Hai, Grameds! Kembali lagi di artikel review novel best seller yang lagi populer dibahas. Kali ini, Gramin akan membahas salah satu novel yang sudah terkenal di berbagai negara. Novel We Free The Stars: Melepas Bintang karya Hafsah Faizal merupakan sekuel dari novel We Hunt The Flame. Novel ini melengkapi duologi Sands of Arawiya.
Bagi Grameds yang sudah membaca novel pertamanya, pastinya sudah mengetahui betapa serunya novel ini, dan mungkin juga sudah menantikan kelanjutan kisahnya. Pada novel ini, akan ada tambahan sudut pandang tokoh yang semakin memperkaya kisah ini. Novel ini akan mengisahkan perjuangan Zafira dan Nasir untuk mengembalikan sihir ke tanah Arawiya.
Apakah misi mereka akan berhasil sesuai rencana? Jawaban lengkapnya bisa Grameds temukan pada novel yang bisa didapatkan di Gramedia.com ini. Novel We Free The Stars: Melepas Bintang sudah diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada 30 Juli 2024, dengan total 752 halaman. Di bawah ini, ada informasi spesial yang sudah Gramin siapkan untuk kamu yang rajin membaca!
Table of Contents
Profil Hafsah Faizal – Penulis Novel We Free The Stars: Melepas Bintang
Hafsah Faizal adalah seorang penulis novel young adult asal Amerika, yang terkenal karena novel fantasi terlaris versi New York Times-nya yang berjudul We Hunt the Flame. Faizal lahir di Florida dan tumbuh besar di California. Ia adalah seorang Muslim Amerika yang memiliki darah campuran Sri Lanka dan Arab dari kedua orang tuanya yang adalah imigran Muslim Sri Lanka. Faizal adalah anak tertua dari empat bersaudara dan memiliki dua saudara perempuan bernama Asma dan Azraa.
Hafsah Faizal home schooling sejak usia tiga belas tahun. Pada usia yang sama, ia mulai mengembangkan keterampilan desainnya, yang membuatnya berhasil mendirikan perusahaan desain web miliknya sendiri: IceyDesigns, pada usia tujuh belas tahun. Hafsah Faizal menyebut sesama novelis; Leigh Bardugo, Roshani Chokshi, dan Renée Ahdieh sebagai panutan sastra utamanya. Ia juga menggambarkan Graceling karya Kristin Cashore sebagai buku yang membuatnya kembali membaca.
Hafsah Faizal mulai menulis novel pertamanya pada usia tujuh belas tahun. Selain menulis, ia juga telah mengelola blog buku bernama IceyBooks sejak September 2010. Hafsah Faizal mengatakan bahwa latar belakangnya di bidang desain memengaruhi tulisannya, sehingga ia menganggapnya sebagai penulis yang sangat visual.
Hafsah Faizal menerbitkan sendiri buku debutnya dengan nama pena Hafsah Laziaf pada Oktober 2013. Buku itu adalah novel fiksi ilmiah untuk dewasa muda yang berjudul Unbreathable. Novel pertamanya ini berlatar di masa depan yang jauh, di mana Bumi digambarkan hancur dan umat manusia menetap di planet baru yang hancur karena kekurangan makanan dan oksigen.
We Hunt the Flame yang diterbitkan oleh Farrar, Straus & Giroux pada Mei 2019, berhasil membuatnya memulai debut di daftar buku terlaris New York Times di peringkat #5 dan menerima ulasan yang baik. Hafsah Faizal membuat latar cerita tersebut di dunia yang mengingatkan kita pada Arabia kuno, menghindari hubungan dengan budaya Asia Selatan yang menurutnya sering kali secara keliru dikaitkan dengan cerita-cerita tentang Timur Tengah.
Buku kedua dari seri Sands of Arawiya, We Free the Stars, dirilis pada 19 Januari 2021. Pada Februari 2021, dilaporkan bahwa STXtv sedang mengembangkan adaptasi televisi dari We Hunt the Flame, dengan Faizal sebagai produser eksekutifnya. Buku terbarunya, A Tempest of Tea dirilis pada 20 Februari 2024 oleh FSG, Macmillan. Pada Maret 2024, A Tempest of Tea juga berhasil muncul di daftar buku terlaris New York Times.
Sinopsis Novel We Free The Stars: Melepas Bintang
Masa pertempuran telah usai. Hutan yang terkutuk itu memang sudah musnah. Namun, Zafira dan Nasir masih bertekad bulat untuk menyelesaikan misi mereka: mengembalikan sihir ke tanah Arawiya dengan menempatkan jantung Para Saudari Kuno ke asalnya yakni menara tiap-tiap khilafah. Mereka kurang beruntung karena kekurangan sekutu akibat banyak anggota kesultanan yang ketakutan Singa Malam akan kembali.
Pada saat komplotan mereka menyusun rencana untuk menjauhkan kesultanan dari ancaman paling besar, Nasir berupaya untuk mengendalikan sihir yang mengalir di dalam darahnya. Nasir harus berlatih untuk mengembangkan kemampuannya, supaya bisa menjadi tameng dan senjata, bukan hanya untuk bertahan dari serangan Singa Malam, tetapi juga dari sang ayah. Zafira pun sibuk melawan jenis kegelapan yang lain. Kegelapan yang memenuhi pikirannya, yang hampir membuatnya gila. Nasir dan Zafira mau tak mau mengorbankan sesuatu yang begitu berharga bagi mereka untuk membuat keadaan kembali seperti semula.
Kelebihan dan Kekurangan Novel We Free The Stars: Melepas Bintang
Kelebihan Novel We Free The Stars: Melepas Bintang
Novel We Free The Stars: Melepas Bintang karya Hafsah Faizal menyajikan kisah lanjutan dari perjalanan para tokoh untuk memulihkan sihir dan menyelamatkan tanah Arawiya dari bahaya yang dilepaskan di akhir novel We Hunt the Flame. Hal utama yang membuat seri novel ini menarik adalah latar belakang yang dibangun oleh penulis, di mana menggambarkan realitas Arab kuno. Hal ini memberikan suasana yang penuh dengan budaya, yang sangat menghidupkan sebuah buku.
Banyak pembaca yang menebak-nebak isi novel ini berdasarkan novel sebelumnya. Namun, Hafsah Faizal berhasil mematahkan segala prediksi dan melampaui ekspektasi pembaca yang sangat tinggi setelah takjub dengan We Hunt the Flame. Tulisan dalam novel ini begitu menakjubkan, gaya bahasanya elegan dan diselingi humor. Pembaca yang merasa sudah mengenal Arawiya di buku pertama, akan semakin dalam jatuh cinta ketika We Free the Stars menunjukkan lebih banyak sisi tersembunyi dunia ini.
Penulis menyajikan banyak aksi yang terus-menerus terjadi dan akan terjadi. Setiap adegannya juga selalu menyenangkan, sambil tetap memberikan ruang untuk karakter-karakter yang fantastis bersinar. Ya, tokoh-tokoh dalam novel ini bisa membuat pembaca jatuh hati. Apalagi kita bisa mengenal mereka lebih dekat dari tiga sudut pandang tokoh: Zafira, Nasir, dan Altair.
We Free the Stars adalah novel yang bernuansa magis dan tradisional. Novel ini bagaikan paket lengkap yang menggabungkan romansa yang memukau, latar belakang dunia yang menakjubkan, dan alur cerita yang adiktif. Secara keseluruhan, novel ini menghadirkan kisah yang mind blowing, yang membuat pembaca senyum-senyum sendiri sepanjang membacanya.
Kekurangan Novel We Free The Stars: Melepas Bintang
Alur novel We Free The Stars: Melepas Bintang ini sangat lambat, mengingat jumlah halamannya yang sangat banyak. Memang novel ini penyajian ceritanya secara slow burn. Hal ini mungkin tidak cocok untuk sejumlah pembaca. Selain itu, masih didapatkan bagian yang repetitif. Pembaca juga menemukan humor yang dinilai kurang pantas disampaikan, yakni lelucon dan sindiran seksual yang diulang-ulang. Hal ini dinilai sensitif dan bisa menyinggung.
Pembaca menilai tak ada perkembangan karakter yang nyata. Potensi tokoh akan lebih baik lagi jika dieksplor. Namun, hal ini terkait dengan ekspektasi dan pendapat pribadi pembaca yang bersifat subjektif. Lalu, oleh karena novel ini merupakan buku kedua dari sebuah seri, Grameds harus membaca We Hunt the Flame dulu ya sebelum memutuskan membaca novel ini.
Penutup Novel We Free The Stars: Melepas Bintang
Novel We Free The Stars: Melepas Bintang adalah novel yang wajib didapatkan bagi kamu yang mengikuti seri Sands of Arawiya. Bagi kalian yang belum membaca novel pertamanya, ini saatnya kalian mendapatkan kedua novel ini dan menjelajahi dunia yang menakjubkan serta penuh dengan petualangan.
Bagi Grameds yang ingin mendapatkan novel We Free The Stars: Melepas Bintang karya Hafsah Faizal, bisa langsung dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah siapkan link novel We Hunt the Stars dan novel best seller lainnya di bawah ini! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku
We Hunt the Flame: Memburu Api
Orang-orang hidup karena dia membunuh. Orang-orang mati karena dia hidup.
Zafira adalah Sang Pemburu, menyamar sebagai lelaki saat dia memberanikan diri untuk melangkah ke dalam hutan terkutuk Arz demi memberi makan penduduk desa. Nasir adalah Pangeran Maut, merenggut nyawa mereka yang dengan bodohnya menentang rezim ayahnya, Sultan Arawiya. Jika Zafira menunjukkan identitasnya sebagai seorang perempuan, orang-orang akan menafikan jasanya selama ini. Jika Nasir menunjukkan hatinya sebagai sosok penyayang, sang ayah akan menghukumnya dengan cara yang paling brutal. Zafira dan Nasir sama-sama menjadi legenda di tanah Arawiya—tapi bukan atas keinginan mereka sendiri.
Perang nyaris pecah, dan Arz kian meluas setiap harinya, menyelubungi Arawiya dalam bayang-bayang. Ketika Zafira menjalankan misi untuk menemukan artefak yang hilang demi mengembalikan kekuatan sihir dan menghentikan penderitaan kaumnya, Nasir dikirim dalam misi yang sama dengan tujuan berbeda: ambil artefak itu dan habisi Sang Pemburu. Namun, sihir jahat kuno mulai ikut campur saat perjalanan mereka dimulai—dan hadiah yang mereka buru bisa jadi menyimpan bahaya yang tak pernah mereka sangka.
Eragon
Aku berpikir lama dan mendalam selama beberapa hari terakhir, dan kusadari apa artinya menjadi naga dan Penunggang: sudah menjadi takdir kita untuk mencoba yang mustahil, melakukan perbuatan-perbuatan besar tanpa memedulikan rasa takut. Itulah tanggung jawab kita pada masa depan.
Suatu hari Eragon, anak petani miskin berusia lima belas tahun, menemukan “batu” biru yang indah. Ternyata batu itu telur naga! Ditemani Brom si pendongeng tua dan naga yang dinamainya Saphira, Eragon belajar berbagai hal mengenai sejarah dan naga. Brom juga mengajarkan ilmu sihir dan ilmu pedang karena ternyata Eragon adalah penerus klan para Penunggang Naga. Klan ini punah akibat ditumpas Raja Galbatorix yang kejam.
Tujuh Kelana
“Permata itu adalah kunci suatu `gerbang` yang telah kaumku jaga beratus-ratus tahun lamanya. Aku belum pernah mendengar cerita bahwa dia bisa bersinar di dalam genggaman atau dapat menimbulkan rasa sakit…. Pasti ada sesuatu di baliknya, sesuatu yang belum kami ketahui,” ujar Alto, terduduk di karpet dan membenamkan kepala pada telapak tangan.
“Nyatanya, kamu membuat fragmen kunci bersinar. Kamu juga tahu letak fragmen kunci lainnya. Lagi-lagi kutanyakan ini, siapa kamu sebenarnya?” Aku pun tidak tahu jawabannya
Yang jelas, saat aku membereskan gudang di rumah, tanpa sengaja aku menemukan sebongkah permata merah di dalam kotak beledu. Jika kusentuh, permata itu akan menyala terang. Bingung bercampur panik, kututup kotak itu.
Sumber:
- https://en.wikipedia.org/wiki/Hafsah_Faizal
- https://www.goodreads.com/book/show/46223364-we-free-the-stars
- 1984
- 23:59 : Sebuah Novel
- Alucard
- Adat, Kelas, dan Indigenitas
- Apa yang Harus Dilakukan Ketika Doa Anda Tampak Tak Dijawab
- Apa yang Mengendalikan Kehidupanmu?
- Approximating The Distance Between Two People
- Babel: Pertumpahan Darah Sejarah Gelap Revolusi
- Bandung Menjelang Pagi
- Buddha 3: Dewadatta
- Creepy Case Club 6: Kasus Hantu Panggung
- Dulu, Kini, dan Nanti
- Festival Hujan
- Flawed
- Gabriel and Zoe
- Gentayangan
- Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi
- Hukum Perseroan Terbatas
- Impressed
- Inyik Balang
- Janji Untuk Ayah
- Kalung Setengah Hati
- Kendalikan Uangmu: Yuk, Jadi Financial Planner untuk Diri Sendiri!
- Literature for Teens: The Second Fall
- Leadership Mastery
- Make Time: Cara Fokus pada Hal-Hal Penting Setiap Hari
- Mata di Tanah Melus
- Me and Mr. Old
- Merebah Riuh
- Misadventures Season
- Misteri Perpustakaan yang Hilang
- Momo
- My Big Book of Adventures
- Nak, Kamu Gapapa, Kan?
- Perempuan-Perempuan Kelu
- Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa
- Rampok Memori dan Bintang Sambit (We Could be Heroes)
- Relung Rasa Raisa
- Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)
- Rewrite the Stars
- Sang Penyelaras Nada
- Sempurna (Perfect)
- Seni Memenangkan Apa Pun ala Sun Tzu
- Teach Like Finland
- The Boy, the Mole, the Fox and the Horse
- The Night Country
- The Punk
- The Star Diaries
- The Way of Peace
- This is Amiko
- We Free the Stars: Melepas Bintang