Surat dari Bapak merupakan sebuah novel karya Gol A Gong yang diterbitkan oleh Penerbit Puspa pada tahun 2016. Buku dengan total 170 halaman ini menjadi bagian dari Program Indonesia Membumi, yakni kerja sama antara KPK dengan IKAPI.
Adapun tujuan dari program ini adalah untuk melancarkan perang terhadap korupsi melalui literasi wacana antikorupsi. Program Indonesia Membumi ini dinilai sangat baik, karena KPK juga bekerjasama dengan beberapa penerbit untuk menerbitkan buku-buku anak yang isinya menanamkan kejujuran dan antikorupsi sejak dini.
Surat Dari Bapak mengisahkan tentang Farhan, mahasiswa tingkat pertama di Universitas Impian Raya (UIR), yang belakangan ini kerap mendapatkan teror melalui akun media sosialnya. Beberapa “akun palsu” menuduh dan mengejeknya sebagai anak koruptor. Akun-akun tersebut memaparkan fakta mengenai ketidakmungkinan orang tua Farhan yang hanya bekerja sebagai PNS guru bisa memiliki rumah yang besar, 2 mobil, dan pergi naik haji.
Komen-komen dari akun kardus semakin menjadi saat mereka mengetahui Farhan dibelikan mobil oleh orang tuanya sebagai kado atas keberhasilannya masuk ke UIR. Adapun total mobil yang dimiliki keluarga Farhan bertambah menjadi 3. Saat Farhan bertanya kepada ayah dan ibunya tentang harta mereka, mereka menjawab bahwa semua itu dibeli dengan uang halal.
Apakah pengakuan dari orang tua Farhan tersebut benar? Siapa sebenarnya sosok yang ada di balik akun palsu yang meneror Farhan? Apa alasan mereka menyampaikan tuduhan-tuduhan tersebut kepada Farhan? Yuk ketahui lebih banyak tentang novel ini dengan membaca artikel ini sampai selesai!
Table of Contents
Profil Gol A Gong – Penulis Novel Surat dari Bapak
Gol A Gong adalah penulis yang memulai karier kepenulisannya dari profesi sebagai wartawan. Namanya mulai populer sebagai penulis berkat novel yang berjudul “Balada Si Roy”. Pada 1989, pria yang sangat gemar dengan badminton ini tercatat sebagai wartawan tabloid Warta Pramuka (Kompas Gramedia).
Lalu, pada 1994 sampai 1995, ia sempat bekerja di tabloid Karina. Selain itu, Gol A Gong juga sempat menjadi reporter lepas di beberapa media massa. Pada tahun 1990-an, Gol A Gong mendirikan sebuah perpustakaan keluarga untuk masyarakat.
Pada saat yang bersamaan juga, dia merintis penerbitan tabloid bulanan berbasis komunitas, yakni Banten Pos (1993) dan Meridian (2000). Namun, kedua tabloid itu hanya bertahan selama enam bulan akibat adanya ancaman dari petugas untuk menghentikan penerbitan tabloid.
Gol A Gong diketahui sempat memiliki cita-cita untuk menjadi pilot ketika ia masih kecil. Gol A Gong tidak menamatkan kuliahnya dari Jurusan Sastra Indonesia Universitas Padjajaran. Gol A Gong merupakan pendiri komunitas baca Rumah Dunia di kompleks Hegar Alam 40 Ciloang, Serang, Banten, bersama dengan istrinya, Asih Purwaningtyas Chasanah atau yang sering disapa Tias Tatanka, dan sahabat-sahabatnya.
Belum lama ini, Gol A Gong kembali menulis sebuah novel yang kontennya menyajikan nilai-nilai anti-korupsi. Berkat novel Surat dari Bapak ini, pada 22 September 2016, Gol A Gong berhasil mendapatkan penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dalam International Indonesia Book Fair.
Sinopsis Novel Surat dari Bapak
Sepulang mengantar sang ibu belanja, Farhan terkejut melihat dua buah mobil baru yang terparkir di depan rumahnya. Apalagi, setelah ia mengetahui bahwa salah satu mobil itu akan menjadi miliknya. Mobil itu menjadi hadiah berkat keberhasilannya masuk ke universitas. Namun, kegembiraan Farhan mulai terganggu saat banyak komentar nyinyir yang mempertanyakan harta keluarganya, dilontarkan ke akun media sosialnya.
Ponsel Farhan berbunyi, ia menemukan pesan dari akun bernama Jaka Si Pengembara. Bunyi pesannya, “Guru kok kaya banget ya?”. Farhan sontak merasa emosi, apa maksudnya komentar orang ini? Farhan menunda untuk membalas komentar tersebut untuk melihat profil akun tersebut.
Namun, tidak ada yang ia temukan. Itu adalah akun palsu. Dadanya terasa bergemuruh, pikirannya seperti penuh dengan kilat yang menggelegar di langit. Ia pun memasukan kopling kemudian menjalankan mobil untuk keluar dari area parkir dan menuju halte bus.
Hari berlalu, Farhan terbangun dengan keadaan lupa mematikan ponselnya. Dengan perasaan tidak enak ia memeriksa notifikasi. Ia menemukan ada yang mengirim foto di WA-nya, juga banyak status dari akun-akun palsu. Salah satunya, ada foto dirinya yang sedang berjalan ke mobil sedan merah beserta keterangan tulisan anak koruptor.
Hal itu sontak membuat hati Farhan sakit. Farhan pun bangun dan duduk di sofa. Namun, fokusnya tetap tertuju ke ponsel yang ia genggam dengan tangan kirinya. Farhan juga menemukan foto dirinya sedang di depan rumah, saat mau pergi ke rumah Linda tadi setelah isya.
Orang ini pasti fotografer handal yang sengaja standby memotret dari daerah dekat rumah Farhan. Ayah Farhan juga memeriksa akun facebook Farhan, lalu mengatakan bahwa di akun facebook bapak juga banyak yang berkomentar seperti itu. Ayahnya mempertanyakan siapa di balik akun tersebut dengan penuh tekanan.
Kemudian, ayahnya juga mengatakan bahwa akun-akun palsu tersebut bahkan memeras dirinya jika tidak ingin masuk penjara. “Bapak korupsi gak?” Farhan bertanya dengan penuh kecemasan. Ayahnya hanya menunduk dan tidak menjawab pertanyaan itu.
Reaksi ayahnya cukup membuat hati Farhan sakit. Lamunan Farhan buyar ketika muncul pesan baru dari akun Jaka Si Pengembara yang bertanya, “apa kabar anak koruptor?”. Banyak akun lainnya juga yang menyerang Farhan dengan mengatainya sebagai anak koruptor.
Farhan hanya bisa memaki melihat komentar tersebut,. “Astagfirullahaladzim…”, sebut suara lembut dari arah
belakang. Farhan menemukan Fatimah berdiri di belakangnya. Ia pun kaget dan langsung berdiri. Perempuan asli benawe itu menatap Farhan dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Kemudian, Fatimah bercerita bahwa dahulu ayahnya juga pernah mengalami hal serupa, tokonya bangkrut akibat bekerja sama dengan oknum pemerintah. Ayahnya memesan seragam dan percaya saja ketika diberi uang muka, tetapi setelah semua seragamnya jadi, pelunasannya tidak jelas, hingga suatu hari ayah mendapatkan panggilan dari kejaksaan.
Ayah Fatimah dituduh menggelembungkan harga dan tanda tangannya dipalsukan. Nilai yang awalnya hanya tujuh ratus juta, tiba-tiba tertulis lima milyar di surat kontrak. “Astagfirullah…”, sebut Farhan.
Di tengah kesesakannya, Farhan sempat merasa semangat dan senang, karena mendapatkan kabar dari ayah dan ibunya yang sedang naik haji. Bahkan, ayahnya juga mengirimkan video kegiatan di Mekah.
Di bawah video itu, ada surat dari sang ayah. Farhan pun membacanya. “Assalamualaikum, anakku. Bapak dan ibu sedang ada di Masjid Nabawi. Kamu harus
kesana dengan istrimu nanti, ya. Farhan, jangan hiraukan akun-akun palsu itu, langsung hapus saja komentarnya. Jangan kamu balas, karena itu mau mereka”.
Farhan cukup mengerti akan hal itu, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa tuduhan-tuduhan akun palsu ini tetap menyiksa Farhan secara berkelanjutan. Apakah pengakuan dari orang tua Farhan bahwa harta keluarganya merupakan halal adalah benar?
Siapa sebenarnya sosok yang ada di balik akun palsu yang meneror Farhan? Apa alasan mereka menyampaikan tuduhan-tuduhan tersebut kepada Farhan? Apakah ada cara untuk memperbaiki segalanya? Atau Farhan hanya menunggu penyesalan yang datang terlambat?
Kelebihan dan Kekurangan Novel Surat dari Bapak
Kelebihan Novel Surat dari Bapak
Seperti yang telah disebutkan di atas, novel ini mengangkat tema terkait anti-korupsi. Hal ini menjadi sebuah kelebihan, di mana tema ini jarang diangkat menjadi sebuah novel. Oleh karena itu, premis kisah ini sangat menarik dan edukatif, karena sarat akan pesan moral yang bisa menjadi pembelajaran baik bagi pembaca.
Novel yang cukup singkat ini dituliskan dengan baik oleh Gol A Gong. Mulai dari pemilihan kata atau diksi yang digunakan, penyusunan kalimat, dan narasi yang dirangkai mudah untuk dipahami. Maka itu, novel ini dikatakan menarik dan bisa dibaca dalam sekali duduk saja.
Gol A Gong juga berhasil menghadirkan cerita yang mampu menyentuh hati para pembacanya. Meskipun konflik utama yang diangkat novel ini hanya satu, tetapi dijelaskan dengan baik, dan disajikan juga resolusi yang baik atas konflik tersebut. Seluruh pesan moral yang disampaikan melalui kisah ini juga tidak terkesan menggurui.
Secara keseluruhan, novel Surat dari Bapak ini sangat direkomendasikan untuk dibaca, terutama oleh generasi anak muda. Buku ini juga direkomendasikan untuk dihadirkan di perpustakaan sekolah, untuk menjadi bahan pembelajaran yang menanamkan sifat anti-korupsi sejak dini.
Kekurangan Novel Surat dari Bapak
Selain memiliki kelebihan, novel Surat dari Bapak ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada penggunaan nama tempat atau nama daerah yang dinilai kurang konsisten. Gol A Gong sendiri terlihat berusaha untuk menyamarkan beberapa nama daerah.
Contohnya, kampus UI menjadi UIR, Depok menjadi Destra, Tanah Abang menjadi Tanah Merah, Banten menjadi Bana Tenda, Betawi menjadi Benawe, Cengkareng menjadi Cengkadu, dan Setu Begawan menjadi Setu Babakan. Namun, ada beberapa nama daerah yang juga memakai nama asli, seperti Daan Mogot dan BSD. Hal ini menjadi sebuah ketidakkonsistenan dalam menentukan nama tempat ingin disamarkan atau tidak, jadi terkesan nanggung.
Selain itu, pembaca juga menemukan beberapa narasi kisah yang penjelasannya dinilai terlalu deskriptif seperti menyalin dari penjelasan internet. Contohnya, penjelasan tentang kampus UIR yang memiliki 6 danau, juga tentang perpustakaan yang ada di universitas tersebut.
Pesan Moral Novel Surat dari Bapak
Seperti yang telah disebutkan di bagian kelebihan novel ini, banyak pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini. Yang pertama, kita dapat meneladani sikap dermawan dan kebijaksanaan Farhan. Hal ini terlihat ketika ia memberikan uang kepada pengemis.
Tak hanya memberikan secara cuma-cuma, Farhan memberi tahu pengemis tersebut untuk menjadikan uang yang diberikannya modal untuk bekerja. Seperti untuk membeli air mineral atau tas keresek, lalu menjualnya kembali. Ia menekankan kepada pengemis tersebut untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ganda yang bisa didapatkan dari mulai berusaha menjadi lebih baik.
Di bagian cerita tersebut juga, Farhan juga menggambarkan rasa percaya kepada orang lain. Ia tidak berprasangka buruk, juga tidak merendahkan sang pengemis. Ia bisa memiliki kepercayaan bahwa semua orang adalah pribadi yang baik dan bisa menjadi lebih baik lagi dibandingkan saat ini.
Dari kisah ini, kita juga belajar untuk tidak bersikap materialistis. Jangan seperti Linda yang masih sering berpikir bahwa harta adalah segalanya. Jangan mementingkan gengsi dan gaya, karena hal-hal tersebut hanya titipan yang bersifat sementara.
Kisah ini juga mengajarkan kita untuk bisa menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang tidak selalu ingin memberikan solusi, tetapi dengan tulus menjadi wadah untuk bercerita saja. Jangan sekali-kali membandingkan pengalaman orang lain dengan pengalaman pribadi, apalagi merendahkannya.
Kisah ini juga mengajarkan pembaca untuk hendak selalu tolong menolong dengan sesama yang ada di sekitar. Selain itu, menebarkan hal-hal yang positif dengan mengajak sesama melakukan kebaikan. Sesederhana mengajak beribadah bersama, mengingatkan untuk bersyukur, berdoa, dan sebagainya.
Novel ini juga menyampaikan nilai kejujuran. Di mana, kejujuran menjadi hal yang sangat penting untuk ditanamkan. Sepahit apapun itu, sesulit apapun itu, kejujuran akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Sebaliknya, kebohongan hanya akan membawa kita kepada situasi yang lebih buruk dibandingkan yang sudah terjadi.
Pesan yang utama dan paling penting yang disampaikan kisah ini, yaitu untuk menghindari tindak korupsi sekecil apapun. Sekalipun itu hanya seribu rupiah atau bahkan ratusan rupiah, jangan melakukannya. Sebab, jika sudah melakukan sekali, ada kecenderungan untuk melakukannya lagi.
Dan, seperti yang disampaikan peribahasa bahwa sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit. Begitu juga sistem korupsi biasa terjadi. Mulai dari korupsi dengan nominal kecil, lama-lama menjadi besar. Bahkan, menjadi kebiasaan.
Korupsi hanya akan merugikan Anda, cepat atau lambat konsekuensinya. Anda akan kehilangan segalanya, bukan hanya harta duniawi saja, melainkan kepercayaan, jati diri, dan moralitas. Jadi, jangan pertaruhkan seluruh hidupmu hanya demi harta duniawi saja.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Surat dari Bapak karya Gol A Gong. Penasaran akan kebenaran tentang status harta kekayaan keluarga Farhan? Siapa sebenarnya sosok di balik akun-akun palsu yang mengecam Farhan? Apa motif mereka melakukan hal itu? Bagaimana kelanjutan nasib Farhan dan keluarganya?
Daripada penasaran, yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selain novel ini, Grameds juga bisa mendapatkan berbagai novel dan buku lain, juga kebutuhan kantor, sekolah, serta hobi di Gramedia.com, lho. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menyediakan kebutuhan Anda. Selamat membaca!
Rating: 3.21
Penulis: Gabriel
- Review Buku Melihat Api Bekerja
- Review Buku Tarian Bumi, Sinopsis Hingga Kelebihan dan Kekurangannya
- Review Novel Mismatch
- Review Buku Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
- Review Novel Septimus Heap #5: Syren Karya Angie Sage
- Review Novel Lotus In The Mud
- Review Novel Cormoran Strike Series
- Review Novel If I Karya Bella Anjani
- Review Novel Waru Karya Aji Fauzi, Rudi Utomo, dan Mahya Bil Qisti
- Review Novel Caraval #1
- Review Novel The Hobbit
- Review Novel The Haze Inside Karya Aiu Ahra
- Review Novel Finn Karya Honey Dee
- Review Novel Good Omens
- Review Novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging
- Review Novel Hantu Di Rumah Kosg
- Review Novel Cinta dalam Angka Karya Hammad Rosyadi
- Review Novel Laiba dan Nasir
- Review Novel Notasi
- Review Novel Invitation Only
- Review Novel Elegi Haekal
- Review Novel Dia Aurora
- Review Novel Kite Runner
- Review Novel Diamond Gang The Mission
- Review Novel Amoxylove
- Review Novel Antidote
- Review Novel Jendral Jevano
- Review Novel The Codex
- Review Novel Matt dan Mou
- Review Novel Little Women
- Review Novel Metropop: Mencari Simetri
- Review Novel Surat dari Bapak
- Review Novel 00.00
- Review Novel The Manager
- Review Novel Marple: Twelve New Stories
- Review Novel Hitam 2045
- Review Novel Minimarket yang Merepotkan