebagai orang miskin? Apakah mereka harus selalu memasang wajah sedih setiap kali ditanya tentang hidup dan alasan mengapa keluarganya sangat hemat?

Keluarga Raslan memang tidak seberkecukupan seperti keluarga Rahimah yang suaminya seorang carik di kelurahan, atau sekaya keluarga Burnomo yang seorang konglomerat. Keluarga Raslan juga tidak memiliki banyak tanah seperti keluarga Samhadi, yang kemarin meninggal setelah dua minggu dirawat di rumah sakit.

Sambil menikmati teh pagi dan mengisap rokok sisa dari tahlilan di rumah Samhadi semalam, Raslan berpikir tentang mengapa orang yang merasa lebih kaya selalu tersinggung dan tidak nyaman melihat tawa orang miskin. Ia merenungkan tentang kebahagiaan dan segala macam hal, namun semakin dipikirkan, semakin membuatnya tertawa. Raslan merasa geli, lucu, dan aneh dengan semua pemikiran yang muncul di kepalanya.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga

Risalah Teh dan Tiga Keluarga

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Latar belakang cerita menarik.
  • Kisah yang relevan.
  • Konflik yang dibangun realistis.
  • Mengangkat isu sosial yang benar-benar terjadi.
  • Penyusuan misteri sangat apik dan rapi.
  • Ada unsur edukasi.
  • Pemilihan kata yang menarik.
  • Penggunaan narasi yang mudah dimengerti.
  • Dialog antar karakter sangat natural.
Cons
  • Ada Penggunaan beberapa istilah asing.

Kelebihan Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga

Risalah Teh dan Tiga Keluarga

button cek gramedia com

Risalah Teh & Tiga Keluarga karya Artie Ahmad memiliki latar belakang yang menarik dengan menampilkan kehidupan di pedesaan, di mana karakter yang ada di dalam cerita ini saling berjuang untuk menghadapi realitas kehidupan sehari-hari. Kisah ini relevan karena mengungkap realita di balik kehidupan yang didambakan banyak orang, seperti bagaimana keluarga yang sederhana tetap berusaha bahagia meskipun hidup dalam keterbatasan. Konflik yang dibangun dalam cerita ini juga  terasa sangat realistis, misalnya bagaimana rasa iri muncul dalam percakapan sehari-hari ketika membandingkan nasib antara keluarga miskin dan mereka yang lebih beruntung.

Cerita ini juga mengangkat isu kesenjangan ekonomi dan dampaknya terhadap interaksi sosial, di mana kebahagiaan dan tawa orang miskin sering kali dianggap tidak pantas oleh orang-orang yang lebih berada. Penggunaan dialog yang natural juga membuat interaksi antar karakter terasa hidup, seperti dalam percakapan antara Sri Muslikah dan suaminya Raslan, yang mengekspresikan emosi dan pemikiran mereka dengan cara yang sangat manusiawi dan mudah dipahami.

Selain itu, cerita ini juga memberikan edukasi tentang sejarah teh, yang sering kita nikmati tanpa menyadari asal-usulnya. Dengan gaya bahasa semi-formal yang menarik dan narasi yang mudah dimengerti, pembaca bisa mengikuti alur cerita dengan nyaman. Pemilihan kata yang tepat membuat setiap kalimat terasa hidup, dan misteri yang dibangun dengan rapi menambah daya tarik, membuat pembaca terus penasaran dengan bagaimana kisah ini akan berkembang.

Kekurangan Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga

Risalah Teh dan Tiga Keluarga

button cek gramedia com

Meskipun Risalah Teh & Tiga Keluarga memiliki banyak sekali kelebihan, buku ini tetap memiliki beberapa kekurangan yang patut diperhatikan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh pembaca adalah penggunaan istilah asing dan kurang umum. Beberapa kata atau frasa yang jarang digunakan dapat menjadi penghalang bagi sebagian pembaca, yang mengharuskan mereka mencari tahu maknanya terlebih dahulu.

Akibatnya, kelancaran dalam menikmati cerita bisa terhambat. Bagi pembaca yang tidak familiar dengan istilah-istilah tersebut, proses memahami isi buku menjadi lebih menantang, sehingga dapat mengurangi pengalaman membaca secara keseluruhan. Meskipun demikian, tantangan ini juga dapat menjadi kesempatan untuk memperkaya kosa kata dan pemahaman pembaca tentang istilah-istilah baru.

Pesan Moral Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga

Risalah Teh dan Tiga Keluarga

button cek gramedia com

Novel Risalah Teh & Tiga Keluarga ini mengingatkan kita bahwa manusia sering kali berprasangka dan salah mengartikan perilaku orang lain, seperti dalam contoh sederhana yang ada di dalam buku ini ketika tawa dianggap sebagai kesombongan oleh orang lain. Pesan moralnya adalah bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menemukan kebahagiaan. Jangan pernah menghakimi cara orang lain menjalani hidup atau merasa bahagia, karena kebahagiaan tidak memiliki satu bentuk yang baku.

Ada orang yang bahagia hanya dengan hal sederhana seperti tertawa, sementara yang lain mungkin memerlukan hal lebih besar. Harta memang penting untuk mencapai kesejahteraan, namun jangan sampai kita dibutakan oleh ambisi hingga menghalalkan segala cara. Hidup ini bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menghargai setiap momen kecil yang membawa kebahagiaan, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Bagi Grameds yang ingin membaca buku Risalah Teh & Tiga Keluarga karya Artie Ahmad, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyiapkan buku-buku misteri yang tak kalah menarik di bawah ini. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Toko Buku Kucing Hitam

Toko Buku Kucing Hitam

button cek gramedia com

Marzio Montecristo, mantan guru matematika dan penggemar berat cerita kriminal, membuka toko buku kecil di Cagliari dengan spesialisasi novel misteri. Toko bukunya bernama “Les Chats Noirs” (Abadi), terinspirasi dari dua Abadi yang berkunjung ke toko dan sejak itu tidak pernah pergi. Keduanya menjadi daya tarik toko dengan banyak pengikut di Instagram, menyelamatkan toko dari kebangkrutan akibat kejudesan Marzio. Marzio menamai mereka Miss Marple dan Poirot.

Les Chats Noirs juga memiliki Klub Buku Detektif Selasa. Geng yang tampak tidak serasi tetapi nyatanya sangat kompak. Bahkan, setahun lalu, Detektif Selasa membantu Angela Dimase, detektif yang juga teman lama Marzio untuk menyelesaikan suatu kasus. Kini, Angela kembali meminta bantuan mereka untuk menyelidiki kasus pembunuhan berantai yang sangat kejam. Tiga kasus pembunuhan yang tampak acak, tidak meninggalkan banyak bukti, begitu rapi seolah dilakukan oleh hantu. Pelakunya dijuluki “pembunuh jam pasir” karena selalu meninggalkan jam pasir di TKP.

Maka, Detektif Selasa berupaya membongkar labirin misteri, di bawah tatapan dua Abadi di Toko Buku Les Chats Noir.

Parnassus Keliling

Parnassus Keliling

button cek gramedia com

Helen McGill, seorang mantan guru pribadi berusia hampir empat puluh tahun, adalah adik Andrew McGill, seorang mantan pengusaha. Setelah meninggalkan karier pertama mereka, keduanya pindah ke pertanian dan menjalani kehidupan yang tenang. Hingga, paman mereka yang bernama Phillips wafat dan mewariskan setumpukan buku.

Hari yang menentukan itu memicu berbagai hal yang akan menjadi bencana bagi kehidupan Helen yang damai. Andrew beralih menjadi pembaca yang tekun dan bahkan menerbitkan buku karangannya sendiri. Tanpa diduga, karyanya meledak di pasaran. Andrew secara teratur meninggalkan pertanian untuk menyendiri dan menulis, menjalani tur buku, bertemu orang-orang penerbitan. Ini membuat Helen berang dan merasa kurang dihargai.

Jadi, ketika Roger Mifflin tiba di pertanian dengan karavan berisi ratusan buku dan bermaksud menjualnya kepada Andrew, Helen malah membelinya. Hanya dalam beberapa menit, dia mengemas tasnya, meninggalkan pesan kepada Andrew, dan bersama Roger Mifflin, membawa karavan Parnassus untuk melakukan petualangannya sendiri.

Namanya Toko Buku Abadi. Di sana hanya menjual buku-buku bagus yang sudah dikurasi pemiliknya, sepasang suami istri yang sudah senja. Toko buku itu terletak di depan sebuah rumah besar di tepi kota kecil. Rumah peninggalan zaman kolonial, berdiri kokoh, tetapi diam-diam menyimpan banyak cerita tragis.

Toko Buku Abadi

Toko Buku Abadi

button cek gramedia com

Lalu, segera saja, Toko Buku Abadi disinggahi para bibliophile, omnilegent, tsundoku, kolektor buku langka, abibliophobia, librocubicularist, bibliognost, hingga penulis bestseller dan penerbit idealis. Kunjungan-kunjungan yang meninggalkan utas cerita saling tersambung, dan perlahan membuka sebuah kisah yang sudah lama dilupakan.

Namanya Toko Buku Abadi, sudah siapkah kau membaca segala rahasia yang tersimpan di dalamnya?

 

Sumber:

https://hot.detik.com/art/d-5151295/risalah-teh-dan-tiga-keluarga

 

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.