Review Buku What’s So Wrong About Your Self Healing – Pernah mengalami masa lalu yang kurang menyenangkan? Merasa membutuhkan penyembuhan atau healing, tapi tidak tahu harus mulai dari mana? Mungkin saatnya Grameds mulai memahami hal yang paling sederhana dulu. Apa yang salah dengan self healing-mu?
Istilah healing kini menjadi ungkapan favorit yang semakin tren dan menjamur di seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari healing dalam artian melakukan traveling hingga buku bacaan yang bisa membantu kita dalam melakukan self healing.
Seiring berjalannya waktu, mulai bermunculan banyak buku terkait healing yang bertemakan self love dan self improvement yang lahir dari beberapa penulis asli Indonesia. Salah satu buku yang tidak boleh kamu lewatkan jika menyukai buku serupa adalah buku karya Ardhi Mohamad ini, What’s So Wrong About Your Self Healing.
Self healing sendiri merupakan sebuah proses pemulihan dari luka batin yang berkelanjutan, sehingga adanya healing ini bertujuan untuk menyembuhkan diri dari semua perasaan dan pemikiran negatif tentang diri sendiri dan lebih mencintai diri.
Mengangkat premis yang sedang banyak diminati ini, Ardhi Mohamad memberikan gambaran self healing melalui kacamata yang berbeda. Hal ini juga yang membuat What’s So Wrong With Your Self Healing berhasil menjadi bacaan unik dan berbeda dari buku motivasi serupa.
Buku motivasi dengan sampul depan berwarna hitam yang penuh tulisan samar mengenai bab yang akan dibahas ini merupakan buku yang tampak sederhana, tapi memiliki isi yang sangat unik. Ardhi Mohamad sang penulis mengangkat tema yang sedang sering dibicarakan masyarakat saat ini.
Hal ini juga menjadi daya tarik sendiri, karena banyak dari pembaca yang kemudian merasa bahwa gagasan Ardhi menjadi sangat relate dengan para pembaca saat ini. Meskipun buku ini bukanlah yang pertama, apalagi satu-satunya buku bertemakan self healing, tapi kesuksesan yang diraih buku ini menunjukan bahwa What’s So Wrong With Your Self Healing memang buku yang patut diperhitungkan.
Berbeda dengan buku pertamanya, What’s So Wrong With Your Life, buku kedua miliki Ardhi Mohamad ini memiliki cover hitam yang memberikan kesan lebih serius dan menarik. What’s So Wrong With Your Self Healing dirilis pada 2021 dengan tebal 276 halaman.
Table of Contents
Profil Penulis
Ardhi Mohamad seorang penulis yang namanya mulai terdengar sejak menuliskan buku pertamanya What’s So Wrong About Your Life. Buku pertamanya yang sudah terbit pada tahun 2019 lalu cukup menarik dan mendapatkan respons yang baik di kalangan pembaca.
Sosok Ardhi Mohamad mungkin belum begitu banyak diketahui publik, mengingat dirinya jarang membagikan kehidupan pribadinya di sosial media. Akan tetapi kamu masih bisa mengikutinya di Instagram untuk melihat update seputar buku-bukunya. Terlebih lagi, karena karya tulisnya ini, Ardhi Mohamad sudah cukup memiliki banyak penggemar karena isinya yang menarik.
Melihat besarnya ketertarikan masyarakat dengan buku pertamanya, membuat penulis terdorong untuk menulis buku kedua yang memiliki judul sedikit mirip, yakni What’s So Wrong With Your Self Healing.
Buku kedua yang dirilis pada 2021 lalu ini sontak laris terjual dan menarik lebih banyak peminat lagi. Belum lagi buku keduanya ini memiliki tampilan unik, serta mengangkat isu yang sedang banyak digandrungi masyarakat sekarang. Hal tersebut sukses membuat nama Ardhi Mohamad semakin melejit hingga saat ini.
Ardhi Mohamad merupakan penulis yang menerbitkan sendiri bukunya melalui Alvi Ardhi Publishing yang juga bergandengan dengan penulis ternama Alvi Syahrin. Kendati keduanya memiliki jenis tulisan dengan tema serupa, yakni non fiksi, akan tetapi keduanya begitu berbeda dan tetap menarik dengan ciri khas masing-masing.
Ingin lebih tahu tentang buku ini? Yuk simak review What’s So Wrong About Your Self Healing berikut ini.
Review What’s So Wrong About Your Self Healing
Ardhi Mohamad menuliskan gagasannya mengenai segala hal yang berhubungan dengan self healing, yang mana relevan dengan sebagian besar pembaca buku saat ini, utamanya pecinta buku fiksi.
What’s So Wrong With Your Self Healing merupakan sebuah buku motivasi yang menceritakan banyak permasalahan diri yang sering ditemukan pada manusia dewasa ini. Mulai dari awal kita membentuk sebuah pola pikir, tumbuh dewasa dan menghadapi sejumlah permasalahan.
Berdasarkan buku Ardhi Mohamad ini, ada beberapa poin penting yang bisa digarisbawahi.
1. Kekecewaan Terhadap Orang Tua
Tiap dari kita mungkin pernah memiliki kekecewaan, kesedihan, juga perasaan gagal akan sesuatu. Bisa jadi itu semua muncul karena kecewa pada diri sendiri atau terhadap orang tua. Sebagian orang pun memiliki luka hati yang dalam di masa mereka kecil, tapi tidak begitu terasa selama dewasa, hingga dampaknya mungkin akan terasa ketika nanti mereka telah menjadi orang tua.
Memang ada kalanya kita sebagai anak memiliki kekecewaan pada orang tua, baik dalam hal sepele atau mungkin itu sebenarnya merupakan permasalahan serius. Kita akan cenderung menyalahkan orang tua kita saat luka tersebut terasa kembali.
“Mengapa orang tuaku dulu tidak bisa begini, mengapa dulu aku tidak begitu, andai orang tuaku mau begini,” lontaran kalimat-kalimat sederhana ini mungkin terasa ringan bagi kita, namun menjadi sulit bagi orang tua kita.
Sebagian hal yang kita sesali mungkin bisa kita sadari dan perbaiki ketika sudah dewasa, tapi beberapa baru bisa kita sesali saat kita sudah menjadi orang tua dan memiliki anak-anak. Dari sinilah kita menyadari bahwa menjadi orang tua memang perkara yang tidak mudah.
Apalagi jika sudah dalam tahap mengasuh dan mendidik anak. Secara tidak langsung sadar atau tidak, kita akan sangat mungkin melakukan kesalahan yang sama dengan orang tua kita dahulu.
Misalnya saat kita pernah kecewa karena orang tua kita tidak pernah mengizinkan kita pacaran sejak masih di bangku sekolah, lantas kita pikir bahwa kita tidak akan menjadi orang tua yang seperti itu kelak.
Saat menjadi orang tua kita akan paham alasan mengapa orang tua kita melakukan hal serupa pada kita dahulu. Meskipun kita pernah ingin menjadi sosok orang tua yang lebih baik dari orang tua kita dulu, ini tidak menutup kemungkinan kita akan melakukan hal yang mungkin mengecewakan anak kita nanti.
Sebab, tidak pernah ada yang tahu gambaran orang tua yang baik dan benar seperti apa, juga tidak pernah ada buku yang mengajarkan caranya menjadi orang tua yang baik. Oleh karena itu, satu hal yang perlu kita pahami adalah kita paham bahwa terlepas apa saja kesalahan orang tua kita dulu, mereka sudah berusaha menjadi orang tua yang baik meskipun itu masih saja meninggalkan luka.
Selayaknya manusia lain, kita sering kali membuat kesalahan baik sadar atau tanpa disadari, baik saat menjadi orang tua atau saat menjadi anak. Ardhi Mohamad ingin menyampaikan bahwa kita tumbuh dewasa dengan baik karena orang tua kita, terlepas dari kesalahan-kesalahan yang membentuk kita saat ini.
Namun, hubungan orang tua dan anak adalah hubungan pertama yang secara emosional seharusnya terjalin dengan baik dan harmonis.
2. Saat Kita Merasa Tidak Memiliki Teman
Waktu terus berputar dan hidup manusia terus berjalan. Ada yang terus berjalan ke depan tanpa melihat sekitar, ada yang sempat mampir kemudian lewat, ada yang terus jalan bersama hingga akhir.
Siklus ini selalu terjadi di mana saja termasuk dalam lingkup pertemanan. Pada bab ini Ardhi Mohamad mengingatkan kita bahwa dalam hidup tidak bisa selalu berjalan seperti yang kita mau. Kita sadar bahwa tidak semua orang yang awalnya bersama kita akan terus bersama, mereka memilih jalan mereka sendiri.
Pilihan tersebut bisa jadi tanpa kamu atau masih denganmu. Oleh karena itu, seiring bertambahnya usia, lingkup pertemanan akan semakin mengecil. Dari yang awalnya puluhan mungkin bisa jadi hanya akan tinggal satu atau dua.
Kemudian perubahan lingkup pertemanan kadang membuat kita merasa sedikit ditinggalkan, rasanya dulu pernah memiliki hubungan yang asyik, sekarang tidak lagi. Namun, hal itu merupakan hal yang biasa.
Memahami siklus ini, kita akan sadar pula bahwa teman-teman kita dulu tidak sepenuhnya meninggalkan kita. Sebagian memang memiliki jalan yang berbeda, sebagian memang sudah tak bisa lagi diraih karena perubahan status, atau sebagian lain mungkin memang karena memiliki perbedaan karakter.
Menjadi sendiri, merasa semakin tidak punya teman adalah sebuah pembelajaran hidup yang menyadarkan kita bahwa sedekat apapun kita dengan teman kita pada akhirnya mereka memiliki kehidupan masing-masing dan kembali pada sebuah habitat bernama keluarga. Sama sepertimu, mereka juga sendiri atau setidaknya merasakan hal yang sama.
Sebagian kecil orang juga masih bisa terus bersama teman-teman mereka hingga berkeluarga dan menua bersama, tentu hal ini juga karena saling menjaga komunikasi dan rupanya jalan hidup mereka memang searah.
3. Dianggap Terlalu Sensitif
Sifat yang dimiliki setiap orang, juga bagaimana cara orang tersebut berperilaku dan merespons sekelilingnya merupakan hasil dari apa yang orang tersebut lalui selama hidupnya. Dalam artian apa yang pernah terjadi pada kita dahulu, membentuk kita saat ini.
Begitu pula dalam hubungan ke sesama manusia, baik itu pada teman, rekan kerja, dan pacar. Apabila seseorang dianggap terlalu sensitif dalam merespons sikap orang lain, bisa jadi ini karena dulunya orang tersebut pernah melalui hal yang membuatnya semakin sensitif.
Masa lalu kita, utamanya dalam konteks hubungan dengan orang tua sangat berpengaruh besar pada kita di masa mendatang. Sehingga jika ada orang yang berkata dia terlalu baperan, atau dia terlalu sensitif, maka bisa saja dia pernah memiliki masa lalu yang berat.
Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak memberikan anggapan atau penghakiman terlebih dahulu ketika kita belum mengenal orang itu. Sebab kita tidak pernah tahu apa saja yang sudah dilalui orang tersebut di masa lalu.
Mengutip dari buku Ardhi Mohamad, apa yang kita cari dalam hubungan kita dengan orang lain adalah apa yang hilang atau tidak kita dapatkan dalam hubungan kita dengan orang tua.
4. Mendekat Pada yang Memberi Hidup
Menjelang akhir buku, Ardhi Mohamad mengajak kita untuk menyadari bahwa kita memiliki tempat terbaik untuk healing yang seringkali kita lupakan. Manusia seringkali merasa lelah dan membutuhkan treatment penyembuhan yang disebut healing.
Akan tetapi kita sering lupa bahwa hanya dengan kembali pada Sang Pencipta permasalahan akan jauh lebih mudah selesai. Sebab, saat semua orang meninggalkan kita, hanya Allah yang tidak meninggalkan kita.
Bab ini cukup bisa menjadi pengingat yang paling tepat, pasalnya Ardhi memaparkan betapa mudahnya kita lepas dari permasalahan saat kita lebih dekat dengan yang memberi persoalan. Oleh karena itu, pada akhirnya hanya Allah yang bisa memahami semua keresahan di hati seluruh manusia.
Keempat poin utama di atas bisa menjadi gambaran besar buku What’s So Wrong With Your Self Healing ini. Empat poin utama ini bisa menjadi renungan kita dalam berpikir juga menghadapi segala permasalahan hidup agar jauh lebih bijak.
Kelebihan
Terlepas dari tema yang diangkat adalah isu yang sedang tren di masyarakat, juga hubungannya yang erat dengan mental health, tapi sesungguhnya buku ini tidak hanya membahas permasalahan yang banyak dialami.
Tapi justru menekankan alasan mengapa seseorang bisa menjadi seperti ini pada awalnya, dan bagaimana kita semua sangat bisa menghadapi masalah dengan mudah melalui penyelesaian paling sederhana.
Penulis memberikan gambaran rinci mulai dari manusia bertumbuh kembang hingga bisa mendapati masalah serupa, juga menyadarkan kita semua akan hal yang sebenarnya bisa menjadi obat kita untuk healing yang sesungguhnya.
Buku ini menyuguhkan banyak kejutan di setiap babnya, sehingga semakin dalam kita membaca, maka terasa semakin menarik isinya. Ardhi Mohamad berhasil meninggalkan kesan yang menarik dan cukup membuka pandangan kita semua tentang apa yang kita butuhkan untuk healing sebenarnya.
Selain itu, Ardhi Mohamad juga memberikan sejumlah ilustrasi dan gambar menarik pada setiap bab yang ada dalam buku. Dengan begitu pembaca bisa jauh lebih nyaman dan tidak merasa bosan saat memahami isi buku.
Pada beberapa sudut halaman juga dibubuhkan kolom catatan untuk kita isi dengan hal-hal yang relate dengan tiap pembaca.
Kekurangan
Buku ini memberikan inspirasi yang sedikitnya lebih condong ke ranah keagamaan, oleh karena itu mungkin akan ada beberapa orang yang kurang sejalan dengan gagasan Ardhi mengingat sang penulis melihat masalah dari sudut pandang Islam.
Namun, hal tersebut tidak mengurangi kelebihan buku ini sebab pada akhirnya Ardhi Mohamad sebagai penulis hanya mengajak kita untuk sadar bahwa ada agama yang bisa jadi tempat bersandar kita saat lelah.
Kesimpulan
Membaca buku milik Ardhi Mohamad, ada satu benang merah yang bisa menyimpulkan bahwa buku ini merupakan buku motivasi agar kita bisa bangkit dan fokus pada hal-hal yang sudah kita miliki. Penulis menyatakan bahwa sebenarnya semua permasalahan hidup yang kita alami saat ini dan sikap kita merupakan sebuah hasil dari pengalaman hidup kita mulai dari kecil hingga dewasa.
Sehingga alih-alih bertanya mengapa ini terjadi padaku, mengapa aku begini, mengapa situasi terasa semakin memojokkan dan apa yang seharusnya dilakukan. Maka kita perlu membuka mata dan melihat apa yang ada di dekat kita, mengingat apa yang sebenarnya telah kita miliki.
Begitu pula saat ada orang di sisi kita yang merasa demikian, kita tidak perlu menyalahkan. Melainkan kita perlu sadar dan memahami bahwa dia mungkin memang sedang kesulitan. Manusia mungkin tersesat saat menghadapi sejumlah masalah, tapi ingat kita punya orang tua dan Allah yang tidak pernah pergi.
Dan jika ada hal yang perlu diperbaiki, maka hal itu adalah hubungan kita dengan orang tua dan Sang Pencipta.
Sekian ulasan dan review What’s So Wrong About Your Self Healing, apakah Grameds sudah lebih bisa memahami makna healing sesungguhnya? Jika Grameds masih ingin mencari informasi terkait healing dan bahasan lainnya, kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia akan selalu berusaha memberikan infromasi terlengkap dan terbaik.
Penulis: Inka
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Tere Liye Terbaik
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Rekomendasi Buku Tentang Insecure
- Rekomendasi Buku Motivasi Kerja
- Rekomendasi Buku Shio
- Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Buku TOEFL
- Rekomendasi Buku Menambah Wawasan
- Rekomendasi Buku Soal Tes CPNS
- Review Buku Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan
- Resensi Baca Buku Ini Saat Engkau Gagal
- Review Buku Filosofi Hujan
- Review Buku The Intelligent Investor
- Review Buku The Power of Language
- Review Buku Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
- Resensi Buku Baca Buku Ini Saat Engkau Ingin Berubah
- Review Buku Nunchi Seni Membaca Pikiran Orang Lain
- Review Buku Map Of The Soul 7
- Review Buku Mimpi Sejuta Dollar
- Review Buku Loving The Wounded Soul
- Review Sapiens Grafis
- Review Buku Sejarah Dunia yang Disembunyikan
- Review Sunyi adalah Minuman Keras
- Review Buku Goodbye Things
- Review Buku Secrets of Divine Love Journal
- Review Buku Blink Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir
- Review Buku The Courage to be Disliked
- Review Buku The Art of Thinking Clearly
- Review Buku Men are from Mars, Women are from Venus
- Review Buku What’s So Wrong About Your Self Healing
- Review Buku I Want To Die But I Want to Eat Tteokpokki
- Review The 7 Habits of Highly Effective People
- Review Buku How to Respect Myself
- Review Buku Sapiens
- Review Buku Sapiens
- Review Buku Finding Myself
- Review Buku Sepi
- Review Buku Sadar Kaya
- Review Buku Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa
- Review Buku The Wisdom of Sundays