in

Review Novel The Sun Above Our Heads

The Sun Above Our Heads merupakan novel karya penulis muda asal Medan, Maria Evelina. Novel dengan total 200 halaman ini menceritakan tentang empat sahabat bernama Kalya, Ollie, Arka, dan Mahesa. Masing-masing dari mereka mempunyai karakter yang kuat, sehingga membuat keempat orang itu dikenal oleh lingkungan sekitarnya.

Ini cerita tentang mereka berempat. Kalya, si gadis hiperaktif yang malah suka membuli ketiga sahabat lelakinya. Ollie, sang playboy yang punya banyak fans di sekolahnya. Arka, si cowok cuek yang suka menghabiskan waktunya dengan menggambar dan bermain.

Lalu, Mahesa, cowok paling baik di antara mereka, sosok yang ramah, dewasa, tetapi terkadang bisa bersikap bodoh akibat mengikuti Ollie.

Mereka berempat tumbuh bersama, karena tinggal di komplek yang sama. Berawal dari Kalya yang memaksa Ollie supaya Arka dan Mahesa mau bermain dengannya, terbentuk persahabatan yang cukup kuat. Namun, apakah benar hubungan mereka sekuat itu? Apakah Kalya yakin bahwa dia bisa mempertahankan persahabatan mereka?

Ketika ia sudah membohongi dirinya sendiri dan ketiga sahabatnya, dengan menyimpan rasa bagi salah satu dari mereka? Ditambah lagi dengan adanya rencana untuk kabur bersama cinta pertamanya. Bagaimana dia akan menghadapi itu? Bagaimana dia akan mempertahankan sesuatu yang sudah hancur?

Profil Maria Evelina – Penulis Novel The Sun Above Our Heads

Holiday Sale

Maria Evelina adalah gadis yang sangat suka sekali dengan kopi. Gadis asal Medan ini memiliki hobi menonton dan menulis. Imajinasinya memang sudah berkembang sejak ia masih kecil, yang dibuktikan dengan dirinya yang pernah bercita-cita untuk naik unicorn.

The Sun Above Our Heads merupakan novel debutnya yang diterbitkan oleh Penerbit Gradien Mediatama pada 21 April 2021. Maria Evelina memiliki cita-cita untuk membuat novel lanjutan, hingga membentuk trilogi mengenai empat tokoh kesayangannya ini.

Bagi Grameds yang ingin mengenal sosok Maria Evelina lebih dekat, kalian bisa mengikutinya di akun Instagram dengan nama pengguna @itsnoteveline.

Sinopsis Novel The Sun Above Our Heads

 

KALYA

Dua manusia di sampingku sedang serius dengan pertaruhan mereka. Kami bertiga melihat ke depan, memerhatikan Ollie yang sedang sibuk bercanda dengan kekasih barunya. Aku menarik napas, menyandarkan bahu pada senderan di bangku taman, kemudian meminum susu coklat yang sudah tidak dingin lagi.

Aku masih mendengarkan Mahesa dan Arka menyampaikan pendapatnya masing-masing. Mereka berdua bertaruh tentang berapa lama Ollie akan bertahan menjalin hubungan bersama pacarnya. Aku memang tidak mengetahui sosok seperti apa pacar Ollie yang sekarang, tetapi sepertinya boleh juga.

Padahal, semua mantan Ollie cantik, kebanyakan juga pintar dan populer di sekolah. Namun, selalu saja tidak bertahan lama. Ketika ditanya apa alasannya, Ollie selalu bilang karena dia pengen, atau dia bosan, atau biar asik.

Dari SMP sampai sekarang, Ollie memang suka sekali mempermainkan hati cewek yang suka padanya. Ollie memang cocok mendapatkan predikat playboy terkampret tahun ini. Mahesa dan Arka masih melanjutkan taruhannya. Kali ini, nominalnya dua ratus ribu.

Aku tidak ingat bagaimana dan mengapa aku bisa berteman dengan ketiga laki-laki itu. Kalya Serenata Chandini, sosok biasa yang tak memiliki kelebihan yang mencolok ini, bisa bersahabat dengan tiga orang yang beragam sifat dan sikapnya.

Sahabat pertama, Ollie Adhitama, si pusat perhatian dunia. Manusia yang dari tadi kami bicarakan. Manusia yang egois dan sedikit labil. Sudah playboy, suka mainin hati perempuan, narsis, boros, kasar, bodoh pula. Hampir tidak ada kebaikannya. Hanya dua hal yang baik pada diri Ollie, yaitu paras dan uangnya.

Sahabat kedua, Mahesa Elvano Theodore. Jika Ollie adalah iblis, maka Mahesa adalah malaikatnya. Mahesa dikenal karena sifat ramah dan lembutnya. Sayangnya, dia juga bisa menyebalkan kalau pikirannya terlampau positif. Mahesa juga taat beragama dan prestasi akademiknya bagus. Nyaris sempurna dengan parasnya yang juga tampan!

Kemudian, sahabat terakhir, Arka Aksara Bimantara. Jika Ollie adalah iblis dan Mahesa adalah malaikat, maka Arka adalah manusia biasa. Manusia yang tak terlalu mencolok sifatnya, tetapi merupakan sosok yang paling pintar di antara kami berempat. Sejak SD, Arka selalu mendapat peringkat tiga besar di sekolah. Ketika ikut olimpiade, ia selalu berhasil membawa piala karena otak encernya.

Kami berempat sudah bersahabat sejak SD. Seperti yang aku katakan, aku tidak ingat dengan jelas mengapa kami berteman hingga sekarang, selain karena kami tinggal di komplek yang sama. Rumah kami saling berdekatan, kecuali Ollie yang lumayan jauh karena rumahnya di ujung komplek. Anehnya, kami malah lebih sering main di rumah Ollie. Mungkin karena di rumahnya selalu ada makanan kesukaan kami.

Pernahkah kalian merasa kosong walaupun ruangan yang kalian tempati itu sesak? Merasa sepi padahal sekitar sedang ramai dengan berbagai suara? Aku sering merasakannya. Aku lupa, entah sejak kapan aku merasakannya. Namun, perasaan ini membingungkan dan suka datang secara tiba-tiba. Perasaan aneh yang menyeramkan dan membuatku tidak berdaya.

Aku bisa menangis tanpa sebab. Saat aku mencari penyebabnya di internet, yang aku temukan adalah gejala depresi. Aku tertawa saja ketika membaca artikel itu. Aneh sekali rasanya kalau seorang Kalya depresi.

Aku memiliki sahabat lain selain si Trio Macan, namanya Jessica. Aku dan Jessica mulai akrab saat kami duduk di kelas satu semester dua. Sejak saat itu, Jessica menjadi sahabat perempuanku

Terkadang, aku bertanya-tanya, apakah ada waktu yang tepat untuk mati? Aku juga selalu penasaran, apakah yang akan terjadi kalau aku mati nanti? Apa yang akan aku temukan? Aku sadar sekali, begitu banyak dosa yang sudah kulakukan. Walaupun dosa besar seperti mencuri, membunuh, atau yang mengerikan lainnya tak ada di antaranya, tetapi tetap saja.

Jantungku berdetak lebih cepat siang ini, entah mengapa. Aku tersenyum kecil saat menyadari betapa bodohnya pikiranku ini, kemudian bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur. Rencananya aku ingin membuat Indomie pedas dengan potongan cabai. Sayangnya, niat itu tidak disetujui Tuhan, karena aku tidak menemukan apapun di lemari.

Aku mendengus pelan, berusaha tenang untuk menahan lapar yang sudah kurasakan sejak tadi. Sekarang satu-satunya harapanku adalah Mahesa. Aku berlari kecil menuju ke rumahnya. Untung saja dia sedang ada di rumah.

Mahesa tertawa saat aku mengadu. Dia tahu kalau mamaku sudah tiga hari tak pulang di rumah, jadi tidak ada yang memasak untukku. Lisa juga sedang pergi bersama teman-temannya. Mahesa pun meletakkan rendang sapi di depanku, lalu pergi lagi untuk menyiapkan minuman.

Aku bersyukur, aku bisa mengandalkan Mahesa di kondisi seperti ini. Tante Sarah, mamanya, juga tidak pernah keberatan kalau aku menumpang makan seperti sekarang. Ketika aku sedang asyik menyantap makan siangku, tiba-tiba Arka menepuk pundakku dari belakang.

Aku tidak menjawab, masih terlalu asyik makan hingga mengabaikan semua orang. Arka dan Mahesa terlihat sibuk membicarakan sesuatu. Aku tebak, mereka pasti ingin bertanding futsal nanti. Terima kasih Tuhan, setidaknya aku terlepas dari kelaparan dan kesepian kali ini. Setelah makananku habis, aku ikut Mahesa dan Arka pergi ke rumah Ollie.

Aku akan ikut menonton futsal, dan kami akan pergi bersama naik mobil Ollie. Entah apa yang Ollie pikirkan, bisa-bisanya dia mengajak Vivian, pacar barunya. Apakah dia tidak memikirkan nasibku yang harus duduk berdua dengan Vivian? Aku hanya bisa berpura-pura fokus menonton mereka, sambil sesekali menyemangati.

Di sampingku, Vivian terus berteriak mendukung Ollie hingga gendang telingaku terasa mau pecah mendengar suaranya. Sial, tahu begini aku ajak Jessica aja sekalian. Aku menggeram menahan emosi dengan mengepalkan tangan. Aku tidak kuat mendengar teriakannya, maka itu aku pun berdiri, karena aku tidak mau kalah.

Aku menyemangati Kak Hayden yang merupakan kakak Ollie, Arka, dan juga Mahesa. Tiba-tiba saja Vivian melabrakku dengan bertanya apakah aku tidak suka dengan dia. Dia mempermasalahkan aku yang juga berteriak keras, seperti mau menyaingi dirinya.

Pikirku, apa-apaan orangĀ  ini. Namun, apa yang dia katakan memang benar. Meski begitu, kenapa dia malah nyolot dan berani melabrakku? Memangnya dia siapa? Dia pikir, karena dia pacar Ollie, jadi bisa seenaknya kepadaku? Dia pikir aku akan takut?!

Tidak, tahan emosi, Kalya. Duh, tapi emosiku malah semakin membara saat melihat wajah Vivian yang sombong itu! Demi kerang ajaib! Baru kali ini aku benci pada pacar Ollie.

Vivian kemudian mengatakan bahwa dia juga gak suka denganku, dan mempermasalahkan tatapanku yang sinis ketika makan bareng kemarin di kantin. Ya, itu karena aku fobia dengan manusia yang sok romantis. Lagian, yang aku pelototin itu bukan dia saja, tapi Ollie juga.

Aku jadi teringat momen saat aku dan teman-temanku bermain truth or dare. Mereka bertanya, apa rahasia terbesarku? Waktu itu aku hanya bisa diam sambil berpikir. Aku punya rahasia, banyak, tetapi tidak ada satu pun yang kubagi kepada mereka.

Memang gak ada yang suka kan kalau rahasianya terbongkar? Siapa yang dengan santai mau membagikan rahasianya? Namanya juga rahasia, merupakan sesuatu yang tidak boleh diketahui orang lain. Namun, meskipun aku berkata seperti ini, aku ingin sekali orang itu mengetahui rahasiaku.

Aku menyukainya. Sejak dulu, sejak kami masih kecil, sejak… ah, tidak, kenapa aku pikirin ini lagi? Aku kan sudah berjanji untuk melupakan perasaan ini. Aku kan sudah meyakinkan diri kalo jatuh cinta pada sahabat sendiri itu salah.

Sesampainya di rumah, aku mendapati rumah yang kosong melompong tanpa ada tanda kehidupan. Aku langsung masuk ke dalam kamar dan melemparkan diri ke atas ranjang. Aku memejamkan mataku, menikmati udara yang belum biasa kuhirup.

Tiba-tiba, perasaan itu datang lagi menyerang. Aku meremas spreiku, menggigit bibirku, kemudian bangkit dan melemparkan tas. Dadaku kembang kempis, keningku mengkerut sempurna. Ada apa dengan diriku? Kenapa aku seperti ini?

Kenapa aku merasa marah? Padahal tidak ada kejadian yang menyebalkan hari ini. Apakah ada orang yang merasakan hal seperti yang aku rasakan saat ini? Menangis tanpa alasan, merasa kosong, sesak, dan lemah tanpa tahu penyebabnya.

Kalya, Ollie, Mahesa, dan Arka mempunyai rahasianya masing-masing. Persahabatan mereka akan diuji, mungkin akibat rahasia yang mereka simpan itu. Masalah akan datang secara bergantian, memaksa mereka untuk memilih jalan mereka sendiri. Termasuk untuk memilih antara sahabat, cinta, dan keluarga.

Kelebihan dan Kekurangan Novel The Sun Above Our Heads

Pros & Cons

Pros
  • Novel ini mengangkat kisah tentang persahabatan yang relate dengan kehidupan remaja.
  • Selain mengangkat isu tentang hubungan persahabatan dan cinta, novel ini juga mengangkat kisah tentang keluarga.
  • Penulis juga menyelipkan isu kesehatan mental pada cerita ini.
  • Bahasa yang digunakan dalam menuliskan novel ini sesuai target pembaca, yakni bahasa yang santai dan mudah dipahami.
  • Alur kisah cukup cepat dan seru untuk diikuti.
Cons
  • Pemilihan beberapa diksi yang dinilai kurang tepat, sehingga kalimat kurang enak dibaca.

Kelebihan Novel The Sun Above Our Heads

Sebagai novel debut, The Sun Above Our Heads banyak dipuji, karena mampu menjadi salah satu novel yang menempati rak buku best seller. Tentunya hal ini dikarenakan novel ini memiliki sejumlah kelebihan. Kelebihan pertama dari novel ini adalah dari premis ceritanya sendiri.

Novel ini mengangkat kisah tentang persahabatan yang dinilai relate dengan kehidupan remaja, di mana persahabatan terjalin sejak kecil, karena tinggal di komplek yang sama. Kemudian, konflik di mana persahabatan lawan jenis menimbulkan perasaan yang lebih, yaitu cinta. Juga, konflik lain seperti tidak suka dengan pacar dari sahabat sendiri, atau justru pacar sahabat tidak suka dengan kita.

Selain mengangkat isu tentang hubungan persahabatan dan cinta, novel The Sun Above Our Heads ini juga mengangkat kisah tentang keluarga. Selingan kisah ini juga realistis, dengan menampilkan konflik yang sering ditemukan, di mana orang tua terlalu sibuk hingga anaknya merasa kesepian.

Maria Evelina juga menyelipkan isu kesehatan mental pada cerita ini. Dapat dilihat sendiri dari sinopsis di atas, di mana Kalya kerap kali mendapatkan panic attack atau gejala depresi. Hal ini menjadi sebuah concern yang kerap ditemukan pada remaja juga, sehingga diangkatnya isu ini dalam sebuah cerita menjadi sebuah hal yang baik. Pembaca diharapkan dapat menjadi lebih aware akan kondisi kesehatan mentalnya ketika menemukan gejala tersebut sering terjadi kepada dirinya.

Bahasa yang digunakan Maria Evelina dalam menuliskan novel ini dinilai sesuai target pembaca, yakni bahasa ala anak muda yang santai dan mudah dipahami. Alur kisah ini juga dinilai cukup cepat dan seru untuk diikuti, sehingga pembaca dapat menyelesaikan novel 200 halaman ini dalam jangka waktu yang cepat. Secara keseluruhan, ini adalah novel yang ringan dan cocok dibaca oleh anak muda.

Kekurangan Novel The Sun Above Our Heads

Selain memiliki kelebihan, novel The Sun Above Our Heads ini juga masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada pemilihan diksi yang dinilai kurang tepat, sehingga beberapa kalimat kurang enak untuk dibaca. Namun, hal ini tidak mengganggu proses membaca novel ini.

Pesan Moral Novel The Sun Above Our Heads

Dari novel The Sun Above Our Heads ini, kita dapat belajar untuk meneladani keempat sahabat yang setia kawan. Mereka mampu bertahan menjalin hubungan sejak kecil hingga mereka besar. Mereka selalu ada untuk satu sama lain ketika sahabatnya membutuhkannya. Mereka saling menguatkan ketika sahabatnya sedang merasa lemah.

Dari kisah ini, kita juga belajar untuk menentukan batasan diri. Secara spesifik, batasan akan perasaan terhadap sahabat lawan jenis. Sebab, persahabatan dan cinta kadang kala tidak bisa disatukan, karena cinta dapat merubah keseluruhan dinamika hubungan. Dan cinta mungkin dapat merusak hubungan persahabatan.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel The Sun Above Our Heads karya Maria Evelina. Penasaran akan keseruan persahabatan Kalya, Ollie, Arka, dan Mahesa? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gabriel

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy