Segi Tiga Karya Sapardi Djoko Damono – Siapa yang tidak kenal dengan penulis legendaris Indonesia, Sapardi Djoko Damono? Setiap novel dan sajak-sajak yang Ia tulis selalu berhasil memikat banyak hati para pembacanya. Ditambah lagi, Sapardi selalu menyelipkan quotes-quotes pada buku-buku yang Ia tulis.
Salah satu buku terbarunya berjudul Segi Tiga yang terbit pada tahun 2020 pun turut menyita perhatian. Dalam laman Good Read, buku Sapardi Djoko Damono berjudul Segi Tiga mendapatkan rating cukup tinggi yaitu sekitar 3.79 dari 5.
Penasaran dengan alur kisah dari novel Segi Tiga karya Sapardi Djoko Damono atau ingin mengenal lebih jauh sosok Sapardi Djoko? Berikut biodata singkat dan seputar novel Segi Tiga karya Dapardi Djoko Damono.
Table of Contents
Biografi Sapardi Djoko Damono Penulis Novel Segi Tiga
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir pada 20 Maret 1940. Ia adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia dan lebih sering dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. Sapardi Djoko adalah putra pertama dari pasangan Sadyoko dan Saparian.
Sapardi dikenal dari puisi-puisi yang ia tulis tentang hal-hal sederhana, akan tetapi memiliki makna yang dalam tentang kehidupan, sehingga beberapa karyanya pun sangat populer baik di antara sastrawan lain atau masyarakat umum. Dalam dunia kesusastraan Indonesia, Sapardi Djoko dipandang sebagai salah satu sastrawan angkatan 1970-an.
SDD menghabiskan masa mudanya di Surakarta dan jalur pendidikan dasar yang ia tempuh di SD Kesatrian Keraton Surakarta. Ia menempuh pendidikan menengah di SMP N 2 Surakarta dan lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutkan di SMA N 2 Surakarta dan lulus pada tahun 1958.
Semasa bersekolah, Sapardi telah menulis beberapa karya yang ia kirimkan ke majalah-majalah. Kegemarannya dalam menulis ini pun semakin berkembang ketika ia menempuh kuliah pada bidang Bahasa Inggris di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sapardi juga pernah menempuh masa studi di University of Hawaii, Honolulu dan menempuh program doktor di Fakultas Sastra di Universitas Indonesia kemudian lulus pada tahun 1989.
Setelah lulus kuliah, Sapardi sempat mengajar di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni di IKIP Malang, Madiun hingga tahun 1968. Kemudian pada tahun 1973, Sapardi bekerja di Semarang kemudian pindah ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana dari Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.
Pada tahun 1974, Sapardi mengajar di Fakultas Ilmu Budaya UI dan ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya UI pada periode 1995 hingga 1999 setelah sebelumnya ia diangkat sebagai guru besar.
Pada masa-masa tersebut pula, Sapardi menjabat sebagai redaktur majalah Horison, Kalam, Basis, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia dan country editor pada majalah Tenggara di Kuala Lumpur.
Setelah purna tugas sebagai dosen di UI tahun 2005, Sapardi Djoko masih mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta dan tetap menulis karya-karya fiksi maupun non fiksi.
Selain terkenal sebagai sastrawan Indonesia, sajak-sajak Sapardi juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Sapardi tidak hanya aktif menulis puisi, akan tetapi juga cerita pendek. Selain itu, ia juga aktif menerjemahkan beberapa karya penulis asing, menulis esai, menulis kolom atau artikel pada surat kabar termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisi karya Sapardi Djoko sangat populer dan banyak orang mengenal Sapardi melalui karyanya berjudul Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Akulah si Telaga, Pada Suatu Hari Nanti dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
Popularitas dari puisi-puisinya semakin meningkat setelah dilakukan musikalisasi puisi oleh alumni mahasiswanya di FIB UI yaitu Umar Muslim, Ags Arya Dipayana, Reda Gaudiamo, Tatyana Soebianto dan Ari Malibu. Dari hasil musikalisasi puisi tersebut, salah satu album yang cukup terkenal adalah oleh Reda serta Tatyana.
Sapardi Djoko Damono meninggal pada 19 Juli 2020 di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan setelah sebelumnya sempat dirawat karena mengalami penurunan fungsi organ tubuh. Sebelum meninggal dunia, Sapardi sempat menyelesaikan dua karya terakhirnya yaitu sebuah kumpulan puisi yang terbit pada tahun 2020 berjudul Mboel dan sebuah novel berjudul Segi Tiga.
Sinopsis Novel Segi Tiga Karya Sapardi Djoko Damono
Judul Buku: Segi Tiga
Penulis Buku: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 328
Tanggal Terbit: 23 Maret 2020
Percayakah kau pada ganasnya cinta pertama? Pernahkah kamu berpikir bahwa cinta pertama diciptakan oleh Juru Dongeng, agar perempuan seperti kita ini tidak henti-hentinya kacau pikirannya, agar gadis baik seperti kita ini sering kali tidak dapat tidur dengan nyenyak?
Kisah yang dirakit oleh Juru Dongeng untuk diriku ini mungkin tidak berlaku bagi semua gadis seperti dirimu, akan tetapi seandainya pada suatu ketika nanti dirakit untuk dirimu oleh Juru Dongeng, maka janganlah kamu menganggap bahwa itu hanya pada dirimu saja dan karenanya membuat dirimu merasa ciut atau bahkan mengobarkan marahmu serta membusuk-busukan Juru Dongen kita itu.
Juru Dongeng itu ada, karena kita ada atau sebaliknya. Kita ada karena Sang Juru Dongeng itu ada.
Dalam novel Segi Tiga, Sapardi Djoko Damono tidak hanya menceritakan bagaimana rumitnya sebuah hubungan antara tokoh-tokoh novel, tetapi juga kelindan yang terjadi di antara tokoh-tokoh novel serta Juru Dongeng yang misterius ini.
Review Novel Segi Tiga karya Sapardi Djoko Damono
Novel Segi Tiga merupakan novel terakhir yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono sebelum dirinya meninggal dunia pada 19 Juli 2020 karena penurunan fungsi organ tubuh. Sebelum meninggal dunia, Sapardi masih produktif menulis karya-karya sastra, mulai dari kumpulan puisi hingga novel.
Apabila Grameds penasaran dengan novel terakhir karya Sapardi Djoko Damono ini, Grameds dapat membaca review singkatnya di artikel ini.
Ada segi tiga atau segi empat atau segi banyak atau tidak ada sama sekali. Belum jelas benar apakah kaki segi tiga yang mana yang panjang serta sudut manakah yang paling lebar. Belum jelas pula siapa yang terlibat di dalamnya, meskipun ketiga tokoh tersebut sangat mungkin memegang peran utama.
Mungkin pula tidak ada segi tiga, tidak ada segi empat dan tidak ada segi banyak. Mungkin juga segala bentuk dari segi tersebut hanyalah ada dalam angan-angan orang yang suka akan kisah cinta yang berbelit-belit.
Dalam novel Segi Tiga ini, Sapardi menceritakan kisah dari tiga tokoh sentral yaitu Suryo, Gendis, dan Noriko. Ketiga peran ini digambarkan sama rata, tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih dominan menjadi pemeran utama. Ketiga tokoh tersebut digambarkan terlibat dalam cinta segi tiga yang cukup rumit.
Semua kisah cinta segi tiga ini ada, karena kehendak dari sang Juru Dongeng. Namun Sapardi tidak mendetailkan soal penokohan Juru Dongeng ini, sehingga Juru Dongeng masih cukup misterius di mata pembaca.
Juru Dongeng diibaratkan sebagai seorang dalang yang memiliki peran dalam mengatur wayang-wayangnya untuk melakoni sebuah cerita yang telah ia susun sendiri. Cerita dimulai ketika Suryo tengah mencari keberadaan Juru Dongeng hingga ia bertemu dengan Noriko yang saat itu juga mencari keberadaan Juru Dongen karena bantuan dari Gendis serta Hanindyo, sahabatnya.
Pertemuan antara Suryo dan Noriko ini membuat dirinya menjadi seorang majnun, Noriko tidak dapat melupakan cinta pertamanya terhadap Katsuo, Hanindyo sangat mencintai Gendis, sementara Gendis ikut menjadi majnun karena sepupunya yaitu Suryo.
Semua ini terjadi karena tentunya ulah dari sang Juru Dongeng yang membuat para tokoh terjebak dalam rumitnya cinta. Hingga pada akhirnya, sanga Juru Dongeng lah yang dapat menentukan bagaimana akhir kisah percintaan di antara mereka.
Tidak seperti novel yang lain, novel karya Sapardi Djoko Damono satu ini mengisahkan tentang cerita cinta yang tidak biasa. Selain kisah cinta yang rumit, ada pula berbagai macam konflik lain yang turut hadir dalam novel ini dan dialami oleh setiap tokohnya.
Sehingga ada banyak sekali makna kehidupan dan nilai yang dapat diambil dari novel ini. Latar tempat yang digunakan oleh Sapardi untuk menceritakan kisah-kisah cinta para tokohnya adalah daerah Jakarta dan Solo. Sementara itu, suasana yang diceritakan rata-rata menunjukan tentang suasana yang sedih.
Novel terakhir yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono ini cukup unik, salah satunya keunikan dari novel ini adalah alur cerita yang sulit ditebak. Banyak dari pembaca novel tidak dapat menduga alur dan jalan cerita dalam novel ini.
Kekhasan tulisan Sapardi Djoko Damono tentu saja tidak hilang pada novel ini. Sapardi tetap menuliskan kisah dengan kata-kata yang puitis serta menyisipkan banyak quote yang dapat menggugah jiwa pembaca. Selain itu, Sapardi juga berhasil membuat perwatakan masing-masing tokoh sangat kuat serta jelas. Sehingga, pembaca tidak akan bosan serta tertarik dengan cerita yang disajikan.
Novel Segi Tiga akan membawa pikiran pembaca ke dalam peristiwa yang nyata dengan tempat-tempat yang dikunjungi oleh setiap tokohnya. Juga kehidupan yang dijalani oleh para tokoh.
Melalui novel ini pula, Sapardi mengajak para pembaca untuk menikmati serta mencintai hal-hal kecil yang selama ini, mungkin dianggap tidak berharga, remeh dan tidak bernyawa.
Jika ditelaah, Juru Dongeng dalam novel ini dapat diartikan sebagai Tuhan, sebagai Sang Maha yang memiliki kuasa atas semesta dan makhluk di dalamnya. Melalui kisah Suryo, Gendis, dan Noriko ini, Sapardi menggambarkan bahwa manusia kadang merasa ciut atau bahkan mengobarkan rasa amarahnya karena takdir yang telah digariskan oleh Tuhan.
Melalui novel ini pula, Sapardi menyiratkan bahwa suka atau tidak, kita sebagai manusia tetapi harus mengikuti alur dan rencana yang telah dibuat oleh sang Juru Dongeng untuk kita dan semuanya pasti akan selesai sesuai dengan semestinya.
Sapardi seolah menitip pesan melalui novel ini, bahwa manusia perlu berserah diri pada Tuhan yang mengatur kehidupan, alih-alih marah dan merasa putus asa ketika takdir berbicara lain dengan keinginan kita.
Novel Segi Tiga ini tidak terlalu berat untuk dibaca, sehingga Grameds dapat membacanya di waktu luang tanpa perlu banyak menanyakan apa maksud dari Sapardi dari novel ini.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, akan tetapi novel ini juga tidak luput dari kekurangan. Ada beberapa bagian yang dinilai oleh pembaca terlalu memaksakan untuk mengisi novel tersebut. Bagian tersebut adalah ketika Suryo bertemu dengan seorang gadis di kereta menuju Jakarta.
Terlepas dari kekurangannya, novel ini tentu kayak dibaca dan sangat direkomendasikan, terutama bagi Grameds yang mungkin saat ini tengah mengalami kisah cinta cukup rumit dan bingung dengan harus berbuat apa.
Selain kisah cinta, Sapardi juga menyajikan kisah tentang pertemanan dan keluarga yang memiliki banyak pesan moral di dalamnya. Semua kisah-kisah dalam buku ini ditulis dengan bahasa puitis yang membuat nilai plus dan sangat menarik untuk dibaca.
Quotes dalam Novel Segi Tiga Karya Sapardi Djoko Damono
Seperti karya-karya Sapardi Djoko Damono yang lain, novel Segi Tiga ini juga memiliki quotes-quotes penggugah jiwa dan pengingat bagi para pembacanya. Agar semakin penasaran dan ingin membaca buku Segi Tiga karya Sapardi Djoko Damono, berikut beberapa quotes yang ada pada novel terakhirnya.
- Di zaman sekarang ini kan apapun bisa terjadi, begitu malah kata mereka. Terkadang dapat dipahami, akan tetapi lebih sering tidak bisa dan memang tidak perlu dipahami. Untuk apa?
- Konon, alam raya tercipta karena ada yang menari, karena ada yang dengan tertib mengatur setiap langkah, karena ada Maha Zat.
- Janji yang mungkin telah diucapkan tidak akan pernah ditepati, karena yang disebut dengan besok itu tidak ada serta tidak pernah ada dan suara langkah kaki itu tetaplah seperti itu selama-lamanya, karena itu hanyalah janji.
- Panca indera tidak dapat mengenal dan sama sekali tidak percaya akan ritus penghapusan ingatan. Kita tidak memiliki apa-apa sama sekali, kecuali yang mengikuti kita hingga ke seberang cakrawala dan itu tidak lain yang ada pada kenangan kita sendiri.
Yang membuat sarang pada kenangan kita. Yang bertelur dalam kenangan kita. Yang beranak pinak dalam kenangan kita. Yang justru dapat menghidupkan kita hanyalah jika kita bijaksana dalam merawatnya dengan sungguh-sungguh serta tekun dalam memeliharanya. - Kita akan terpisah semakin jauh, akan tetapi tetap bersama-sama menghela serta menghembuskan napas. Kamu ada pada helaan nafasku, aku terdengar dalam hembusan nafasmu.
- Mau apa kita? Dia juga pernah bilang dapat menyatukan aku dan kamu dalam setiap denyut jantungnya. Aku percaya itu. Kamu tentu juga. Jika jantungnya berdenyut, maka jantungku dan jantungmu pun juga berdenyut dalam irama serta ketukan yang sama.
- Cinta, adalah konsep yang tidak pernah bisa dipahami sepenuhnya oleh yang terlibat, telah merubah si korban menjadi matang, jika tidak boleh dikatakan gosong dan karena hal itulah, tidak perlu dipermasalahkan lagi, siap atau ikhlas makan masakan yang gosong atau tidak.
- Aku berusaha dengan susah payah mengibaskan perasaan yang datang sangat mendadak itu, dan gagal. Akan tetapi, muncul dengan segera dengan sangat sigap.
Rekomendasi Karya Sapardi Djoko Damono Lainnya
Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Kolam
Itulah review novel Segi Tiga karya Sapardi Djoko Damono, novel terakhir yang sempat terbit dan ditulis oleh Sapardi sebelum meninggal dunia. Apabila tertarik membaca novel satu ini, Grameds bisa membelinya di Gramedia.com. Gramedia juga menyediakan novel dan kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono lainnya untuk kamu baca supaya kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Khansa
BACA JUGA:
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Bahasa Inggris
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Buku Hukum Pidana
- Rekomendasi Buku Tentang Manajemen
- Rekomendasi Buku Tentang Mental Health
- Rekomendasi Buku Tentang Wanita
- Rekomendasi Buku Tentang Zakat
- Rekomendasi Buku Karya Buya Hamka
- Review Novel Parable
- Review Novel Pacarku Presiden Mahasiswa
- Review Novel Juandara
- Review Girls in The Dark Akiyoshi Rikako
- Review Novel Laut Tengah
- Resensi Buku Berdamai Dengan Takdir
- Review Novel Izana
- Review Novel Kata by Rintik Sendu
- Review Novel Darka
- Review Novel Janshen
- Review Novel Alone
- Review Novel Harga Diri Sang Pengacara Tampan
- Review Novel Silent Demon
- Review Komik Frieren
- Review Komik Tintin
- Review Novel Unwanted Bond
- Review Novel Bara
- Review Novel Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi
- Review Novel The Name of The Game
- Review Novel Dear J
- Review Buku Grey dan Jingga The Twilight
- Review Novel The Grumpy
- Sinopsis Novel Pembunuhan di Kingfisher
- Review Buku Anne of Green Gables
- Review Buku Tiga dalam Kayu
- Review Buku Cinta yang Tak Biasa
- Review Novel Segi Tiga
- Review Novel The Woman in the Window
- Review Novel Starstuck Syndrome
- Review Novel Rindu yang Baik untuk Kisah yang Pelik
- Review Novel Janur Ireng
- Review Novel Journal Of Terror
- Review Novel Keeping Up With The Kims
- Review Novel Modus
- Review Buku EXO Salah Gaul