Bagi Grameds pecinta karya Tere Liye, mungkin sudah tak asing lagi dengan novel yang satu ini. Novel Si Anak Cahaya ini adalah novel kelima dari serial anak nusantara, lanjutan dari novel Pukat, Burlian, Eliana, dan Amelia. Di seri kelima ini, akan dikisahkan tentang masa kecil Mamak. Mamak yang bernama asli Nurmas ini benar-benar menjadi perwujudan dari namanya, yakni anak cahaya.
Novel kesekian karya Tere Liye ini dicetak pertama kali pada Desember 2018. Novel dengan total 417 halaman ini merupakan karya fiksi sastra yang menjadi salah satu novel best seller. Novel ini mengisahkan tentang gadis kecil bernama Nurmas yang hidup di desa yang jauh di pedalaman.
Berlatar di sekitar tahun 1950-an, Nurmas hidup di masa awal kemerdekaan, di mana semua hal serba terbatas. Bahkan untuk ke sekolah pun, para siswa tak mengenakan alas kaki, apalagi seragam. Walaupun kehidupan di kampung tidak mudah, Nurmas tetap menjalani kehidupannya dengan ceria.
Nur masih duduk di bangku kelas 5 SD ketika cerita ini dimulai. Namun, ia sudah berani pergi seorang diri ke kota kabupaten demi menemui dokter dan meminta obat untuk bapaknya yang sakit. Ia menempuh jarak 15 pal untuk sampai ke kota, dengan hanya menaiki gerobak kerbau.
Saat musim paceklik tiba, persediaan bahan makanan di rumah Nur sudah habis. Maka itu, Nur pun dimintai tolong oleh mamaknya untuk menjual ikan di pasar, dan menyuruh hasil jualan itu dibelikan bahan dapur. Namun, Nur gagal melakukannya dengan malah menghilangkan uang tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, bapak Nur harus rela menjadi kuli di pasar yang hanya buka selama satu hari dalam seminggu. Untung saja bapaknya hanya menjadi kuli selama sehari. Nur pun memikirkan cara untuk membantu orang tuanya, dan dia memutuskan untuk membangun usaha menjual gorengan dan kopi di stasiun kereta yang berlokasi dekat kampung mereka.
Pada zaman dahulu, bapak Nur pernah menjadi bagian dari kelompok komunis, tetapi sejak terjadi peristiwa yang tragis, bapak Nur pun akhirnya tobat dan menikah dengan mamak. Peristiwa itu membuat seseorang menyimpan dendam kepada bapak Nur, dan akhirnya membalaskan dendam itu ketika Nur kelas 6 SD. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, Nur akhirnya disebut sebagai si anak cahaya.
Penasaran akan keseruan kisah Nur, si anak yang ceria, meskipun hidupnya penuh dengan peristiwa-peristiwa mengejutkan? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Tapi, sebelum itu, baca dulu ulasan novel ini hingga selesai ya!
Table of Contents
Profil Tere Liye – Penulis Novel Si Anak Cahaya
Tere Liye bukan nama asli dari penulis novel Si Anak Cahaya ini, melainkan itu adalah nama penanya yang selalu dicantumkan dalam setiap karyanya. Nama Tere Liye sendiri berasal dari bahasa India yang memiliki arti “untukmu”.
Nama asli dari Tere Liye adalah Darwis. Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979, di Lahat, Sumatera Selatan. Tere Liye lahir di keluarga petani biasa di daerah pedalaman Sumatera. Tere Liye merupakan anak keenam dari total tujuh anak yang dimiliki orang tuanya. Keluarga Tere Liye adalah keluarga yang sederhana.
Kesederhanaan tersebut bukan lah menjadi hal yang negatif, melainkan menjadi hal positif, yang mana kesederhanaan tersebut memupuk kepribadian Tere Liye menjadi seorang yang rendah hati walaupun tengah mencapai kesuksesan di hidupnya.
Tere Liye menempuh studi pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Lalu melanjutkan kepada jenjang selanjutnya di sekolah yang sama, SMP Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian, menempuh pendidikan menengah atas di SMA Negeri 9, Bandar Lampung.
Setelah lulus pendidikan menengah atas, Tere Liye merantau keluar Pulau Sumatera menuju Pulau Jawa untuk melanjutkan studinya di Universitas Indonesia, dan kuliah di Fakultas Ekonomi. Pria berusia 42 tahun ini sudah menikah dengan seorang wanita bernama Riski Amelia. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang buah hati, yakni Abdullah Pasai dan Faizah Azkia.
Tere Liye sehari-harinya bekerja sebagai seorang akuntan. Baginya, menulis hanya lah sebuah hobi, bukan profesi yang memang ingin digelutinya. Tere Liye adalah pribadi yang sangat tertutup. Berbeda dengan penulis ternama lainnya, Tere Liye tidak ingin membagikan informasi personal mengenai dirinya. Anda tidak dapat menemukan riwayat hidup, foto, dan kontak aktif yang bisa dihubungi di akhir buku karyanya.
Tere Liye jarang menerima tawaran untuk menjadi pembicara di berbagai acara seperti seminar, workshop, bedah buku, dan acara lain yang terkait dengan profesinya sebagai penulis. Bahkan, dalam suatu kesempatan di acara talkshow yang dibintanginya, Tere Liye enggan memperkenalkan diri dan langsung mulai menjelaskan materi presentasinya.
Meskipun bagi Tere Liye menulis hanyalah hobi, tetapi bakatnya untuk menulis tak bisa dipungkiri. Tere Liye mengawali karirnya sebagai penulis pada tahun 2005, dengan karyanya yang berjudul Hafalan Shalat Delisa.
Buku Hafalan Shalat Delisa karya pertama Tere Liye langsung meraih kesuksesan dan berhasil diadaptasi menjadi film layar lebar. Terdapat 5 karya lain dari Tere Liye yang juga diadaptasi menjadi film layar lebar. Karya-karya tersebut, yakni Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Ayahku (Bukan) Pembohong, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Bidadari-bidadari Surga, dan Moga Bunda Disayang Allah.
Hingga saat ini, Tere Liye telah berhasil menerbitkan sebanyak lebih dari 50 buku dengan berbagai jenis dan genre. Tere Liye menulis berbagai jenis buku, yaitu novel, buku kumpulan puisi, buku kumpulan kutipan, buku kumpulan cerpen, hingga buku anak-anak bergambar.
Tere Liye juga merupakan penulis multi-genre dengan melahirkan karya bergenre romance, anak-anak dan keluarga, filsafat, action, fantasi, science fiction, biografi, sosial, ekonomi, dan politik, serta sejarah. Tere Liye juga menulis beberapa buku serial, yaitu Serial Anak-anak Mamak, Serial Bumi, Serial Aksi, dan Serial Cerita Anak Bergambar.
Sinopsis Novel Si Anak Cahaya
Nurmas, nama kau itu nama yang indah sekali. Nur berarti cahaya, mas atau emas adalah logam mulia yang berharga. Aku berharap, suatu saat nanti cahaya dan kemuliaan kau akan bersatu dan berkilauan. Nurmas adalah anak pertama dadi pasangan Yadi dan Qaf. Kisah ini berlatar belakang pada tahun 1950-an di sebuah desa pedalaman.
Nurmas memiliki 3 orang sahabat yang menyenangkan dan terkadang menyebalkan, yaitu Siti, Jamilah, dan Rukayah. Dianggap menyebalkan, karena suka menjodoh-jodohkannya dengan Badrun S. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kepanjangan dari “S” dalam nama belakang Badrun. Badrun adalah anak kelas 6 SD, kakak kelas Nurmas yang masih duduk di kelas 5.
Di mata Nur, Badrun sangat menyebalkan, karena selalu memanggilnya sebagai anak sok pintar. Maka itu, Nur dan teman-temannya juga memanggil nama belakang Badrun menjadi Si Susah atau Si Sulit. Sekolah mereka hanya memiliki seorang guru SD yang mengajar semua murid, yaitu Pak Ahmad Zen atau yang biasa dipanggil Pak Zen. Pak Zen ini juga merupakan guru mengajinya Kakek Berahim.
Kehidupan Nurmas dipenuhi dengan petualangan-petualangan seru, yang dilakukan sendiri dan juga bersama sahabatnya. Salah satu pengalaman Nur yang tak terlupakan adalah ketika Nur pergi seorang diri ke kota kabupaten untuk menemui dokter Van Arken. Ia pergi dengan tujuan untuk membelikan obat bagi Bapaknya yang sedang sakit. Nurmas menempuh perjalanan yang sangat jauh itu dengan menumpang gerobak kerbau milik Bang Topa.
Selain itu, ada lagi petualangan yang menegangkan ketika Nurmas ditemani ketiga sahabatnya untuk menunggu ladang, dan malah bertemu dengan harimau dan babi hutan liar. Ada juga kisah yang lucu, yaitu saat Nur dan ketiga sahabatnya menjadi murid Nek Beriah, dukun anak di kampung mereka.
Untuk membantu situasi ekonomi keluarganya, Nurmas mencoba membuka usaha dengan berjualan gorengan dan kopi di stasiun kereta api, bersama ketiga sahabatnya. Namun, pada akhirnya, usaha mereka layu sebelum berkembang, karena krisis ekonomi memaksa stasiun di kampungnya itu ditutup. Krisis itu pun memaksa mereka untuk berpisah dengan Pak De yang telah tinggal dan bekerja di kampungnya selama dua puluh tahun.
Pada zaman dahulu, bapak Nur pernah menjadi bagian dari kelompok komunis, tetapi sejak terjadi peristiwa yang tragis, bapak Nur pun akhirnya tobat dan menikah dengan mamak. Peristiwa itu membuat seseorang menyimpan dendam kepada bapak Nur, yaitu Dulikas. Ia kembali ke kampung tempat tinggal Nur untuk mencari bapak Nur dan membalaskan dendam.
Lalu, apakah balas dendam itu berhasil dilakukan? Atau justru Bapak Nur dan Nur berhasil menyelamatkan dirinya?
Kelebihan dan Kekurangan Novel Si Anak Cahaya
Kelebihan Novel Si Anak Cahaya
Sebagai karya tulis seorang Tere Liye, kualitas novel Si Anak Cahaya ini tak perlu diragukan lagi. Tere Liye selalu saja bisa menuliskan narasi dengan ringan, sehingga alur kisah sangat mengalir, dan pembaca pun bisa menikmati kisah ini dengan nyaman. Tentunya, kisah ini juga mampu membawa pembaca merasa ikut terlibat dalam perjalanan bersama Nurmas.
Seperti yang telah disebutkan di atas, kisah ini berlatar pada tahun 1950-an. Tere Liye berhasil untuk membangun latar tersebut dengan baik, dan mampu menjelaskan suasana pada zaman itu dengan detail. Maka dari itu, pembaca bisa ikut mengimajinasikan bagaimana suasana di kala Indonesia baru merdeka.
Dengan berlatar pada zaman dahulu, kisah Si Anak Cahaya ini dapat membuat sejumlah pembaca merasa bernostalgia. Sebab, kisah ini seperti membuka ingatan masa kecil, di mana Nurmas dan teman-temannya suka bermain bersama, bertengkar, kembali berbaikan, mandi di sungai, dan berpetualang bersama ala anak kampung.?
Kisah ini juga tak lupa menggambarkan bagaimana suasana negeri yang pada saat itu seringkali dilanda krisis, dan tragedi yang menyayat hati. Bagian kisah seperti ini bisa memperkenalkan atau mengingatkan pembaca akan sejarah negeri ini. Jadi, kisah ini bisa sekaligus memberikan pembelajaran bagi pembaca.
Karakterisasi para tokoh dalam cerita ini juga sangat kuat, dengan kepribadian yang unik, menarik, dan memikat pembaca. Kemudian, interaksi para tokoh dalam cerita ini juga menarik, lucu, hangat, sederhana, dan realistis, sehingga bisa menyentuh hati pembaca.? Sepanjang membaca novel ini, pembaca bisa merasakan berbagai emosi, mulai dari bahagia, tegang, takut, sedih, marah, hingga terharu.
Pada bagian akhir kisah, Tere Liye menyajikan plot twist yang tentunya bisa membuat pembaca merasa terkejut. Walaupun memang keseluruhan kisah ini juga dinilai tidak tertebak. Bagian epilog kisah ini juga dinilai memuaskan ekspektasi pembaca.
Secara keseluruhan, novel Si Anak Cahaya ini adalah bacaan yang menghibur dan sarat akan makna. Banyak pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini, tentang kesederhanaan, persahabatan, cinta orang tua, rendah hati, dan masih banyak yang lainnya. Dan, tak usah khawatir bagi Anda yang belum membaca keempat buku sebelumnya, karena kisah ini bisa berdiri sendiri, malah bisa memperkenalkan lebih dahulu sosok mamak, sebelum Anda mulai mengenal anak-anak mamak.
Kekurangan Novel Si Anak Cahaya
Selain memiliki kelebihan, novel Si Anak Cahaya ini juga masih memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada beberapa bagian yang tidak konsisten, karena beberapa detail berlawanan dengan informasi dari seri sebelumnya. Namun, detail ini tidak memengaruhi alur cerita secara keseluruhan.
Lalu, oleh karena novel ini diterbitkan dengan interval waktu yang cukup lama setelah keempat seri sebelumnya, pembaca lupa akan beberapa bagian yang saling berkaitan. Namun, kekurangan ini bersifat subjektif.
Pesan Moral Novel Si Anak Cahaya
Kisah kehidupan Nurmas mengajarkan kita tentang menghadapi dan melampaui keterbatasan dalam hidup, dengan memiliki semangat, ketekunan, kegigihan, kejujuran, keberanian, dan juga ketulusan. Dan yang paling penting, keceriaan untuk menghadapi semua rintangan tersebut.
Kisah ini juga mengingatkan pembaca tentang pengampunan dari Tuhan yang tak terhingga. Selalu ada pengampunan bagi orang-orang yang ingin bertaubat. Maka dari itu, tak ada alasan untuk tidak kembali ke jalan yang benar.
Kemudian, buku-buku yang kita baca, orang-orang yang kita dengar, perkumpulan yang kita ikuti, merupakan pembentuk karakter diri kita. Jadi, kita perlu selektif akan hal-hal yang bisa memengaruhi keseluruhan diri kita tersebut.
Kisah ini juga mengajarkan bahwa rasa cinta adalah jimat yang sangat kuat, juga perisai yang sangat kuat. Dengan berpegang teguh pada rasa cinta, manusia bisa mendapatkan hal-hal yang tak terduga, dan dapat menghadapi berbagai rintangan yang berat pula. Maka itu, semua orang memerlukan cinta.
Dari kisah ini, kita juga belajar bahwa karakter anak-anak terbentuk dari didikan orang tuanya, didikan dari guru atau mentornya, dan kejadian-kejadian yang mereka lewati ketika masa kanak-kanak. Sebagai orang yang hidup berdampingan dengan anak-anak, hendaknya kita memastikan untuk memberikan contoh yang baik bagi mereka, supaya bisa membentuk karakter yang baik juga.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Si Anak Cahaya karya Tere Liye. Penasaran akan petualangan Nurmas dan sahabat-sahabatnya? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com!
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Rating: 4.37
Penulis: Gabriel
- Urutan Novel Tere Liye
- Resensi Novel Bumi Tere Liye
- Resensi Novel Bulan Tere Liye
- Resensi Novel Matahari Tere Liye
- Resensi Novel Bintang Tere Liye
- Resensi Novel Komet Tere Liye
- Resensi Novel Komet Minor Tere Liye
- Resensi Novel Selena Tere Liye
- Resensi Novel Nebula Tere Liye
- Resensi Novel Si Putih Tere Liye
- Resensi Novel Ceroz dan Batozar Tere Liye
- Resensi Novel Sagaras
- Review Novel Bibi Gill
- Resensi Novel Ily Tere Liye
- Resensi Novel Lumpu Tere Liye
- Resensi Novel Pulang Pergi
- Resensi Novel Selamat Tinggal
- Resensi Novel Tentang Kamu
- Resensi Buku Rindu Tere Liye
- Review Novel Negeri Di Ujung Tanduk
- Resensi Novel Bedebah Di Ujung Tanduk Tere Liye
- Resensi Buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
- Review Novel Janji Tere Liye
- Rekomendasi Novel Tere Liye Terbaik
- Rekomendasi Novel Fiksi Indonesia
- Review Novel Si Anak Cahaya
- Review Novel Sepotong Hati yang Baru
- Review Novel Pergi
- Review Novel Yang Telah Lama Pergi