in

Review Novel Surat Kecil untuk Ayah: Rindu pada Sang Kepala Keluarga

Review Novel Surat Kecil untuk Ayah – Berbeda dari novel-novel Boy Candra lainnya yang berkisah tentang romantisme sepasang kekasih. Novel Surat Kecil Untuk Ayah menjadi novel pertama Boy Candra yang lepas kendali dari rasa patah hati dan perihal jatuh cinta antara dua insan yang penuh dengan romantisme.

Meskipun tidak menghadirkan romantisme yang digambarkan melalui dua insan yang sedang jatuh cinta, tetapi Boy Candra menghadirkan sebuah novel yang masih berkaitan dengan cinta yang dikhususkan untuk ayah. Dalam novel Surat Kecil Untuk Ayah rasa cinta itu ditujukan pada sosok Ayah.

Melalui akun sosial media Facebook, Boy Candra mengungkapkan perjalanannya saat menulis novel ini di tahun 2015 silam. Unggahan itu terbit di beranda Facebook-nya pada 28 November 2015.

Sejak 2013, Boy mengajak beberapa temannya untuk bercerita perihal ayah mereka. Bagi dia, ayah adalah satu sosok terpenting dalam hidupnya.

Boy pun mendengarkan belasan teman yang menjabarkan bagaimana sosok ayah bagi mereka, atau bagaimana rasa sayang mereka kepada lelaki yang mereka panggil ayah itu. Dari obrolan ringan itu, Boy mulai menulis perihal-perihal yang telah diceritakan oleh teman-temannya. Tentunya, Boy tak lupa mengatakan kepada teman-temannya itu bahwa ia ingin menulis buku untuk ayah.

Dari belasan teman yang mau bercerita, beberapa di antaranya hanya ingin cerita saja dan tidak mau kisahnya ditulis. Beberapa lagi bahkan tak ingin namanya disebut.

Meski begitu, Boy tak keberatan dengan permintaan-permintaan itu, karena menurutnya, setiap orang punya rahasianya masing-masing. Akan tetapi, tak sedikit juga yang mengijinkan kisahnya untuk ditulis.

Draf naskah novel Surat Kecil Untuk Ayah ini pun sempat dibiarkan terpendam oleh Boy Candra selama dua tahun lamanya. Boy merasa tak yakin mau menjadikannya buku, hingga tiba-tiba salah satu editor dari tempat ia menerbitkan novel ini menghubunginya.

Sang editor meminta Boy untuk mengirimkan naskah buku tentang ayah yang pernah ia tulis. Boy memang sempat menceritakan perihal naskah ini sebelumnya. Naskah buku tentang ayah ini diterima dengan syarat direvisi ulang. Boy menghabiskan waktu hampir dua bulan merevisi novel Surat Kecil Untuk Ayah.

Walau dalam proses menulisnya, Boy melibatkan belasan teman-temannya dan juga pengalamannya sendiri bersama sang ayah. Namun, novel ini tidak sepenuhnya berisi kisah nyata, karena sebagian kisah harus diubah demi kepentingan tulisan.

Akan tetapi, satu hal yang pasti. Boy percaya bahwa bagi seorang anak, ayah tetaplah hal yang penting. Meski beberapa orang mungkin saja memiliki kisah yang tidak menyenangkan bersama ayahnya.

Dirinya percaya, ada ikatan yang tak pemah bisa dilepaskan dari diri manusia dengan ayahnya dan ikatan itu disebut rindu. Itulah alasan utama yang membuat Boy menulis buku novel ini.

Novel Surat Kecil Untuk Ayah akhirnya terbit pada Desember 2015 dengan total 188 halaman. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Bukune.

Dalam perjalanannya dari tahun ke tahun, novel ini pun telah dicetak berulang kali. Terdapat juga cetakan dengan sampul baru serta edisi revisinya.

Teruntuk Teman Grameds yang sedang berjauhan dan rindu dengan Ayah. Kalian bisa banget membaca review novel Surat Kecil Untuk Ayah karya Boy Candra ini.

 

 

Sinopsis

Novel ini menceritakan sosok ayah yang mampu memberikan panutan dan contoh yang bisa dijadikan sebagai salah satu pelajaran hidup. Mengisahkan seorang ayah yang tidak hanya sebagai tulang punggung, tetapi juga sebagai pelindung keluarga sekaligus menjadi seorang teman kala suka dan duka.

Namun, Ayah juga tetap manusia yang punya ceritanya sendiri. Dia mungkin tidak selalu tegap dan jalannya sesekali meragu. Memang, ketegaran seorang ayah kadang membuat kita lupa bahwa dia juga seorang manusia.

Dear, Ayah…

Apa kabar? Kuharap kau selalu dalam keadaan baik-baik saja dan tetap sehat. Tak terasa waktu bergulir dan kini aku beranjak dewasa.

Akan tetapi, semangat dan tenagamu untuk kami sekeluarga tak pernah pudar sedikitpun.
‘Kagum’ setidaknya hanya kata kecil yang bisa Aku ucapkan.
Ayah, sungguh ku ingin membuatmu bahagia dan juga bangga.
Direlung hati, kusematkan namamu dalam doa.
Aku sayang Ayah. Maaf, aku tak pernah mengatakannya….

Alur Cerita Novel Surat Kecil untuk Ayah

Novel Surat Kecil Untuk Ayah diceritakan melalui sudut pandang orang pertama. Diceritakan secara bergantian di setiap babnya, melalui sudut pandang anak-anak mengenai seorang laki-laki yang mereka panggil Ayah.

Cerita dibuka dengan tokoh Aku yang merupakan anak perempuan dari istri kedua Ayahnya. Sejak lahir, laki-laki yang ia sebut Ayah tak pernah sekalipun ia lihat. Barulah, ketika terdengar berita bahwa istri pertama Ayahnya meninggal dunia, bukannya kembali pada Ibu dari tokoh Aku, Ayahnya lebih memilih untuk menikah dengan wanita lain. Walau tahu Ayahnya menyakiti perasaan Ibunya, tokoh Aku tak pernah membenci Ayahnya.

Sebab, bagi Aku, sosok Ayahnya merupakan seorang yang serba bisa segalanya. Seola-olah laki-laki itu punya kantong ajaib Doraemon, karena bisa mengabulkan semua permintaannya. Ayahnya selalu menghadiahi senyum setiap pagi, memberi semangat sepanjang hari, dan membuat rasa nyaman serta aman saat malam hari.

Ayah tak pernah lelah untuk membuat seorang anak merasa nyaman. Ia selalu berusaha memenuhi segala hal yang dibutuhkan keluarganya. Ayah pun selalu menciptakan keluarga menjadi harta yang paling berharga.

Ayah adalah mahkota dan Ibu permatanya. Bagi Aku, Ayah adalah langit dan Ibu adalah bumi, semesta merekalah sumber kebahagiaanku sampai kapanpun. Aku pun mengira Ayah akan selalu bersama, sampai tiba waktunya Tuhan menjemput ajal untuk bertemu Ayah.

Namun, banyak hal tak terduga yang baru Aku sadari seiring Aku beranjak dewasa. Terlebih di saat Aku lahir, ternyata ketika itu, Aku tak mengenal siapa Ayahku.

Ibuku memang menikah dengan lelaki pujaannya. Lelaki yang akhirnya aku panggil dengan sebutan Ayah karena diajarkan oleh Ibu. Pernikahan itu melengkapi kebahagiaan Ibu kala itu.

Akan tetapi, cinta tak pernah menjamin kebahagiaan setelah resmi menikah. Usai pernikahan mereka, Ibu baru mengetahui kalau Ayah telah memiliki istri lain.

Lelaki itu mendustai Ibu. Tentu saja hal itu membuat Ibu murka karena disebut sebagai istri muda. Ibu langsung memutuskan untuk bercerai karena memikirkan nasib dan masa depanku.

“Harusnya kamu jujur atas semua ini. Kamu paham kan? Pernikahan tanpa sebuah kejujuran tak akan pernah berhasil dilalui dengan baik’’, Ibuku menahan getir hatinya.

“Tapi, aku takut kamu tidak bisa menerima. Aku terlalu menginginkanmu menjadi istriku,” ucap Ayah.

‘’Lalu, apa menurutmu sekarang aku bisa menerima begitu saja?!”

Ayah hanya terdiam. Dia tahu kalau perempuan yang ada di depannya, hati dan perasaannya sedang hancur karena dirinya.

Ibu pun mencoba menerima kenyataan pahit itu. Semua ia lakukan demi Aku, walau hatinya hancur tak terkira.

Ibu belajar menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintainya itu bukan milik dia seutuhnya. Ayah mulai jarang sekali pulang dan ia sering meninggalkan Ibu di rumah sendirian.

Tak banyak waktu yang dapat Ibu lakukan bersama Ayah. Sampai suatu hari, pernikahan mereka membuahkan Aku.

Ibu kira, dengan hadirnya Aku di dalam janin rahimnya. Ayah akan tetap bersama Ibu, tapi saat masa kehamilan tuanya, Ayah tak hadir. Bahkan, menjelang persalinan Ibu harus bersusah payah sendiri diantar oleh saudaranya ke rumah sakit.

Di atas ranjang, detik-detik sebelum aku dilahirkan, tak ada Ayah yang mendampingi Ibu. Aku menangis dipelukan Ibu, tanpa tahu siapa Ayahku.

Tahun demi tahun, Aku tumbuh menjadi anak yang diajarkan oleh Ibu untuk menghormati Ayah. Aku dilarang membenci Ayah, seperti Ibu tak pernah membenci Ayah walaupun dalam hatinya banyak perasaan kecewa tak terkira.

Kemarahan-kemarahan Ibu menumpuk setiap hari, tapi tak sedikit pun Ayah menanggapinya. Kemudian kami mendapat kabar bahwa Istri pertama Ayah meninggal dunia. Tentu saja, hal itu membuat Ayah berduka.

Namun, Ayahku sepertinya masih tak menyadari ada cinta yang besar dari Ibuku. Setelah istri pertamanya meninggal, Ayah bukannya pulang kerumah untuk merawat anak-anaknya, tetapi ia malah menikah lagi. Ibu sampai tak sadarkan diri menerima kenyataan ini.

Menginjak kelas 3 SD, Ayah pergi meninggalkan rumah tanpa pernah kembali. Ibuku yang kehilangan kesabaran datang kerumah istri baru Ayah. Ibu lelah meminta penjelasan pada Ayah.

Kesabaraan Ibu telah kandas, hatinya berulang kali tersakiti. Lagi, Ibu kembali mengajukan permintaan cerai. Sama seperti sebelumnya, Ayah masih saja berulah. Ia tak mau menceraikan Ibu.

“Kamu tenangkan diri. Jangan seperti itu. Aku tak akan menceraikanmu”, tutur Ayah.

“Tapi aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini”, pungkas Ibu.

“Ayah tak akan menceraikanmu sampai kapan pun. Ayah bersikeras. Kamu masih istriku. Anakku masih ada disini”.

Dari situ, Aku suka bertanya pada Ibu tentang keberadaan Ayah. Namun, Ibu tidak mau membahasnya lagi. Ibu menyuruhku untuk menutup mulut.

Akhirnya, aku pun hanya bisa menerima dan tidak banyak menuntut jawab. Sejak percakapan terakhir itu juga, Ibu mengajakku hidup berpindah-pindah agar Ayah tak bisa menemukan kami lagi.

Sejujurnya, dalam hatiku iri sekali melihat anak-anak lain yang memiliki Ayah. Aku bahkan bermimpi menerima usapan kepala dari Ayah, lalu ia berkata, ‘’Aku bangga memilikimu seperti ayah-ayah yang lain.” Namun, Aku sadar semua khayalan itu hanya sebatas angan.

Kuharap, Ayah selalu dalam keadaan bahagia dan sehat. Tak terasa waktu bergulir dan aku beranjak dewasa. Aku pun tumbuh tanpa hadirnya sosok Ayah dalam hidupku, hingga suatu hari aku mendapatkan kabar tentang Ayah. Aku diminta datang ke Jakarta oleh saudara tiriku.

Sesampainya di Jakarta, Aku berharap bisa mendapat kabar baik tentang Ayah. Aku sangat merindukan Ayah.

Di sisi lain, Aku juga merasa beruntung karena setidaknya Abang-Abang tiriku ternyata masih sangat peduli kepadaku. Mereka menjemput dan mengantarkan Aku dengan mobil.

Namun, bukan menuju kerumah, melainkan kami malah mampir ke toko bunga terlebih dahulu. Aku pikir, Ini pasti kejutan untuk Ayah.

Tak Aku sangka, ekspektasi itu seketika runtuh. Mataku lantas bersimbah air ketika Abang mengantarku ke depan gerbang besar sebuah pemakaman.

Aku turun dari mobil dengan langkah gontai. Genggaman tanganku yang memegang bunga lantas lunglai.

Kini, Ayah yang kumiliki sudah tiada. Aku hanya bisa mendoakannya dalam setiap sujudku pada Tuhan.

Ayah, terima kasih karena telah bekerja begitu keras untukku dan Ibu. Ayah telah memberi rasa aman padaku, sehingga kini Aku berusaha untuk mandiri tanpa merepotkanmu lagi. Terima kasih untuk waktu yang sempat Ayah berikan untukku.

Sekarang, Ayah tenanglah disana. Aku selalu ingin memelukmu.

Tuhan telah mengabulkan doaku agar Aku dapat berjumpa dengan Ayah, walau tak ku sangka kita bertemu seperti ini. Aku akan memeluk makam Ayah. Melepaskan semua rindu yang kadang terasa menyesakkan dada bersama ibu.

 

 

Review Novel Surat Kecil Untuk Ayah

Melalui Novel Surat Kecil Untuk Ayah, kita bisa menyimak beberapa kisah tentang sosok ayah. Ada yang ayahnya selalu menuruti permintaan sang anak, menjadi panutan dalam keluarga, dan selalu memberikan semangat bagi anaknya. Ada pula sosok ayah yang menjadi pengganti ibu bagi anak-anaknya, bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, dan masih banyak lagi kisah mengenai ayah yang lainnya.

Dalam buku ini, Boy Candra mendedikasikan tulisannya untuk para ayah yang sering menjadi sumber inspirasi bagi dirinya. Berisi pengajaran-pengajaran yang dapat memberikan inspirasi dan memotivasi hidup kepada para pembaca agar bisa memperbaiki perilakunya dan menjadi anak yang lebih menghormati ayahnya. Setiap babnya juga sangat berkesan, karena setiap anak memiliki pendapat dan kenangan sendiri bersama ayah mereka.

Contohnya, dalam bab “Berbagi Cinta Dengan Ibu Tiri” mengajarkan kepada anak yang kehilangan ibunya untuk menjadi anak yang tidak egois kepada ayahnya, dan membiarkannya untuk mencari pengganti sang ibu. Karena tidak semua ibu tiri sama seperti cerita yang sering kita dengar, yaitu orang yang jahat.

Novel ini juga disajikan dengan bahasa yang cantik, dapat membuat pembacanya terhanyut dalam kisah yang diceritakan. Para pembaca juga bisa ikut merasakan kebahagiaan, semangat, keputusasaan, dan kesedihan di setiap kisahnya.

Tak hanya itu, lewat novel Surat Kecil Untuk Ayah ini juga melampirkan beberapa perjuangan anak dan ibu dalam kehidupan nyata. Novel ini mampu memberi cahaya baru pada anak-anak yang patah semangat.

Jadi, apakah kamu tertarik untuk membeli novel Surat Kecil Untuk Ayah?

Pesan Moral Novel Surat Kecil untuk Ayah

Novel ketujuh karya Boy Candra ini memang berbeda ya dari novel-novel patah hati dan jatuh cinta lainnya yang pernah ditulis oleh Boy Candra. Pasalnya, melalui novel yang sebagian ceritanya merupakan kisah nyata dari beberapa orang, bahkan dari Boy sendiri membuat kita sadar, terkadang patah hati tak selalu hanya dengan pasangan, tapi juga dengan Ayah kita sendiri.

Laki-laki yang sejak kita lahir sudah harus kita panggil Ayah, tanpa tahu rahasia besar apa yang ada dibalik sosok itu. Namun, kita pun tak boleh dan tak bisa membencinya.

Sekecewa apapun yang kita rasakan, lelaki itu tetaplah Ayah kita. Lelaki yang harus kita hormati sebagai kepala keluarga.

Selain itu, lewat tulisannya ini. Boy Candra juga mengajarkan kita sebagai seorang anak untuk menghargai kerja keras dan ketegaran seorang Ayah. Sebab, terkadang kita lupa, bahwa sosok Ayah juga seorang manusia. Novel Surat Kecil Untuk Ayah mengingatkan kita pula pada besarnya pengorbanan dan cinta seorang Ayah untuk anaknya.

 

Buat Teman Grameds yang tengah dilanda rindu dengan Ayah, wajib baca novel Surat Kecil Untuk Ayah ya. Kamu juga bisa menjadikan novel ini sebagai hadiah spesial untuk Ayah kalian, lho.

Tentunya, novel Surat Kecil Untuk Ayah karya Boy Candra ini bisa Teman Grameds dapatkan di Gramedia kesayanganmu Buat Teman Grameds yang tidak sempat keluar rumah pun bisa mendapatkannya via Gramedia.com lho.

Banyak promo menarik juga di Gramedia.com yang bisa bikin belanja bukumu jadi lebih hemat. Tinggal pesan dan duduk manis, novel Surat Kecil Untuk Ayah sampai deh ke rumahmu. Dapatkan informasi #LebihDenganMembaca bersama Gramedia.

Penulis: Indah Utami

BACA JUGA:

  1. Review Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi Karya Boy Candra
  2. Biografi Boy Candra dan Novel Best Sellernya
  3. Novel-Novel Best Seller Karya Boy Chandra
  4. Review Novel Senja, Hujan, & Cerita yang Telah Usai Karya Boy Chandra
  5. Review Novel Ayahku Bukan Pembohong Karya Tere Liye

Written by Ananda