Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper) merupakan novel fiksi inspirational karya Mitch Albom, penulis yang sudah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia dengan karya-karyanya. Setelah buku Tuesdays with Morrie dan The Five People You Meet in Heaven, Mitch Albom kembali menerbitkan novel terbarunya yang berjudul The Time Keeper atau dalam Bahasa Indonesia berjudul Sang Penjaga Waktu. Ini adalah dongeng mengenai manusia pertama yang menghitung waktu di bumi, orang yang kelak akan menjadi Sang Penjaga Waktu.
Novel The Time Keeper pertama kali diterbitkan pada tahun 2012. Novel ini juga telah diterbitkan di Indonesia pada tahun 2014, dan telah beberapa kali dicetak. Cetakan terbaru novel ini diterbitkan pada Agustus 2019 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Dia adalah pencipta jam pertama di dunia. Namun, dia dihukum, karena mencoba untuk mengukur anugerah paling besar dari Tuhan. Ia diasingkan ke dalam gua sampai berabad-abad lamanya dan dipaksa mendengarkan suara orang-orang yang meminta diberi lebih banyak waktu. Kemudian, dia kembali ke dunia kita dengan membawa jam pasir ajaib dan suatu misi, yakni menebus kesalahannya dengan mempertemukan dua manusia di bumi, lalu mengajarkan makna waktu kepada mereka.
Selain mengajarkan kedua manusia di bumi, novel ini juga secara lebih lanjut mengajarkan seluruh pembaca mengenai makna waktu. Sebelum membaca kisah Sang Penjaga Waktu, yuk baca dulu artikel ulasan novel ini hingga selesai!
Table of Contents
Profil Mitch Albom – Penulis Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
Mitchell David Albom atau yang dikenal sebagai Mitch Albom merupakan penulis, penulis untuk Detroit Free Press, penyiar, musisi, dan juga seorang yang telah terpilih sebagai kolumnis olahraga Amerika nomor satu sebanyak sepuluh kali oleh Associated Press Sports Editors.
Mitch Albom lahir pada tanggal 23 Mei 1958 di Passaic, New Jersey, dari pasangan Rhoda dan Ira Albom. Mitch merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Mitch pernah belajar bermain piano pada saat ia remaja, dan menjadi anggota dari beberapa grup musik.
Setelah lulus dari bangku SMA di New Jersey dan Pennsylvania, Mitch melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, dan berhasil menerima gelar sarjana bidang Sosiologi pada tahun 1979 dari Universitas Brandeis di Waltham, Massachusetts. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Mitch masih menjadi seorang musisi, dan pernah tampil di Eropa dan Amerika.
Mitch juga menulis dan memproduksi beberapa lagu rekamannya sendiri. Sekitar umur 20 tahun ketika Mitch tinggal di New York, ia mulai tertarik dengan dunia jurnalisme dan menjadi relawan untuk bekerja di surat kabar lokal mingguan yang bernama The Queens Tribune.
Mitch juga kembali berkuliah dan berhasil mendapatkan gelar magister dari Columbia University’s Graduate School of Journalism. Tak sampai di situ saja, Mitch juga mendapatkan gelar MBA dari Columbia University’s Graduate School of Business.
Mitch menjadi seorang penulis dan bekerja sebagai jurnalis tenaga lepas di New York untuk media massa seperti Sports Illustrated, GEO, dan The Philadelphia Inquirer. Ia juga bekerja penuh sebagai penulis surat kabar di The Fort Lauderdale News dan Sun Sentinel di Florida.
Mitch pada saat ini bekerja menjadi penyiar dalam acara gelar wicara untuk radio WJR dan juga sering muncul dalam ESPN Sports sebagai reporter and Sports Center. Mitch sebagai seorang penulis buku juga diakui dalam kancah internasional.
Karya Mitch yang berjudul Tuesdays with Morrie ini menjadi salah satu buku best seller selama tujuh tahun lamanya, juga menjadi karya memoar terbaik. Karya lain MItch yang berjudul Satu Hari Bersamamu yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 2006 juga berhasil meraih kesuksesan menjadi buku best seller versi The New York Times selama 9 bulan.
Karya Mitch berjudul Meniti Bianglala juga meraih kesuksesan dengan penjualan lebih dari sepuluh juta kopi, dan diterjemahkan dalam 35 bahasa. Sejumlah tiga novel yang ditulis Mitch juga berhasil diadaptasi menjadi film. Salah satunya adalah karyanya yang berjudul “Satu Hari Bersamamu” dijadikan film yang diproduseri oleh Oprah Winfrey pada tahun 1999.
Sinopsis Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
Ini adalah kisah tentang 3 orang yang bernama Dor, yakni manusia yang ingin menghentikan waktu, kemudian Victor, manusia yang ingin memperlambat waktu, dan Sarah, manusia yang ingin mempercepat waktu. Mereka bertiga tidak saling mengenal dan hidup di masa yang berbeda. Namun, siapa sangka ternyata takdir membuat mereka terikat satu sama lain dan saling memengaruhi.
Dikisahkan bahwa Dor, seorang laki-laki yang sangat berbeda dengan laki-laki lainnya. Dor ini suka sekali mengukur. Ia suka memerhatikan matahari dan bulan, kemudian menghitungnya menggunakan mangkuk yang dilubangi. Ia mengukur berapa yang dibutuhkan matahari untuk tenggelam dan berapa yang dibutuhkan bulan untuk menampakkan dirinya.
Dor memiliki dua teman sedari ia masih kecil, yakni Nim dan Alli. Nim tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan menjadi raja pada masa itu. Sedangkan, Dor hidup sederhana dan menikah dengan Alli. Dari hasil pernikahan mereka, Dor memiliki tiga orang anak.
Nim adalah sosok raja yang haus akan kekuasaan. Ia membangun menara tinggi dan ingin menghancurkan dewa-dewa, untuk merebut kekuasaan serta menjadi yang paling tinggi. Suatu waktu, Nim memerintahkan Dor untuk ikut dalam gerakan pembangunannya. Oleh karena Dor tak ingin menjadi budak dan lebih suka untuk mengukur ia menolak perintah itu.
Dor menjadi pencipta jam pertama di bumi. Ia kemudian dihukum, karena mencoba untuk mengukur waktu yang dianggap sebagai anugerah paling besar dari Tuhan. Dor kemudian diasingkan ke gua selama berabad-abad lamanya. Dor pergi bersama dengan Alli, dan anak-anak mereka dititipkan ke orang tua Dor.
Dor menjadi sosok yang disebut sebagai Father Time dan ia harus mendengarkan keluhan banyak orang yang ingin mendapatkan waktu lebih. Pada akhirnya, Dor mendapatkan kesempatan untuk menebus dirinya dan mendapatkan kebebasannya kembali. Dia kemudian membantu dua orang yang memahami nilai manajemen waktu secara sangat berbeda.
Orang pertama adalah Victor, orang paling kaya urutan ke-empat belas di dunia. Victor adalah seorang anak yatim piatu, ayahnya meninggal saat masih kecil dan ibunya memutuskan untuk bunuh diri setelah peristiwa itu. Victor mengidap kanker ginjal dan divonis hanya memiliki waktu untuk hidup tidak lebih dari dua bulan.
Kehidupan Victor mulai berubah ketika ia bertemu dengan Grace di lift perusahaan miliknya. Mereka pun akhirnya menikah, hidup bahagia, dan menciptakan banyak momen romantis. Mengetahui kehidupan bahagianya hanya akan bertahan sebentar lagi, Victor ingin menipu kematian dengan melakukan pembekuan kriogenik.
Orang kedua adalah seorang gadis SMA bernama Sarah Lemon. Sarah adalah anak tunggal dari orang tua yang bercerai sejak ia masih berusia 12 tahun. Sarah dan ibunya, Lorraine, masih mengharapkan Tom, sang ayah. Lorraine berharap untuk memaki-maki Tom dan menyalahkannya atas seluruh perbuatan yang telah dilakukannya. Sedangkan Sarah berharap sang ayah dapat membawa Sarah bersamanya supaya ia terbebas dari Ibunya.
Sarah adalah sosok gadis yang cerdas, tetapi tidak percaya diri dengan penampilan wajah dan tubuhnya. Oleh karena ia membutuhkan sertifikat pembuktian bekerja di masyarakat untuk masuk universitas, Sarah mendaftar menjadi relawan untuk orang-orang tua yang tinggal di lingkungannya. Hari-harinya menjadi relawan berjalan biasa saja hingga pada suatu hari, Sarah bertemu Ethan.
Ethan adalah sosok cowok tampan, seksi, dan ramah yang selalu bersikap baik kepada Sarah. Ia juga membuat panggilan istimewa bagi Sarah, yakni “Lemonade”. Oleh karena sikap Ethan yang seperti itu, Sarah menjadi yakin bahwa Ethan mencintainya. Namun, Ethan pada akhirnya menolak cinta Sarah dan mempermalukannya. Seluruh hal yang terjadi di hidup Sarah ini membuat dirinya berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Dor kemudian mengubah nasib mereka dengan menghentikan waktu, lalu menunjukkan kepada mereka bagaimana masa depan mereka. Victor mendapati dirinya gagal dalam rencana untuk membekukan dirinya sendiri, dan ia terlahir kembali di masa depan. Sarah ditunjukkan bagaimana kondisi sang ibu yang sangat berduka atas kematiannya. Maka itu, Victor dan Sarah mempertimbangkan kembali rencana mereka.
Kelebihan Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
Melalui novel Sang Penjaga Waktu, Mitch Albom ingin menyampaikan pesan yang terkait dengan waktu. Pesan ini dikemas dalam sebuah cerita yang cukup rumit jalan ceritanya, tetapi tidak sulit untuk dimengerti. Sebab, Mitch Albom menghadirkan contoh kasus yang sederhana dan marak ditemukan di masyarakat.
Ini adalah kisah tentang waktu yang menyentuh dan memberikan tamparan yang cukup keras bagi pembaca untuk menghargai waktu. Kisah ini adalah pengingat mengenai bagaimana cara menghargai waktu dan momen yang telah dilewati. Ini adalah dongeng yang hangat dan memberikan banyak pelajaran mengenai keluarga, cinta, dan waktu.
Kekurangan Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
Selain kelebihan, novel Sang Penjaga Waktu ini memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada bagian klimaksnya yang dinilai kurang memuaskan. Hal ini diakibatkan karena alur cerita yang sudah tertebak sejak awal. Namun, pembaca dapat tetap menikmati kisah yang menghangatkan hati ini.
Pesan Moral Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
Melalui kisah Sang Penjaga Waktu ini, kita diingatkan untuk senantiasa menghargai setiap detik yang berjalan di hidup ini. Jangan lagi mengeluh tentang waktu yang tampak selalu kurang atau tidak cukup untuk menunjang aktivitas kita. Sebaliknya, kita harus dapat menggunakan waktu yang terbatas tersebut dengan baik dan efektif. Nikmati setiap momen, habiskan waktu bersama orang-orang terkasih, dan untuk melakukan hal yang baik.
Waktu yang terbatas adalah sebuah hal yang akan memberikan keistimewaan bagi kita. Sbab, jika kita diberikan waktu yang tidak ada batasnya, maka kita tidak akan bisa menghargai waktu. Kita tak akan memberikan pengorbanan, dan semuanya akan berjalan secara hambar.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Sang Penjaga Waktu karya Mitch Albom. Menarik sekali ya kisah tentang waktu ini. Bagi kalian yang ingin mengetahui dengan lengkap kisah Dor, Victor, dan Sarah, kalian bisa langsung mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 3.88
- Review Novel The Time We Walk Together
- Review Novel Sangkakala di Langit Andalusia
- Review Novel Magnus Chase and The Gods of Asgard #3: The Ship of the Dead
- Review Novel Para Pencemas (Anxious People)
- Review Novel Patuhi Rules
- Review Novel Love Letters for Mr. T
- Review Novel Klara dan Sang Matahari
- Review Novel Gagal Cinta Kronis
- Review Novel Penyalin Cahaya
- Review Novel High Reputation
- Review Novel Philia
- Review Novel Dago Love Story
- Review Novel Temenan Sama Nasib
- Review Novel Merindu Cahaya De Amstel
- Review Novel American Gods
- Review Novel Brianna dan Bottomwise
- Review Novel Hilang Dalam Dekapan Semeru
- Review Novel The School for Good and Evil
- Review Novel Pembunuh di Balik Kabut
- Review Novel TeenLit: Vision
- Review Novel Banyu Biru
- Review Novel Lavender
- Review Buku English Classics: Sherlock Holmes - Short Stories #1
- Review Buku The Prophet
- Review Review Novel Belantara
- Review Novel Aliansi Monyet Putih
- Review Novel The Days I Love You
- Review Novel Misteri Kereta Api Biru
- Review Novel Cerita untuk Ayah
- Review Novel Lusi Lindri
- Review Novel Mayat dalam Perpustakaan
- Review Novel Rogue Lawyer
- Review Novel Para Pelindung (The Guardians)
- Review Novel Annisa
- Review Novel Arum Manis
- Review Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
- Review Novel Black House
- Review Buku Se(N)Iman
- Review Novel Not Me
- Review Novel Komsi Kamsa
- Review Buku Atavisme
- Review Novel Manusia dan Badainya
- Review Novel Muslihat dengan Cermin (They Do it with Mirror)
- Review Novel Masque of the Red Death
- Review Buku The Mysterious Affair at Styles
- Review Norse Mythology
- Review Novel Melbourne Wedding Marathon