Review Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi – Apakah Grameds adalah salah satu penikmat puisi? tepat sekali, puisi adalah salah satu karya sastra yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan seseorang. Puisi ini seolah-olah memiliki kekuatan sekaligus cerminan sosial pada suatu masa tertentu. Termasuk buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi yang ditulis Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes ini.
Pasangan penyair ini kembali menghadirkan buku puisi baru yang dibuatnya di tengah masa pandemi ini. Kita semua ketahui bahwa tahun 2000 jadi masa kelam bagi banyak orang dan pasangan penyair ini berupaya untuk merekam momen tersebut dalam puisi-puisi mereka. Diantara buku puisi mereka, buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi jadi buku puisi yang layak Grameds lirik.
Agar semakin yakin membaca buku puisi ini, Grameds bisa simak review Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi berikut ini:
Table of Contents
Informasi Buku
- Pengarang : Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes
- Tahun Terbit : 15 Februari 2021
- Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
- Jumlah Halaman : 116
Buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi mengambil dari format percakapan antara Theo dan Weslly melalui e-mail dalam kata-kata yang menciptakan kontinuitas dari awal hingga akhir. Sesekali mereka menggunakan kata atau frasa dari sajak-sajak yang ada di buku puisi sebelumnya dan kemudian bisa masuk ke sajaknya sendiri.
Percakapan tersebut seolah mengalir lancar dan terkadang membahas ke arah lain yang lebih luas. Ini tentu jadi eksperimen menarik dari pasangan penyair yang semakin matang ini. Kumpulan puisi yang ada dalam buku bertema cukup beragam, seperti kematian, kerinduan, penantian, keluarga dan sebagainya. Selain itu, ada pula beberapa puisi yang inspirasinya datang dari kondisi pandemi yang kita alami, bahkan hingga saat ini.
Review Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi
Review buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi akan saya mulai dari cover bukunya. Membicarakan buku memang tidak bisa lepas dari sampul bukunya yang menjadi satu hal untuk menarik pembaca pertama kali. Termasuk buku kumpulan puisi Theo dan Weslly ini memiliki cover buku yang unik. Sang ilustrator, Bambang Nurdiansyah, berhasil menyimbolkan puisi-puisi dalam buku ini dengan sangat menarik dan berhasil menggambarkan isi buku.
Jadi bukan ungkapan yang salah jika ada seseorang yang tertarik dengan buku karena covernya. Disambut dengan ilustrasinya yang menarik, pembaca kemudian akan menemukan puisi-puisi indah yang benar-benar menggambarkan cover indahnya itu. Itu artinya buku ini tidak hanya indah covernya, tetapi juga isinya. Jadi, satu keputusan yang benar jika pembaca mungkin tertarik membaca buku ini karena cover bukunya.
Buku kumpulan puisi Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini mengajak pembacanya untuk memberi arti yang dalam untuk hal-hal yang sudah berlalu. Hal yang sudah berlalu sejatinya tidak akan pergi begitu saja. Hal tersebut bisa meninggalkan jejak yang berbeda-beda dalam pikiran dan perasaan seseorang, termasuk dengan kata-kata bermakna macam puisi yang bisa bermakna sangat luas.
Grameds mungkin mengira buku puisi dari pasangan penyair ini membawa romansa yang romantis karena saling berbalas puisi satu sama lain. Pembaca bahkan tidak hanya disuguhkan ekspresi cinta dan kasih sayang antar keduanya saja, melainkan lebih luas dari pada itu. Terkadang pembaca akan dipertemukan dengan hal yang menyenangkan, hangat, namun sesekali akan diajak merenung hingga membuat terdiam dan kagum dengan diksi jenius sang penyair.
Saat membaca buku dan mencoba review Paling Panjang Perihal Pulang Pergi, yang ada dalam pikiran saya adalah membayangkan bagaimana nikmat dan bahagianya saling berbalas syair. Jika biasanya kita berkomunikasi dengan pasangan, kekasih, keluarga, atau orang-orang yang kita sayangi lainnya menggunakan bahasa percakapan biasa, sudah sangat bahagia jika bisa bisa saling berbalas kabar. Apalagi saling berbalas puisi yang memiliki makna mendalam, sungguh bisa benar-benar menyampaikan isi hati.
Membaca percakapan puisi Theo dan Weslly dalam buku ini seolah meraba isi pikiran mereka dan cara mereka berkomunikasi satu sama lain. Saling mengungkapkan perasaan, memberi kabar, menceritakan apa-apa yang mereka pikirkan, dan hal-hal sentimentil yang mungkin hanya mereka berdua yang paham. Uniknya, dengan bahasa mereka yang sederhana dan padat memberi celah bagi pembaca untuk memaknainya sendiri. Itulah sebabnya percakapan mereka menjadi rahasia mereka dan para pembacanya.
Meskipun buku ini ditulis oleh dua orang, tapi percayalah puisi-puisi mereka sangat menyatu, bahkan jika kamu tidak mengetahui siapa penulisnya pasti akan mengira bahwa buku ini ditulis oleh satu orang saja. Jadi bisa dibilang puisi Theo dan Weslly memiliki karakter yang hampir sama, terlebih dalam buku ini mereka berdua seolah sedang berkomunikasi satu sama lain, sehingga sangat nyambung dan berhubungan satu sama lain. Theo dan Weslly dalam kumpulan puisi ini sepseri saling melengkapi dan mengalir dalam satu arus yang sama.
Puisi yang saling berbalas antara Theo dan Weslly juga dilengkapi dengan waktu puisi tersebut dibuat. Hal kecil tersebut mungkin saja membuat pembaca menebak-nebak bagaimana suasana hati dan pikiran mereka saat akan merespon puisi yang masing-masing mereka kirim, seolah-olah menunggu jawaban yang manis sekaligus pahit. Percakapan mereka yang menghabiskan rentang waktu yang cukup lama, mulai tahun 2019 hingga 2021 bisa habis dibaca sekali duduk dalam buku ini. Tapi beda ceritanya jika Grameds perlu membaca puisi dengan pelan sambil memahami maknanya.
Ihwal kematian, meninggalkan, dan pergi begitu nyaring terdengar dalam buku kumpulan puisi ini. Buku ini mengingatkan pembaca pada hal-hal yang telah pergi, baik pergi secara fisik atau pergi seutuhnya. Diksi-diksi Theo dan Weslly dalam buku ini bahkan sedikit menyenggol pembacanya akan kematian yang pasti akan dialami oleh seorang makhluk. Jadi tak heran jika membaca buku Paling Panjang Perihal Pulang Pergi juga bisa merasa hampa dan tenggelam dalam ketakutan, terutama dengan kematian.
Sebelum buku ini terbit, sebelumnya Theo dan Weslly sudah menerbitkan kumpulan puisi, salah duanya adalah Tempat Paling Liar di Muka Bumi dan Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai yang memiliki konsep penulisan yang hampir sama. Yakni saling berbalas puisi, namun berbeda platformnya saja, yaitu melalui SMS dan via aplikasi Whatsapps. Bagi Grameds yang sudah membaca dua buku sebelumnya, pasti sudah tidak asing dengan gaya bahasa yang mereka gunakan. Bagaimana mereka saling merespon puisi yang saling mereka kirim dan menangkap pesannya.
“tiap-tiap luka
mengenal mata belati masing-masing
dia yang kau lihat berbaring
menjilati luka paling perih
mengenal mata belati paling runcing”
Potongan sajak diatas adalah salah satu penggalan puisi yang sangat kuat. Sebut saja jadi yang paling favorit dari kesekian puisi yang tidak kalah bagusnya. Menulis review tentang buku puisi memang tidak bisa muluk-muluk karena pemaknaan puisi bagi setiap orang berbeda. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap orang memiliki pengalaman rasanya masing-masing, termasuk dalam memaknai puisi.
Namun harapannya review Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini bisa memberi gambaran isi puisi dan pesan buku yang ingin penyair sampaikan.
Alasan Mengapa Harus Membaca Buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi
Ada banyak buku kumpulan puisi Indonesia atau karya sastrawan dalam negeri yang recomended untuk Grameds baca, termasuk buku puisi Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini. Jika Grameds Adalah salah satu penikmat puisi, maka bisa baca buku ini dengan segala pengalaman rasa yang kamu punya. Dalam penyebarannya, ada beberapa alasan mengapa buku kumpulan puisi Theo dan Weslly yang baru rilis ini recomended untuk Grameds baca, seperti berikut ini:
1. Berbalas Puisi
Berbeda dengan buku kumpulan puisi lainnya yang hanya ditulis satu orang atau kumpulan puisi dari beberapa penyair, buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini memiliki format percakapan antara dua penulis. Jadi konsep bukunya saling berbalas puisi. Kelebihan dari buku kumpulan puisi ini adalah berbalas puisi yang membuat buku ini menjadi menarik karena pembaca bisa memahami tiap makna atas respon atau cara berkomunikasi penulis lewat sajak-sajak yang indah.
2. Sajak-Sajak yang Mengalir
Meskipun ditulis dua orang, tetapi puisi-puisi yang ada dalam buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini mengalir dan menyatu sama lain. Pembaca tidak akan dibuat kebingungan karena pasangan penyair ini berada di batas yang sama dalam berkarya. Buku yang tidak berhalaman tebal ini bisa habis dibaca sekali duduk dan saling berkaitan satu sama lain.
3. Tema yang Beragam
Buku kumpulan puisi biasanya tidak hanya membuat satu tema tertentu saja. Hal tersebut karena puisi memiliki ranah yang luas, bahkan satu puisi saja bisa bermakna sangat luas. Dalam buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini memiliki beragam tema, seperti kerinduan, kematian, pengharapan, dan banyak hal tentang pulang dan pergi.
Tak sedikit tema yang beragam tersebut terbingkai dari peristiwa yang baru-baru ini terjadi, yakni bagaimana seseorang struggling menghadapi pandemi. Jadi membaca buku ini sangat realate dengan kondisi terbaru kita saat ini, yang mungkin merasa putus asa, banyak kehilangan sesuatu, sekaligus memulai sesuatu yang sangat baru dalam kehidupan kita.
4. Bahasa yang Sederhana, Tidak Rumit, Tapi Penuh Makna
Seperti yang kita ketahui bahwa puisi adalah salah satu karya sastra yang penuh makna, sehingga terkadang kita sulit memahaminya dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut terjadi biasanya karena penggunaan bahasa yang rumit dari penyair karena menggunakan diksi-diksi yang mungkin masih asing ditelinga pembaca. Sebenarnya itu adalah salah satu ciri-ciri puisi.
Namun, menggunakan bahasa yang sederhana sekalipun tidak akan mengurangi esensi puisi tersebut selagi masih bisa menyampaikan makna dari karya tersebut. Kumpulan puisi yang ada dalam buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini termasuk menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak rumit, sehingga penikmat puisi pemula tetap bisa merasakan keindahan puisinya.
Kesederhanaan diksi yang digunakan Theo dan Weslly tidak mengurangi esensi karya mereka sama sekali, justru semakin menyatu dengan konsep buku tersebut yang menggunakan format percakapan. Jadi sejatinya berkomunikasi namun menggunakan bahasa yang indah dan penuh makna. Penggunaan bahasa ini jadi nilai lebih karya mereka.
5. Referensi Belajar
Meskipun bukan buku dengan halaman yang tebal, kumpulan puisi dalam buku ini sangat syarat dengan ilmu. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari puisi-puisi mereka, mulai dari intropeksi diri, memahami situasi, menguatkan harapan, menikmati kehidupan, dan banyak pelajaran lainnya.
Buku ini bisa dijadikan sebagai referensi belajar tergantung dari pembaca. Bagaimana kalian memaknai setiap puisi dalam buku ini sebagai sebuah nilai. Dalam praktiknya puisi-puisi Theo dan Weslly memiliki kekuatan magisnya sendiri untuk pembaca.
6. Hiburan
Bukan cerita yang panjang atau tidak memiliki jalan cerita yang kompleks layaknya novel, cerpen, atau narasi lainnya, puisi juga bisa jadi hiburan bagi seseorang untuk melepaskan penatnya dari aktivitas mereka yang padat. Diksi-diksi indah dari pasangan penyair ini bisa jadi jeda kita untuk kembali melihat diri kita sendiri.
Pembaca bisa dibuat tersipu dengan bait puisi sekaligus merasa bahagia dengan apa-apa yang ditulis mereka. Fungsi hiburan yang bisa pembaca rasakan juga bergantung dari mereka merasakan puisi-puisi tersebut. Kata-kata manis dari sepasang kekasih ini mungkin bisa amat menghibur seseorang sebagai salah satu fungsi karya sastra.
Tentang Penulis
Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes adalah sepasang suami istri yang produktif menulis puisi. Theoresia Rumthe merupakan perempuan asal Maluku yang lahir di Ambon pada 16 Oktober 1983 dan saat ini tinggal di Bandung. Sedangkan Weslly Johannes adalah penyair asal Ambon yang tinggal di Salatiga. Pasangan penyair ini ibarat puisi-puisi yang tidak pernah kehabisan bunyi, bahkan di masa pandemi ini mereka tetap bergerak menciptakan puisi-puisi. Mereka menghadiahkan puisi-puisi untuk semua orang yang menghadapi pandemi ini.
Sebelum mereka menulis kumpulan buku bersama, masing-masing telah menulis beberapa karya dalam buku. Seperti Theo pernah menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul Rona Kata bersama teman-teman perempuannya tahun 2010, Selamat Datang Bulan tahun 2019 dan banyak buku lainnya. Tidak jauh berbeda dengan Weslly yang juga banyak menulis puisi, salah satu bukunya berjudul Bahaya-bahaya yang Indah tahun 2019.
Dalam jajaran sastrawan Indonesia, Theo dan Weslly adalah penyair kondang sekaligus produktif menyapa pembacanya. Ada banyak list buku mereka yang recomended untuk Grameds baca. Jika kamu adalah salah satu orang penggemar dan penikmat puisi, maka buku-buku Theo dan Weslly ini sayang untuk dilewatkan. Grameds bisa kunjungi buku koleksi Gramedia yang ditulis Theo dan Weslly di www.gramedia.com atau www.ebooksgramedia.com.
Nah, itulah review Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi yang ditulis Theo dan Weslly. Apakah Grameds tertarik membaca buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi? Tepat sekali, berdasarkan kelebihan buku ini, sebagai penikmat puisi buku ini bisa jadi deretan buku puisi terbaik yang bisa kamu baca. Selamat membaca. #SahabatTanpabatas.
BACA JUGA: