Pernahkah anda berfikir dan bertanya-tanya mengenai sebenarnya apa makna dan tujuan dari hidup kita selama ini. Apakah itu untuk hidup selama mungkin atau untuk menggapai impian yang harus dicapai?
Lalu mengapa beberapa orang tahu apa yang akan mereka lakukan dan kerjakan, tetapi disisi lain beberapa orang hanya hidup dalam kebingungan?
Sering kali ketika melakukan kegiatan dan bekerja, terjebak dalam suatu sistem yang harus diikuti dan dipatuhi. Contohnya, Kita terkadang selalu mengerjakan berdasarkan arahan atau perintah dari seseorang yang lebih tua, jabatan yang lebih tinggi, hingga status sosial yang berbeda, bisa saja orang itu kompeten atau tidak dalam bidangnya.
Atau contoh lainnya, mendapatkan masalah yang bertubi-tubi yang bingung untuk menyelesaikannya harus mulai darimana.
Dari contoh di atas, dalam kenyataanya beberapa kasus muncul, dimana ada beberapa orang yang tertekan dalam menjalani hidupnya, disebabkan suatu tuntutan yang harus dipenuhi, sedangkan orang tersebut tidak bisa menikmati kehidupannya.
Rutinitas yang dikerjakan menjadi monoton dan bisa melemahkan motivasi untuk mengerjakannya. Ini mungkin bisa berdampak terhadap gejala stress, dimana dari beberapa riset yang ada stress bisa mengundang penyakit, kemungkinan bisa menyebabkan kurangnya produktivitas hingga bisa menyebabkan kematian.
Lalu bagaimanakah yang harus kita lakukan untuk lebih menghargai dan menikmati hidup?
Masyarakat Jepang sangat memercayai bahwa setiap orang memiliki Ikigai yang berbeda-beda dan unik antar individunya. Ikigai sendiri adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang dimaksudkan untuk menjelaskan tentang kesenangan dan pemaknaan tentang kehidupan.
Ikigai digunakan dalam berbagai konteks, dan dapat diterapkan pada hal-hal kecil di keseharian selain target yang dicapai dan prestasi besar. Secara umum ini digunakan untuk orang-orang dalam keseharian hidup luwes, tanpa menyadari akan artinya yang istimewa.
Ikigai antara seseorang dengan orang lainnya dapat dan sangat mungkin berbeda. Beberapa telah menemukan Ikigai mereka, di saat sebagian yang lain masih mencarinya. Walaupun sebenarnya Ikigai tersebut sudah ada dan melekat dalam diri, hanya saja untuk menemukannya dibutuhkan kesabaran.
Dalam kehidupan, terkadang kita salah menempatkan prioritas dan arti penting suatu hal, sering kali kita melakukannya sesuatu demi imbalan. Kalau imbalannya tidak kunjung datang, kita kecewa dan kehilangan minat dan semangat dalam bekerja. Itu jelas pendekatan yang salah.
Membicarakan tentang tema pengembangan diri, dalam artikel ini akan membahas tentang sebuah buku yang bertemakan pengembangan diri. Buku dengan judul The Book of Ikigai karya dari Ken Mogi.
Mari kita simak dan lihat penjelasan di bawah ini. Selamat membaca!
Table of Contents
Tentang Buku
Penulis: Ken Mogi, Ph.D
Tanggal Terbit: Juni 2018
Penerbit: Penerbit Noura
Jumlah Halaman: 190 Halaman
ISBN: 9786023854158
Karakter yang Ada Dalam Buku
Karakter pertama adalah Jiro Ono, seorang koki bintang tiga-michelin- paling tua di dunia yang masih hidup. Ono terkenal dengan dedikasinya terhadap profesinya sebagai koki. Dedikasinya yang tinggi membuahkan hasil yang luar biasa, restoran sushi yang dimilikinya termasuk ke dalam resto kelas dunia.
Karakter kedua adalah Hiroki Fujita, seorang penjual ikan yang sudah mulai beraktivitas sejak dini hari demi mendapatkan ikan tuna terbaik.
Karakter ketiga adalah Koshimizu yang selalu menyantap mie udon kuah untuk santap siang setiap hari, demi menjaga agar kemampuan dalam mencicip tidak terganggu.
Karakter keempat adalah Hayako Miyazaki, seorang seniman yang mendedikasikan waktu nya untuk mendapatkan karya terbaik berupa ribuan sketsa.
Karakter kelima adalah Hideki Togi, seorang musisi istana yang menciptakan musik.
Itulah beberapa karakter yang terdapat dalam cerita, untuk memudahkan pembaca memahami alur cerita dalam buku ini.
Konsep Ikigai sebenarnya agak abstrak namun masyarakat Jepang mengartikan Ikigai secara sederhana sebagai ‘alasan mengapa kita hidup’. Menurut masyarakat Jepang, semua orang memiliki Ikigai dalam dirinya.
Ikigai tersembunyi jauh di dalam diri kita, sehingga beberapa orang butuh waktu yang singkat untuk menemukan dan ada juga beberapa orang yang membutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya. Mengapa Ikigai harus ditemukan ini untuk motivasi diri untuk menjalani hidup lebih lama dan bahagia.
The Book of Ikigai menjelaskan beberapa faktor dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat Jepang untuk hidup bahagia dan memiliki umur panjang. Sebagian besar isi buku ini menceritakan dan fokus terhadap kehidupan warga Jepang. Mereka telah menerapkan Ikigai selama ratusan tahun secara turun menurun. Dengan pola tersebut hidup mereka lebih lama dan bahagia.
Review Buku
Ikigai adalah tentang menemukan, menjelaskan dan menghargai kesenangan-kesenangan hidup yang memiliki arti yang penting bagi diri kita. Konsep dan falsafah yang sepintas tampak sederhana, tetapi bisa memberikan perubahan yang besar dalam hidup seseorang. Ikigai tampak sederhana tapi hanya segelintir orang yang dapat melakukanya.
Ikigai secara harfiah adalah iki (untuk hidup) dan gai (alasan) merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Ikigai yang memberikan motivasi, semangat, gairah, dan tujuan untuk menjalani kehidupan.
Dengan Ikigai kita bisa melakukan hal yang sama secara berulang terus menerus, dimulai dari hal yang paling kecil dan detail. Membuat sesuatu sampai sempurna dengan konsisten, tanpa berharap penghargaan tapi semua itu demi kepuasaan jiwa.
Cerita diawali dengan memperkenalkan seorang koki yang bernama Jiro Ono yang sudah berusia 91 tahun pemilik restoran Sukibayashi Jiro. Pada saat Presiden Barack Obama berkunjung ke Jepang, ia dipilih sebagai koki yang menyajikan hidangan dalam perjamuan makan.
Setelah mencicipi hidangan dari Jiro Ono, Obama berkomentar bahwa sushi tersebut adalah sushi terenak yang ia makan selama hidupnya. Hal ini tentu merupakan sebuah kehormatan besar bagi Jiro Ono mengingat Obama berasal dari Hawaii yang kuat dengan pengaruh budaya Jepang.
Saat menikmati sushi buatan Jiro Ono, kamu akan merasakan sensasi seperti menikmati pertunjukan balet yang sangat indah. Jiro One melakukan berbagai cara dan teknik yang spesial untuk membuat sushinya terasa sangat enak.
Walaupun semua itu tidaklah mudah, Jiro Ono tetap bekerja keras dengan tekad yang kuat. Untuk dapat melakukan itu, Jiro Ono memiliki Ikigai. Ia bahkan berharap untuk mati dengan bahagia sambil membuat sushi.Jiro Ono menemukan Ikigainya setiap ia melihat senyuman para pelanggan setelah menyantap sushi buatannya.
Ada lima pilar dari filosof Ikigai bangsa Jepang yang dijabarkan dalam buku ini. Setiap bab menceritakan satu atau beberapa pilar yang diperdalam dengan contoh nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Sepanjang buku ini, penulis merujuk pada lima pilar Ikigai, yaitu:
Pilar 1 : Awali dengan hal kecil
Pilar 2 : Bebaskan dirimu
Pilar 3 : Keselarasan dan kesinambungan
Pilar 4 : Kegembiraan dari hal-hal kecil
Pilar 5 : Hadir di tempat dan pada waktu sekarang
Awali dengan hal yang kecil adalah pilar Ikigai yang pertama sekaligus memberikan penjelasan kepada pembaca, terkait langkah pertama yang harus dilakukan dalam rangka mencari Ikigai diri kita sendiri.
Ini dicontohkan dengan kisah Hiroki Fujita yang seorang penjual ikan yang bangun jam dua pagi demi mendapatkan dan memilih tuna yang berkualitas untuk para pelanggannya. Ia merasa sangat bertanggung jawab kepada para pelanggannya untuk menghadirkan tuna yang memiliki kualitas terbaik.
Banyak dari pelanggannya berasal dari restoran sushi terkenal salah satunya Sukibayabashi Jiro. Dapat disimpulkan, bahwa Ikigai Fujita yaitu menikmati suasana pagi di pasar.
Kisah lainnya yaitu seorang petani yang menanam buah dengan mutu tinggi dan menghasilkan buah-buahan yang sempurna seperti muskmelon dan mangga kanjuku yang sangat mahal. Muskmelon adalah buah yang ditanam dengan metode “satu batang satu buah”. Dengan begitu buah yang tumbuh tidak merebut nutrisi ke satu target buah.
Ada pula Hideki Togi, seorang musisi istana dalam tradisi gagaku yang terkenal. Saat penulis bertanya siapa yang akan mendengarkan musik seperti itu. Dia menjawab “tidak seorangpun”. Penuturan Togi tersebut merupakan deskripsi tentang kondisi konsentrasi yang membahagiakan sehingga tidak ada penonton tidak menjadi masalah.
Ikigai juga tidak selalu berkaitan dengan materi. Seringkali justru Ikigai adalah hal lain yang terpisah dari pekerjaan yang dilakukan, karena ia memiliki alasan yang lebih mendalam daripada materi.
Salah satunya adalah kisah seorang cosplayer yang menemukan kebahagiaannya saat kita bisa mengenakan kostum karakter favoritnya dan bisa menjadi pusat perhatian banyak orang.
Namun, ketika waktunya telah usai, maka ia berganti pakaian menjadi pegawai kantoran seperti biasanya. Ia mendapatkan kebahagiaan dan menikmatinya.
Salah satu contoh lainnya yang penulis ceritakan dalam bukunya adalah Ikigai yang ada pada diri seorang atlet gulat sumo. Sumo ini adalah salah satu cabang olahraga terkenal yang berasal dari Jepang.
Dimana dijelaskan bahwa dalam perguruan dunia sumo akan ada satu atlet yang menduduki tempat tertinggi, ialah dia yang berhasil memenangkan banyak kejuaraan.
Atlet sumo nomor satu itu akan mendapatkan banyak gaji atau pendapatan sebagai atlet profesional sumo dengan bayaran yang sangat mahal, bahkan cukup untuk membiayai sepanjang hidupnya.
Namun, dibalik mewah dan terjaminnya kehidupan sumo, persaingan menuju tempat tertinggi pun sangat sulit. Sesama atlet akan bersaing dan berusaha keras agar bisa menempati peringkat tertinggi.
Meskipun kesuksesan belum terjamin bila seseorang belum menjadi atlet nomor satu, atau paling aman menempati peringkat sepuluh besar, tapi ada beberapa atlet di peringkat bawah, yang mengalami banyak kekalahan, tetapi ia terus berlatih sumo, meski ia tahu bahwa sangat kecil kemungkinannya untuk menempati posisi teratas apalagi menjadi nomor satu.
Walaupun ia tidak mendapatkan apa yang diharapkan, akan tetapi ia tidak menyerah ataupun menyesal, karena ia merasa bahwa sumo merupakan hal yang menyenangkan dan menggembirakan baginya.
Menurut Ken Mogi, pengalaman menjadi pegulat sumo yang menjadi ikigainya dan ia mampu membebaskan diri dari perspektif kekalahan dan kemenangan.
Cerita dari tokoh-tokoh tersebut berkaitan dengan pilar kedua yaitu membebaskan diri, yang sangat berhubungan dengan menerima diri sendiri. Menerima diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Kita harus menghilangkan imajinasi tentang diri kita, dan mulai jujur melihat ke diri sendiri.
Tak perlu takut dihakimi dan memahami diri sendiri, maka kita akan bisa menjawab, apa yang sebenarnya membuat kita bahagia.
Bagaimanakah penjelasan pilar Ikigai yang lainnya. Dapatkan secara lengkap dan detail nya dengan mengakses Gramedia.com
Kelebihan dan Kekurangan
Dalam penjelasan kali ini akan dipaparkan kelebihan apa saja yang menjadi point penting agar buku dengan The Book of Ikigai wajib dibaca.
Di dalam buku ini terdapat beberapa cerita tokoh-tokoh Jepang yang memiliki Ikigai. Penulis cukup luwes dalam menyampaikan kisah para tokoh yang memudahkan kita untuk menarik kesimpulan dan makna dari cerita.
Gaya penulisan dari penulis menggunakan metode story telling, untuk yang menyukai metode tersebut akan terasa menarik. Sedangkan untuk pembaca yang lebih menyukai pola pembahasan yang detail, mendalam, buku ini akan terasa terlalu ringan.
Selain kelebihan yang sudah dijelaskan, terdapat beberapa kekurangan yang terdapat dalam buku tersebut. Buku ini akan sedikit memusingkan bagi pembaca yang lebih suka buku yang penjabarannya sistematis. Di buku Ikigai, model penjelasan tidak dituliskan per poin pilar Ikigai, tapi menyebar dan disisipkan di dalam cerita-cerita yang disampaikan.
Selanjutnya adalah terjemahan kata-kata yang digunakan agak sedikit sulit dipahami saat awal membaca. Butuh waktu untuk lebih membiasakan diri dengan gaya bahasa penerjemah. Karena di dalam buku tersebut sarat akan diksi yang sulit diterjemahkan.
Namun buku ini masih bisa dinikmati dan direkomendasikan, ini bisa dilihat dari rating 3,61 yang diberikan goodsreads
Kesimpulan
The Book of Ikigai karya Ken Mogi, memberikan kita pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dan dalam soal memaknai kehidupan. Ada beberapa cara yang bisa diikuti untuk membuat hidup terasa lebih berharga.
Adapun langkah-langkah hingga motivasi yang bisa dijadikan referensi dan pedoman dalam bekerja serta menjadikan hidup lebih berarti. Setelah membaca buku ini, kita tanpa disadari tergerak untuk melakukan perubahan yang lebih baik dari kita untuk menjalani kehidupan ini.
Saat membaca buku The Book of Ikigai kita akan diajak untuk merenung hal-hal kecil yang ada di sekitar kita, yang kita alami ataupun yang kita jalani.
Kita juga diberikan pengetahuan terkait kebudayaan, kepercayaan, dan kebiasaan orang-orang Jepang, baik perspektif zaman dahulu maupun zaman sekarang.
Dilihat dari isi keseluruhan nya, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Isi buku ini menggabungkan penelitian ilmiah dan pengalaman pribadi penulis, serta memberikan narasi penuh warna tentang budaya dan sejarah Jepang di sepanjang penjelasannya.
Buku ini memiliki kesan yang sangat baik dan tidak bermaksud untuk menggurui, sehingga sangat memotivasi pembaca.
—
Pesan yang dapat diambil dan dipelajari dalam buku ini adalah menghargai kehidupan sebaik mungkin, dengan menyibukkan diri dengan hal-hal produktif yang dapat menjadikan hidup lebih bermanfaat dan bermakna.
Bisa dibayangkan kalau kita hidup dengan menjalani kegiatan yang sifatnya rutin yang membosankan, kita akan lebih mudah lelah dan stress.
Selalu berusaha untuk mencari kegiatan yang dengan melakukannya bisa menambah motivasi dan memaknai kehidupan, bisa dimulai dengan melakukan kegiatan yang disukai.
Demikianlah review dari buku The Book of Ikigai karya Ken Mogi. Semoga artikel ini bisa memotivasi dan bermanfaat, serta meningkatkan ketertarikan untuk membaca bukunya. Diharapkan artikel ini menjadi sebuah gambaran dan memudahkan untuk memahami isi buku tersebut.
Anda bisa mendapatkan dan mencari buku dan informasi seputar buku best seller lainnya yang menarik, dengan mengakses Gramedia.com untuk mendapatkannya.
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Buku Tentang Insecure
- Rekomendasi Buku Motivasi Kerja
- Rekomendasi Buku SSelf Improvement
- Rekomendasi Buku Shio
- Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Buku TOEFL
- Rekomendasi Buku Menambah Wawasan
- Rekomendasi Novel Motivasi
- Review Buku A Philosophy of Walking
- Review Buku Blue Ocean Shift
- Review Buku Range
- Review Buku The Book Of Ikigai
- Review Buku Because This is My First Parenting Life
- Review Buku Brand Gardener
- Review Buku The Deals of Warren Buffett
- Review Buku Loving The Wounded Soul
- Review Buku Surrounded by Idiots
- Review Buku Quiet
- Review Buku Things Left Behind
- Review Buku Save The Cat! Write a Novel
- Resensi Buku Berdamai Dengan Diri Sendiri, Masa Lalu dan Takdir
- Resensi Buku Yang Bertahan dan Binasa Perlahan
- Review Buku Epigram 60
- Review Buku The Power of Mind
- Review Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup
- Review Buku What's So Wrong About Your Life
- Review Buku Seni Berbicara Tanpa Bikin Sakit Hati
- Review Buku 21 Lesson for the 21st Century
- Review Bumi yang Tak Dapat Dihuni
- Review Singkat Outliers (Rahasia di Balik Kesuksesan)
- Review Buku Gentle Discipline
- Review Buku Meditations
- Review Buku Melelahkan, Tapi Semua Demi Masa Depan
- Review Buku The Whole Brain Child
- Review Nanti Juga Sembuh Sendiri
- Review Buku Hygge: Seni Hidup Bahagia Orang Denmark Karya Marie Tourell Søderberg
- Rekomendasi Buku Seri Personality Plus At Work
- Rekomendasi Novel Wandering Star
- Rekomendasi Buku Quit: Kekuatan Untuk Memilih Kapan Saatnya Berhenti
- Review Buku Seni Menaklukkan Lawan Bicara