Srimenanti – Sang penyair Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin ini telah melahirkan karya pertamanya dalam bentuk novel. Novel ini kemudian diberi judul “Srimenanti”. Novel ini menjadi kabar penuh harapan bagi pembaca Jokpin, karena menantikan sebuah karya novel yang lahir dari tangan dan pikiran seseorang yang sering menulis puisi.
Para pembaca setia Joko Pinurbo tentu memiliki ekspektasi yang besar terhadap karya novel pertamanya ini. Sebagai seseorang yang merawat bahasa, Jokpin yang menulis novel dan pembaca yang menunggu berharap akan menemukan cerita yang tidak biasa.
Joko Pinurbo dikenal sebagai penyair dengan gaya bahasa yang sederhana dan lugas, meskipun dengan pemilihan kata yang sederhana. Joko Pinurbo justru di dalam karya-karyanya mengandung makna yang mendalam dan seringkali memicu para pembacanya untuk merenung dan memikirkan pesan yang disampaikan oleh Jokpin dalam puisi-puisinya.
Srimenanti, misalnya, novel Jokpin yang satu ini. Apakah ekspektasi pembaca terhadap karya novel pertama Jokpin ini benar-benar sesuai? Kisah apa yang diceritakan oleh Jokpin pada Srimenanti?
Table of Contents
Profil Joko Pinurbo, Sang Penyair yang Menulis Novel
Joko Pinurbo adalah seorang penyair terkenal Indonesia yang lahir pada 11 Mei 1962. Joko Pinurbo akrab disapa dengan nama Jokpin, ia terkenal karena karya-karyanya sarat akan makna, perenungan, dan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Kualitas seorang Joko Pinurbo dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang ia pakai pada setiap karya-karyanya dengan pemilihan bahasa yang indah, penuh imajinasi, serta permainan kata yang khas. Jokpin sering kali menggunakan gaya bahasa yang lugas dan sederhana, karena keunikannya itulah Jokpin diakui sebagai salah satu penyair terkemuka Indonesia.
Joko Pinurbo berasal dari keluarga seorang guru SD. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Jokpin pun pernah bekerja sebagai dosen yang mengajar 120 mahasiswa dalam satu kelas.
Jokpin pernah menjadi dosen favorit mahasiswa pada tahun 1987 ketika ia baru memulai profesi barunya sebagai seorang pengajar. Ia merasa menjadi dosen masih kurang tantangan hingga banting setir menjadi editor di Gramedia. Jokpin kemudian meniti karir menjadi seorang penyair ketika usianya sudah tidak lagi muda.
Ketertarikannya pada dunia sastra sejak SMA serta dua tokoh sastrawan yang menginspirasi baginya yaitu Goenawan Mohamad dan Sapardi Djoko damono yang membuat Jokpin melarikan diri untuk menekuni puisi.
Jokpin juga telah memperoleh berbagai penghargaan dalam dunia kepenulisan yang selama ini ia geluti, seperti Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Sinopsis dan Review Novel Srimenanti
Srimenanti adalah novel perdana Joko Pinurbo. Begitulah keterangan yang ada di punggung buku. Di atasnya terdapat empat paragraf potongan isi novelnya, bukan sinopsis maupun keterangan lain soal isi novel.
Srimenanti menceritakan tentang seorang penyair laki-laki yang kemudian sering disebut sebagai “Mas Penyair” yang bertemu dengan seorang pelukis perempuan di dalam gang tanpa sengaja. Perempuan itu bernama Srimenanti.
Melihat sampul novelnya sendiri kita bisa tahu bahwa sosok perempuan itu seperti menyimpan duka yang dalam. Dan benar saja, Srimenanti adalah perempuan penuh duka dan luka oleh kenangan yang traumatis.
Seperti kata-kata pertama yang disampaikan oleh Jokpin dalam Srimenanti, “Di sebuah gang lengang di pagi hari yang basah saya berpapasan dengan seorang perempuan muda, wajahnya milik trauma.”
Cerita Srimenanti karya Joko Pinurbo sebagai novel pertamanya ini dituturkan oleh dua orang tokoh yang bercerita lewat sudut pandang orang pertama secara bergantian. Meskipun awalnya sedikit membingungkan, karena keduanya menggunakan kata ganti “saya”, tetapi pembaca akan mulai terbiasa dan dapat mengidentifikasi sendiri siapa yang sedang bercerita.
Mas Penyair rasanya sadar bahwa ia pernah bertemu dengan perempuan itu lewat sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Pada Suatu Pagi Hari”. Mata perempuan itu memancarkan persis duka yang ada pada puisi Sapardi.
Rasa penasaran yang membawa Mas Penyair mencari dan menelusuri tentang perempuan itu dan menemukan bahwa mereka berada di lingkungan pertemanan yang sama. Artinya, teman Mas Penyair ternyata adalah teman Srimenanti juga.
Sebagai penutur pertama, yang tidak lain adalah Mas Penyair –yang bisa kita tebak peran tersebut adalah Jokpin sendiri ketika memulai pencarian mengenai perempuan itu membawanya ingin bertemu dengan Sapardi.
Ternyata, langkah kakinya tidak hanya Sapardi saja yang ia temui, tapi ada Faisal Oddang, Aan Mansyur dan Paman Yusi. Nama-nama itu adalah nama-nama para penyair dan sastrawan di dunia nyata. Mereka hadir di dalam novel perdana Jokpin seolah sebagai cameo yang memerankan diri mereka sendiri.
Kisah kemudian saling berganti antara Mas Penyair daan Si Pelukis perempuan itu. Kedua tokoh ini diceritakan memiliki keresahannya masing-masing. Menariknya, tokoh yang menyatukan kedua penutur ini tak lain dan tak bukan adalah Eltece alias sosok laki-laki tanpa celana, alias sosok hantu yang bisa muncul kapan saja, di mana saja, dan dengan ujung kelaminnya yang berdarah sambil terus merintih, “Sakit, Jenderal! Sakit, Jenderal!”.
Srimenanti secara sederhana berkisah tentang dirinya yang mencari jalan keluar agar ia bisa terlepas dari kungkungan kenangan masa lalu yang sangat traumatis dan berkisah tentang bagaimana seharusnya manusia dapat berdamai dengan masa lalunya.
Lalu, bagaimana perjalanan Srimenanti dalam berdamai dengan masa lalunya?
Kelebihan dan Kekurangan Novel Srimenanti Karya Joko Pinurbo
Kelebihan Novel Srimenanti
Srimenanti karya Joko Pinurbo adalah novel yang unik, karena isi novel diceritakan lewat dua sudut pandang yang berbeda, yaitu Mas Penyair dan Srimenanti sang pelukis. Meskipun keduanya mengambil alih masing-masing dalam cerita, tetapi disatukan oleh sosok Eltece –si hantu tanpa celana.
Novel perdana Joko Pinurbo ini memiliki corak kalimat yang tidak dapat dipisahkan dari Joko Pinurbo sendiri. Buku ini barangkali memang betul berbentuk novel, tetapi Jokpin menghiasi kata demi kata di dalam novel dengan rangkaian puisi yang sedang bercerita. Keunikan gaya bercerita inilah yang terlihat di hampir seluruh isi cerita Srimenanti.
Kalimat-kalimat jenaka sehari-hari yang terkenal satire tidak lupa diselipkan Jokpin, seperti kalimat-kalimat dalam beberapa cerpen Jokpin “Laki-laki Tanpa Celana”, “Sebotol Hujan untuk Sapardi”, atau “Ayat Kopi”. Novel Srimenanti seakan cerita versi panjang dari cerpen-cerpen Jokpin yang sudah terbit tersebut.
Kisah Srimenanti karya Jokpin ini murni fiksi. Nama-nama para penyair dan sastrawan terkenal yang dihadirkan oleh Jokpin seolah menjadi cameo dengan gaya Jokpin sendiri. Ia juga mengutip beberapa penggalan sajak dari mereka yang Jokpin hadirkan, Srimenanti menjadi waktu silaturahmi dan pembaca akan bertemu dengan tokoh seperti Sapardi, Rendra, Aan Mansyur, Faisal Oddang, Beni Satryo, Shinta Febriyani, Om Butet dan lain sebagainya.
Novel yang lahir dari tangan dan pikiran seorang penyair sekelas Joko Pinurbo ini tentunya sangat patut diapresiasi. Kesulitannya dalam menulis prosa dan Srimenanti adalah tantangan baginya dengan memberanikan diri untuk berimajinasi sekreatif mungkin. Sebab, Jokpin adalah Jokpin yang dengan rangkaian kata-katanya dapat menyihir para pembaca.
Kekurangan Novel Srimenanti
Srimenanti sebagaimana dengan segudang kelebihan tentunya bagi beberapa pembaca memiliki kekurangan. Bagi kamu yang pertama membaca karya Jokpin mungkin akan tidak terbiasa dan tidak menikmati dengan gaya penuturan Jokpin. Karena, sesuatu yang sudah melekat menjadi identitas membuat seseorang begitu terlena. Begitu pun dengan karya novel pertama Jokpin ini, yang ditemukan adalah selayaknya Jokpin yang sedang bersyair.
Penutup
Berawal dari puisi Sapardi, Jokpin seperti kerasukan kata-kata dan melahirkan novel ini. Novel Srimenanti karya Joko Pinurbo ini tentunya wajib dibaca, apalagi bagi kamu seorang penggemar Jokpin. Karena, lewat Srimenanti, Jokpin tetap menjadi “Jokpin banget”. Novel ini bersifat sastrawi tapi santai dan diksi-diksi yang diciptakan Jokpin tidak maksa serta sangat worth to read.
Masih penasaran bagaimana alur cerita novel Srimenanti yang ditulis oleh seorang penyair Joko Pinurbo? Yuk, tunggu apalagi, langsung dapatkan bukunya di gramedia.com, ya.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Melani Wulandari
Rujukan:
- https://www.gramedia.com/blog/review-buku-srimenanti-selamat-menunaikan-ibadah-novel-joko-pinurbo/
- https://www.whiteboardjournal.com/interview/ideas/joko-pinurbo/
- Review Buku Aku Lala Padamu
- Review Buku Alasan untuk Tetap Hidup
- Review Buku Anak-Anak Tukang
- Review Buku Angsa dan Kelelawar
- Review Buku Beautiful Uncertainties
- Review Buku Belahan Jantungku
- Review Buku Berani Berubah Untuk Hidup Yang Lebih Baik
- Review Buku Chain of Iron
- Review Buku China’s Disruptors
- Review Buku Convenience Store Woman
- Review Buku Filosofi Teras
- Review Buku Hidup Sederhana: Hadir di Sini dan Saat Ini
- Review Buku In the Middle of Everything
- Review Buku Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Besar
- Review Buku Kakeibo
- Review Buku Kapan Nanti: Novel Terbaru Ziggy
- Review Buku Life as We Know It
- Review Buku Lord of The Darkwood
- Review Buku Marketing 4.0
- Review Buku Misteri Listerdale
- Review Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru
- Review Buku Pressure and Pleasure
- Review Buku Puisi Perihal Gendis
- Review Buku The Naked Traveler 8
- Review Buku Wabi Sabi
- Review Komik A Couple of Cuckoos
- Review Komik Blue Lock
- Review Komik Boruto
- Review Komik C.M.B.
- Review Komik Death Note
- Review Komik Fight Ippo
- Review Komik Haikyu!!
- Review Komik Love, Blob
- Review Komik Mashle
- Review Komik My Hero Academia
- Review Komik Q.E.D IFF
- Review Komik Ruler of The Land
- Review Komik Spy x Family
- Review Komik The King's Beast
- Review Komik Tomie Part 2 Karya Ito Junji
- Review Novel After All This Time Karya Ollyjayzee
- Review Novel Agaskar
- Review Novel Ayah dan Sirkus Pohon
- Review Novel Buku Catatan Josephine (Crooked House)
- Review Novel Dari Aku yang Hampir Menyerah
- Review Novel Eknath
- Review Novel Enola Holmes #6: Kasus Perpisahan Gipsi
- Review Novel Fickle and Brittle
- Review Novel Ghosting Writer
- Review Novel Hingga Ujung Cakrawala
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Kipas Merah Muda Misterius
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes - Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Kuliner Aruna dan Lidahnya
- Review Novel Lebih Senyap dari Bisikan
- Review Novel Lelaki di Sudut Cafe
- Review Novel Mata dan Manusia Laut
- Review Novel Mata dan Nyala Api Purba
- Review Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi
- Review Novel Pantai Pesisir
- Review Novel Pembunuhan di Teluk Pixy
- Review Novel Poempm
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 2: That Which Connects Souls
- Review Novel Pulang
- Review Novel Putri Cina
- Review Novel Rumah Hujan
- Review Novel Rewrite My Heart
- Review Novel Salju Pertama di New York
- Review Novel Saman
- Review Novel Semua Ikan di Langit Karya Ziggy Z
- Review Novel Series American Royals 1
- Review Novel Shine
- Review Novel Si Anak Savana
- Review Novel Solo Leveling 3
- Review Novel The Maltese Falcon
- Review Novel The Nightingale
- Review Buku The Taming of The Shrew
- Review Novel The Underling Purpose
- Review Novel Three Act Tragedy (Tragedi Tiga Babak)
- Review Novel White Fang
- Review Novel Yakumo The Abyss Of A Soul
- Review Cursed Bunny
- Review Srimenanti