Rumah Adat Toraja – Suku Toraja merupakan salah satu etnis nusantara yang sangat terkenal dengan metode pemakamannya, yakni Rambu Solo. Dimana suku yang satu ini mendiami Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di bagian pegunungan sebelah utara dengan populasi sekitar 1 juta orang.
Sekitar setengah dari populasinya ini bertempat tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Sebagian besar masyarakat Toraja masih memeluk kepercayaan animisme yang dikenal dengan sebutan Aluk To Dolo. Kepercayaan tersebut sudah diakui pemerintah RI sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Selain itu, masyarakat Toraja juga mempunyai tradisi dan juga adat istiadat yang sangat menarik dan mengundang rasa penasaran banyak orang. Kata Toraja sendiri berasal dari Bahasa Bugis, yaitu To Riaja.
Di dalam Bahasa Indonesia, kata itu memiliki arti yaitu orang yang berdiam di negeri atas. Hal tersebut berkaitan dengan tempat tinggal mereka, baik ketika masih hidup ataupun setelah meninggal dunia. Masyarakat Toraja akan tetap ditempatkan di atas meskipun sudah meninggal dunia.
Keunikan dan juga kemisteriusan suku Toraja ini tak hanya tercermin dari ritual pemakamannya yang cukup tersohor. Ukiran kayu dan juga rumah adat Toraja juga menarik untuk dipelajari lebih dalam.
Table of Contents
Rumah Adat Toraja
Apakah Grameds familiar dengan bentuk dari rumah adat Toraja ini? Banyak dari masyarakat Indonesia yang sudah mengenal kebudayaan Toraja, karena memang sudah banyak diliput oleh media.
Bahkan, keunikan dari kebudayaan Toraja ini juga sukses menarik perhatian wisatawan mancanegara. Akan tetapi, tidak hanya aktivitas masyarakatnya saja yang menarik, rumah adatnya juga tidak kalah menarik untuk dibahas. Nama rumah adat Toraja adalah Tongkonan. Dimana rumah adat ini mempunyai keunikan yang menarik untuk diketahui.
Apabila berkunjung ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan, penampilan dari rumah adat Tongkonan ini tentu akan menjadi pemandangan yang unik dan tidak biasa. Tongkonan sendiri berasal dari kata “tongkon” yang artinya menduduki atau tempat duduk.
Sementara ma’tongkon adalah duduk berkumpul. Sehingga Tongkonan disini adalah tempat tinggal ketua adat sekaligus tempat untuk berkumpul keluarga ataupun kerabat.
Rumah adat yang satu ini memiliki bentuk yang sangat khas, yakni terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi oleh ukiran khas Toraja beraneka warna, mulai dari kuning, hitam, dan juga merah. Biasanya rumah ini dijadikan sebagai tempat bagi masyarakat Toraja untuk bersosialisasi.
Dalam mendirikan rumah ini, wajib dilakukan sebuah upacara ritual yang harus diikuti oleh semua anggota keluarga. Karena rumah Tongkonan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, tapi juga sebagai cara masyarakat Toraja supaya tetap terhubung dengan leluhur mereka.
Menurut legenda yang berkembang di dalam masyarakat Toraja, rumah adat Tongkonan ini pertama kali dibangun di surga. Dimana rumah pertama tersebut mempunyai 4 buah tiang. Lalu, leluhur Suku Toraja turun ke Bumi dan membuat rumah yang sama dengan yang sudah ada di surga. Kemudian, di gelarlah upacara yang besar.
Awalnya, rumah Tongkonan ini hanya digunakan oleh kalangan bangsawan Toraja saja untuk berkumpul. Akan tetapi pada perkembangannya, rumah ini akhirnya menjadi rumah adat yang dipakai untuk tempat tinggal masyarakat Toraja.
1. Sejarah Pembuatan Rumah Tongkonan
Tongkonan ini berbentuk rumah panggung persegi panjang dengan atap yang menyerupai perahu menggunakan buritan. Akan tetapi, ada pula yang menyamakan atap rumah adat Toraja ini dengan tanduk kerbau. Di bagian atapnya terbuat dari kelapa ataupun daun nipa dan bisa bertahan sampai 50 tahun lamanya apabila dirawat dengan baik.
Adapun sejarah pembuatan Tongkonan ini berawal dari adanya perkenalan tempat tinggal yang berdinding tebing dan beratapkan daun. Kemudian, masyarakat mengenal masa tiang berbentuk segitiga yang dikenal dengan masa peralihan ke masa pengenalan empat tiang.
Selanjutnya, di masa penyempurnaan, masyarakat kemudian mengenal ornamen yang berupa simbol penanda status sosial seseorang ke pemilik rumah. Semakin banyak tanduk kerbau yang terpasang di atas rumah Tongkonan ini, maka akan semakin tinggi juga strata sosial pemilik rumah.
2. Kokoh Sampai Ratusan Tahun
Hampir sama dengan kebanyakan rumah adat yang ada di Indonesia. Sebagian besar bangunan rumah adat Tongkonan ini terbuat dari kayu. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu uru yang dikenal sangat kokoh.
Sementara untuk komponen rumah Tongkonan sendiri terdiri dari atap Tongkonan yang terbuat dari bambu. Menariknya, bentuk atap dari rumah adat ini dibuat menyerupai perahu. Bentuk tersebut merupakan simbol pengingat bahwa dulunya nenek moyang dari Suku Toraja menyebrangi lautan untuk bisa menuju ke Pulau Sulawesi dengan menggunakan perahu.
Sedangkan pada bagian dinding Rumah Tongkonan ini terbuat dari kayu. Dalam pembangunannya, masyarakat Toraja tidak menggunakan besi sama sekali, dan tidak menggunakan paku untuk menyambung bahan-bahan pembuatan rumah. Namun, rumah adat Toraja ini dikenal sangat kokoh dan dapat bertahan sampai ratusan tahun.
Hal tersebut karena rumah Tongkonan terbuat dari bahan pilihan. Salah satunya yaitu dengan menggunakan kayu uru atau kayu besi yang berusia 10 tahun. Untuk proses penebangannya sendiri juga dilakukan secara adat.
3. Berpasangan dengan Alang Sura’
Rumah Tongkonan ini terdiri dari banua sura’ atau rumah yang diukir dan rumah utama ataupun lumbung yang telah diukir. Hal itu dianggap sebagai simbol pasangan suami-istri. Terkadang, bagian rumah Tongkonan akan dilengkapi dengan lumbung yang tidak terukir seperti lemba dan juga rumah panggung yang berukuran luas.
Banua dan juga alang berfungsi sebagai pengganti orang tua. Dimana banua ini akan dilambangkan sebagai ibu yang melindungi buah hatinya. Sementara alang disimbolkan sebagai ayah yang merupakan tulang punggung keluarga.
Letak banua dan juga alang akan saling berhadapan, akan tetapi keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Alang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang masih bertangkai. Kemudian tiang alang terbuat dari kayu palem, supaya tikus tidak dapat masuk ke alang. Lalu di bagian depan bangunan, terdapat ukiran ayam dan juga matahari yang merupakan simbol dari penyelesaian perkara.
Diantara banua dan alang, terdapat halaman luas yang dikenal dengan ulu ba’ba. Tempat tersebut umumnya digunakan untuk bekerja, menjemur padi, dan juga tempat bermain untuk anak-anak. Selain itu, tempat tersebut juga dijadikan sebagai ruang pengikat dan pemersatu kompleks. Halaman tersebut juga umumnya digunakan sebagai tempat ritual upacara kematian.
4. Makna Filosofi Warna-Warni Rumah Tongkonan
Rumah adat Tongkonan ini biasanya dihiasi oleh warna-warna yang berbeda. Pada dasarnya, terdapat empat warna pada rumah tradisional ini, yakni hitam, kuning, putih, dan merah. Warna-warna tersebut dipilih bukan hanya sebagai penghias saja, akan tetapi masing-masing memiliki makna.
Warna putih digunakan sebagai simbol kesucian, warna ini sama dengan warna tulang. Kemudian warna kuning sebagai simbol kekuasaan dan juga anugerah Sang Maha Kuasa. Selanjutnya warna merah melambangkan darah yang artinya yaitu kehidupan. Sementara itu, warna hitam melambangkan kegelapan dan juga kematian.
5. Rumah Tongkonan Sebagai Simbol Status Sosial
Selain memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat Tongkonan ini juga menjadi salah satu penanda status sosial pemiliknya. Tidak dari seberapa besar atau megahnya rumah, tapi dari jumlah kepala kerbau yang dipasang di setiap rumah. Umumnya, kepala kerbau ini akan dipajang di tiang utama rumah ini.
Hal itulah yang menentukan status sosial si pemilik rumah dalam kehidupan sosial. Semakin banyak jumlah kepala kerbau yang dipajang, maka akan semakin tinggi pula kedudukannya di masyarakat setempat.
Ruangan di Rumah Tongkonan
Perlu diketahui bahwa rumah Tongkonan ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni bagian selatan, bagian utara, dan juga bagian tengah. Ketiganya mempunyai fungsi yang berbeda-beda, yakni:
1. Ruang Selatan
Ruangan yang satu ini disebut sebagai Sumbung. Dimana ruang selatan merupakan area khusus yang ditempati oleh kepala keluarga. Sebagai pemimpin di dalam rumah tangga, kepala keluarga di masyarakat Toraja sangat dihormati dan mempunyai peran yang sangat penting. Peraturan yang berlaku di dalam sebuah keluarga sampai aktivitasnya diatur sebagai besar oleh kepala keluarga.
2. Ruang Utara
Ruangan yang berada di sebelah utara ini disebut sebagai Tengolak. Di bagian ino, ada beberapa ruangan seperti ruang tamu, tempat tidur untuk anak-anak, dan juga area untuk meletakkan sesaji. Tengolak merupakan ruangan pertama yang akan dimasuki oleh tamu saat berkunjung ke Rumah Tongkonan.
3. Ruang Tengah
Sesuai dengan namanya, ruangan yang satu ini berada di bagian tengah. Sebutan lain dari ruangan ini adalah Sali. Fungsinya cukup beragam, tapi utamanya adalah sebagai tempat disimpannya jasad anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.
Selain itu, Sali ini juga digunakan sebagai ruang pertemuan keluarga dan ruang makan. Adanya jasad di ruangan ini bukanlah sesuatu yang dianggap menakutkan atau aneh untuk Suku Toraja. Hal tersebut karena mereka sangat menjunjung tinggi hubungan antara seseorang yang masih hidup dengan leluhur yang sudah meninggal dunia.
Selain ketiga bagian dari rumah adat Toraja, ada juga bagian rumah yang disebut dengan Alang Sura. Dimana ruangan ini merupakan lumbung padi yang umumnya dibangun terpisah dengan rumah utama. Alang Sura diibaratkan sebagai bapak untuk Suku Toraja, yakni sebagai pencari nafkah. Sedangkan rumah Tongkonan disimbolkan sebagai ibu yang melindungi dan memberikan kehangatan kepada seluruh anggota keluarga.
Jenis Rumah Tongkonan
Dalam beraktivitas sehari-hari, masyarakat dari Suku Toraja masih menggunakan sistem adat istiadat. Sehingga hal ini menyebabkan adanya keberagaman model Tongkonan. Berikut ini adalah beberapa jenis rumah Tongkonan yang ada di Tana Toraja.
1. Tongkonan Layuk dan Tongkonan Pekamberan
Tongkonan layuk merupakan tongkonan pertama yang ditempati oleh pemegang peraturan adat. Sedangkan tongkonan pekamberan adalah jenis kedua yang dipakai sebagai tempat pelaksanaan atau menjalankan aturan, perintah, dan juga kekuasaan adat pada masing-masing wilayah kepemimpinan.
2. Tongkonan Batu A’riri
Tongkonan batu a’riri ini merupakan tongkonan ketiga. Rumat adat Toraja ini berperan sebagai tempat pemersatu dan juga pembinaan keluarga Suku Toraja yang ingin membangun Tongkonan untuk pertama kalinya.
Umumnya rumah jenis ini akan digunakan oleh masyarakat biasa. Masyarakat biasa yang dimaksud disini adalah orang-orang yang tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan di dalam adat masyarakat setempat.
Itulah beberapa keunikan dari rumah adat Toraja, yang bernama Tongkonan, beserta jenis dan bentuk rumahnya.
Apabila Grameds berkunjung ke Tana Toraja, maka jangan lupa untuk menyempatkan melihat langsung keunikan dan juga keindahan dari Tongkonan ini ya. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang rumah adat dari suku lain, kamu dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Baca juga:
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien