in

Review Novel Waru Karya Aji Fauzi, Rudi Utomo, dan Mahya Bil Qisti

Bagi para pecinta horor yang ingin membaca kisah menyeramkan yang terkait dengan realita masyarakat, khususnya di bidang politik, novel ini sangat direkomendasikan untuk Anda. Novel Waru adalah novel karya Aji Fauzi, Rudi Utomo, dan Mahya Bil Qisti. Novel Waru ini ditulis berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan kejadian yang ada di lingkungan sekitar, yang berfokus pada hiruk pikuk dunia politik dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa ini.

Kisah ini berpusat pada seorang lelaki bernama Adrian. Ia merupakan seorang pengusaha yang juga terjun ke dunia politik. Perjalanan karier Adrian berjalan lancar, tetapi kehidupannya yang tampak sempurna ini berbanding terbalik dengan situasi di rumahnya.

Istri Adrian dikurung di ruang bawah tanah akibat mengalami gangguan jiwa. Putra mereka juga terbaring koma akibat terlibat kejadian misterius yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Dan, tidak hanya itu saja, keluarga mereka mulai diteror sosok hantu perempuan.

Tragedi itu pun membawa ingatan Adrian pada kejadian di masa lalunya, jauh sebelum dirinya mencapai kesuksesan. Adrian pernah hidup sangat menderita. Namun, saat ia hampir menyerah, datang sebuah pertolongan.

Pertolongan untuk Adrian itu berhubungan dengan pohon waru keramat yang memberikan kesuksesan kepada Adrian secara tidak cuma-cuma. Ada harga yang harus dibayarkan untuk pertolongan itu. Apakah kehancuran keluarganya menjadi harga yang harus dibayarkan atas apa yang sudah Adrian capai? Atau masih ada rahasia lain yang belum terungkap dari masa lalunya?

Profil Aji Fauzi, Rudi Utomo, Mahya Bil Qisti – Penulis Novel Waru

Holiday Sale

Aji Fauzi

Aji Fauzi adalah pria kelahiran Sukabumi, pada 5 Mei 1975. Aji Fauzi merupakan seorang praktisi periklanan dan perfilman tanah air yang sudah berkecimpung dalam dunia cerita mistis sejak lama. Aji Fauzi diketahui mengawali karirnya sebagai Creative Director di beberapa perusahaan periklanan. Ia sudah menghasilkan puluhan iklan untuk produk dalam negeri dan juga mancanegara.

Aji Fauzi juga menjajal karir dalam dunia kepenulisan, dan sudah menulis serta menerbitkan banyak karya komik dan buku, salah satunya adalah novel Waru ini yang menjadi novel pertamanya. Sekarang ini, Aji Fauzi diketahui sedang fokus menggeluti dunia perfilman. Beberapa film karyanya sudah ditayangkan di Bioskop Indonesia, Brunei, Malaysia, Eropa, dan di beberapa platform OTT Korea dan Amerika.

Rudi Utomo

Rudi Utomo adalah pria yang lahir di Purwokerto, pada 18 Mei 1968. Ia pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Pabelan Muntilan Magelang selama delapan tahun, yakni dari 1981 hingga 1989. Rudi kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Syari’ah, mengambil Jurusan Perbandingan Mazhab & Hukum, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekarang sudah berganti nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Rudi Utomo mengawali karirnya sebagai penulis dengan bekerja sebagai penulis skenario profesional di stasiun televisi sejak tahun 1999. Salah satu program populer yang pernah ditulisnya adalah KISMIS (Kisah-kisah Misteri), yang tayang di stasiun RCTI pada tahun 2000 hingga 2002. Program itu sempat dianggap sebagai trendsetter di antara tayangan misteri di Indonesia lainnya, baik di televisi atau perfilman.

Pada tahun 2008, Rudi Utomo menulis serial televisi SANTRIWATI GAUL, yang ditayangkan di stasiun TPI, dan diproduksi Starvision Plus. Program itu juga mengawali tayangan-tayangan religi yang berlatar belakang di Pesantren.

Selain itu, Rudi Utomo juga sudah menulis beberapa buku fiksi, di antaranya HANTUSIANA (Ensiklopedi Mini Hantu Indonesia) dan DIMENSI LAIN (Ghost Stories). Pada buku-buku yang bernuansa serius itu, Rudi Utomo beberapa kali terlibat sebagai penyunting untuk mendedikasikan dirinya sebagai Ghost Writer. Salah satu buku yang pernah disuntingnya adalah MINIATUR MADINAH (Sebuah Konsep Membangun Peradaban Umat).

Pada saat ini, Rudi Utomo diketahui sedang giat mengajar drama dan menulis kreatif di beberapa sekolah menengah, pesantren, dan perguruan tinggi. Selain memiliki passion untuk mengajar dan menulis, Rudi Utomo juga sesekali pernah mencoba untuk menjadi sutradara beberapa film pendek dan dokumenter.

MAHYA BIL QISTI

Salah satu penulis yang juga berkontribusi dalam menyusun cerita Waru ini adalah Mahya Bil Qisti. Mahya lahir di Jakarta, pada 22 November 2000. Ia merupakan anak kedua dari Rudi Utomo, yang menempuh pendidikan di Universitas Trilogi Jakarta. Novel Waru menjadi karya tulis pertamanya yang berhasil dipublikasi.

Sinopsis Novel Waru

“SELAMAT ATAS PERESMIAN TAMAN KOTA KALI KLUWENG”

Tulisan itu hampir bisa ditemukan di seluruh sudut kota kecil Banyuwono. Tulisan itu ada di gapura pintu masuk, pinggir jalan raya, tiang listrik, hingga di depan sejumlah rumah warga yang mengizinkan untuk ditempeli spanduk, karena antusiasmenya sudah tak terbendung.

Di Taman Kota yang menjadi lokasi penyelenggaraan acara, tulisan itu dicetak pada papan baliho yang sangat besar. Selain tulisan itu, pada baliho itu juga didapati foto dua laki-laki yang mengenakan jas dan peci. Salah satu di antara sosok itu sekarang sedang berbicara di atas mimbar, dan disaksikan oleh banyak

tamu undangan yang sangat ramai.

Wali kota menyampaikan rasa syukurnya atas terbentuknya Taman Kota Kali Kluweng, dan menyampaikan harapannya, supaya Taman Kota ini dapat menjadi tempat yang bermanfaat bagi warga. Riuh tepuk tangan mengiringi pidato sang wali kota pada setiap jeda kalimatnya. Terik matahari siang itu tidak berhasil memadamkan semangat lautan masyarakat yang hadir pada acara pembukaan dan peresmian Taman Kota.

Wali kota kemudian mengucapkan terima kasih kepada Adriansyah Saputra selaku pihak swasta yang selalu memberikan gagasan cemerlang, juga turut andil bersama pemerintah daerah untuk membantu pembangunan kota ini. Wali kota kemudian menunjuk seorang pria yang duduk di barisan paling depan bersama para tamu undangan lain.

Seulas senyum tidak kunjung luntur dari wajah pria itu. Riuh tepuk tangan yang ia terima memang bukan menjadi hal yang luar biasa lagi. Dipandang dengan penuh rasa kagum dan diberikan sanjungan sudah sering diterima pria berusia kepala empat itu. Adriansyah Saputra bagaikan seorang presiden yang sedang melakukan penyuluhan ke berbagai kota.

Memang dirinya seorang dermawan yang luar biasa. Kesuksesan yang biasanya membuat gelap mata manusia biasa, tampak tidak mengusiknya. Adrian justru penuh kesabaran dan perhatian, ia tak sefan menyapa, menyalami, dan memberikan beberapa lembar kertas merah dari dalam dompetnya kepada warga yang mengelu-elukannya tanpa henti, dari dirinya tiba hingga akhirnya berjalan meninggalkan acara.

Banyak infrastruktur dan fasilitas yang ada di kota kecil itu yang menjadi bukti nyata kedermawanan seorang Adrian kepada warga di sana. Dan, Taman Kota yang yang menjadi landmark baru di kota itu menjadi salah satunya. Kali Kluweng terlihat terlalu asri dan tentram di mata masyarakat luar kota Banyuwono yang  mendengar cerita kelam sejarah tempat itu saat pertama kali terjamah manusia.

Kisah jalanan yang mengatakan tempat yang dulu gelap dan suram ini menyimpan banyak misteri. Ini seolah memberikan peringatan tersirat bagi masyarakat untuk tidak beraktivitas di sana, meskipun hanya sekadar melepas dahaga. Proyek pembangunan Taman Kota itu berjalan sekitar dua bulan saja.

Rumput-rumput liar yang tumbuh tak beraturan sekarang sudah diganti paving blok berbentuk segi enam. Semak-semak belukar yang menjadi sarang nyamuk dan ular juga sudah dipangkas dan diganti dengan tanaman hias serta bunga-bungaan. Tempat itu terlihat lebih cantik dan berwarna, menyebabkan banyak kupu-kupu dan lebah madu hinggap di sana.

Di tengah taman kota itu, dibangun kolam air mancur yang mengembang. Persis seperti taman hiburan yang ada di kota besar. Pohon-pohon yang sebelumnya sudah lapuk akibat sudah tumbuh puluhan tahun sebelumnya juga turut ditebang, kemudian diganti dengan pohon baru yang lebih aman.

Kecuali, sebuah pohon waru yang masih dibiarkan hidup di pinggiran kali. Entah apa alasan yang mendasari pohon tua itu masih berdiri sampai saat ini. Hingga seorang ibu berkata, bahwa

“sebuah keuntungan dengan tidak menebang pohon waru yang dianggap keramat itu. Jika saja ikut ditebang, pasti akan akan terjadi sesuatu di tempat tinggal mereka.”

Adrian yang sedang mencicipi kuliner jajanan yang tersedia di sana tidak sengaja mendengar percakapan ibu-ibu yang datang itu. Ia pun mengatakan bahwa apa yang mereka bicarakan adalah musyrik. Ia juga menyampaikan bahwa pohon itu sengaja tidak sitebang, karena seluruh pohon lainnya sudah habis dipangkas, dan pohon baru masih belum cukup rimbun untuk menaungi Taman Kota.

Jadi, menebang pohon paling besar yang ada di sini bukan menjadi keputusan tepat. Ibu itu hanya bisa tersenyum, mungkin karena malu ketahuan menyebarkan informasi yang dirinya sendiri tidak yakin akan kebenarannya.

Entah mitos dari mana, cerita mengenai kemistisan tempat yang menjadi akses penyebrangan utama yang menghubungkan dua desa itu menyebar hingga sekadang. Mungkin, karena adanya bantaran sungai yang sering dikaitkan dengan sosok siluman berwujud buaya putih jadi-jadian, jembatan yang katanya pondasi utamanya berasal dari tubuh manusia, dan juga banyak penunggu yang masih menyimpan dendam semasa hidupnya, yang memutuskan terjun dari ketinggian serta menjadi arwah gentayangan.

Adrian merupakan seorang pengusaha yang juga terjun ke dunia politik. Perjalanan karier Adrian berjalan lancar, tetapi kehidupannya yang tampak sempurna ini berbanding terbalik dengan situasi di rumahnya.

Istri Adrian dikurung di ruang bawah tanah akibat mengalami gangguan jiwa. Putra mereka juga terbaring koma akibat terlibat kejadian misterius yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Dan, tidak hanya itu saja, keluarga mereka mulai diteror sosok hantu perempuan.

Tragedi itu pun membawa ingatan Adrian pada kejadian di masa lalunya, jauh sebelum dirinya mencapai kesuksesan. Adrian pernah hidup sangat menderita. Namun, saat ia hampir menyerah, datang sebuah pertolongan.

Pertolongan untuk Adrian itu berhubungan dengan pohon waru keramat yang memberikan kesuksesan kepada Adrian secara tidak cuma-cuma. Apakah kehancuran keluarganya menjadi harga yang harus dibayarkan atas apa yang sudah Adrian capai? Atau masih ada rahasia lain yang belum terungkap dari masa lalunya?

 

Kelebihan dan Kekurangan Novel Waru

Pros & Cons

Pros
  • Novel Waru menyajikan kisah yang dekat dengan kehidupan masyarakat, yang terkait dengan andil dari kekuatan mistis untuk membantu meraih kesuksesan.
  • Kisah ini tidak hanya berfokus pada kejadian mistis saja, tetapi juga pada kehidupan politik yang dijalani sang tokoh utama.
  • Meskipun disusun oleh 3 orang penulis, kisah ini dinilai mengalir dengan setiap bagian ceritanya yang tersusun rapi.
  • Plot yang disajikan mudah untuk dipahami dan banyak menyertakan kisah tak diduga, sehingga pembaca bisa merasakan keseruan dan ketegangan tanpa henti.
  • Kisah ini ditulis dengan menggunakan bahasa dan kalimat Indonesia yang tidak baku dan ringan, sehingga nyaman untuk dibaca.
  • Pemilihan kata pada novel ini juga dinilai indah dan penempatannya sesuai dengan narasi cerita.
  • Kisah Waru ini juga menyampaikan pesan tersirat kepada para pembaca yang bisa menjadi sebuah pembelajaran penting.
Cons
  • Alur kisah cukup lambat.
  • Ada beberapa bagian yang dijelaskan secara berulang.

Kelebihan Novel Waru

Sebagai salah satu novel bergenre horor yang best seller, novel Waru ini menawarkan sejumlah kelebihan. Kelebihan pertama, yakni dari premis kisah yang ditawarkan. Novel ini menyajikan kisah yang dekat dengan kehidupan masyarakat, yang terkait dengan andil dari kekuatan mistis untuk membantu meraih kesuksesan.

Kisah ini tidak hanya berfokus pada kejadian mistis saja, tetapi juga pada kehidupan politik yang dijalani sang tokoh utama. Di mana ia sebetulnya tidak berniat untuk mengandalkan kekuatan mistis, tetapi terdorong ketika ditawarkan sebuah pertolongan ketika sedang terpuruk.

Meskipun disusun oleh 3 orang penulis, kisah ini dinilai mengalir dengan setiap bagian ceritanya yang tersusun rapi. Plot yang disajikan mudah untuk dipahami dan banyak menyertakan kisah tak diduga. Hal ini kemudian menjadikan pembaca ikut terseret dalam keseruan dan ketegangan tanpa henti.

Kisah ini ditulis dengan menggunakan bahasa dan kalimat Indonesia yang tidak baku dan ringan, sehingga nyaman untuk dibaca. Pemilihan kata pada novel ini juga dinilai indah dan penempatannya sesuai dengan narasi cerita.

Kemudian, kisah Waru ini juga menyampaikan pesan tersirat kepada para pembaca yang bisa menjadi sebuah pembelajaran penting. Pesan moral yang berharga, yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, novel ini sangat direkomendasikan untuk Anda yang ingin membaca kisah horor yang tidak biasa. Kisah yang dekat dengan realita kehidupan masyarakat Indonesia.

Kekurangan Novel Waru

Selain memiliki kelebihan, novel Waru ini juga masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada alur kisah yang dinilai cukup lambat, karena menyertakan banyak detail yang dinilai berulang. Salah satu contohnya, detail yang menggambarkan suasana ramainya acara pembukaan Taman Kota yang berulang kali disampaikan, dinilai cukup ditulis sekali saja.

 

Pesan Moral Novel Waru

Melalui kisah Waru ini, kita kembali diingatkan untuk berpikir panjang dan tak mudah tergoda dengan penawaran yang baik, penawaran yang menguntungkan. Sebab, memang sifat asli manusia akan mengambil kesempatan yang menguntungkan mereka. Namun, tak jarang juga yang tidak memperhitungkan risiko akan keputusan yang akan diambilnya.

Seperti Adrian yang pada masa terpuruknya, tergoda oleh sebuah “pertolongan” yang membantu kehidupan karirnya. Namun, pada akhirnya, ia harus membayar harga yang sangat mahal atas pertolongan instan yang didapatkannya.

Dari kisah ini juga, kita bisa belajar untuk menghargai keberadaan hal-hal yang dianggap mistis. Sekalipun kita tidak percaya akan hal tersebut, tetapi kita harus senantiasa bersikap sopan dan tidak menunjukkan pertentangan akan hal itu.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel Waru karya Aji Fauzi, Rudi Utomo, dan Mahya Bil Qisti. Apakah Anda sudah siap menelusuri kisah masa lalu Adrian yang gelap? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Rating: 4.12

Penulis: Gabriel

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy