Sejarah bom nuklir – Ilmu pengetahuan memberikan jutaan manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lain yang ada di bumi. Namun, di tangan yang tidak tepat, bahkan ilmu pengetahuan dapat menjadi ancaman yang sangat serius. Seperti bom nuklir, misalnya. Bom nuklir merupakan senjata yang diciptakan dengan memanfaatkan tenaga nuklir, padahal para ilmuwan meneliti atom dan kawan-kawannya demi kebaikan banyak orang. Itu sebabnya, banyak dari kita menganggap nuklir sebagai sesuatu yang berbahaya.
Jika nuklir adalah salah satu ilmu pengetahuan yang ditemukan untuk kebaikan banyak orang, lantas mengapa bisa tercipta bom nuklir? Untuk mengetahui jawabannya, mari kita kulik lebih jauh sejarah bom nuklir saat masa Perang Dunia I dan II dulu.
Table of Contents
Sejarah Bom Nuklir
Sejarah bom nuklir dimulai pada tanggal 12 September 1933 di dekat Russell Square, London. Saat itu seorang ilmuwan bernama Leo Szilard mendapatkan ide yang menjadi pemicu lahirnya bom nuklir. Tak sampai 12 tahun kemudian, bom atom tercipta dan digunakan untuk menghancurkan Hiroshima dengan korban jiwa sekitar 135.000 orang.
Perjalanan dari ide Leo Szilard hingga pengeboman Hiroshima dianggap sebagai bagian kelam sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi manusia. Szilard sendiri merupakan seorang ilmuwan asal Hungaria yang melarikan diri dari Jerman setelah Adolf Hitler berkuasa.
Dia melarikan diri ke Inggris yang saat itu menjadi menjadi pionir dalam fisika nuklir. Bagaimana tidak, saat itu James Chadwick baru saja menemukan neutron, tak lama kemudian fisikawan di Cambridge berhasil membelah atom.
Para fisikawan Cambridge tersebut memecah inti litium menjadi dua dengan menggunakan proton. Penemuan ini sekaligus memverifikasi teori Albert Einstein yang mengatakan bahwa massa dan energi adalah satu dan sama, seperti yang diungkapkan oleh persamaan E = mc2.
Di sisi lain, penemuan ini juga menjadi dasar dari penciptaan senjata nuklir. Saat itu Szilard berpikir bahwa jika dia bisa menemukan sebuah atom yang dibelah oleh neutron dan dalam prosesnya memancarkan dua atau lebih neutron, maka massanya akan menghasilkan energi dalam jumlah tertentu dengan reaksi berantai.
Szilard terus meneliti ide ini untuk membuatnya menjadi kenyataan dan dia baru mendapatkan keberhasilan pada tahun 1938. Pada saat yang sama, fisikawan Jerman bernama Otto Hahn dan Fritz Strassman di Berlin melakukan sebuah percobaan. Dalam percobaan tersebut mereka membombardir atom uranium dengan neutron lalu menganalisis puing-puingnya. Saat melakukan analisis mereka menemukan jejak elemen barium yang ternyata jauh lebih ringan.
Hahn dan Strassman merupakan orang-orang yang menentang rezim Nazi sehingga saat itu mereka menulis surat kepada Lise Meitner–seorang ahli kimia Austria–dan melarikan diri ke Swedia. Surat mereka dibalas oleh Meitner yang menjelaskan bahwa inti uranium terbelah menjadi dua bagian yang kurang lebih sama atau “fisi”.
Selanjutnya, seorang fisikawan Italia bernama Enrico Fermi menemukan bahwa fisi uranium dapat melepaskan neutron sekunder yang dibutuhkan untuk membuat reaksi berantai terjadi. Setelah mengetahui hal ini, Szilard langsung bekerja sama dengan Fermi di New York.
Dari hasil kolaborasi ini kemudian diketahui bahwa satu kilogram uranium mampu menghasilkan energi yang setara dengan 20.000 ton TNT. Saat itu, Szilard sudah melihat kemungkinan akan terjadinya perang nuklir, namun hal ini hanya menimbulkan sedikit keraguan dalam dirinya.
Sebelum ide Szilard direalisasikan, Niels Bohr–seorang fisikawan Denmark–sempat “mendinginkan” ide tersebut. Dia menunjukkan bahwa uranium-238, isotop yang membentuk 99,3 persen uranium alami, tidak akan memancarkan neutron sekunder. Satu-satunya uranium yang akan terpecah dengan cara Szilard adalah uranium-235 yang sangat langka.
Akan tetapi, Szilard keukeuh dengan keyakinannya bahwa reaksi berantai yang dia pikirkan tetap dapat terjadi. Karena merasa khawatir Nazi akan mengetahui hal ini, dia berkonsultasi dengan Eugene Wigner dan Edward Teller.
Mereka bertiga sepakat bahwa Einstein adalah orang yang tepat untuk memperingatkan Presiden Roosevelt akan bahaya tersebut. Einstein lalu mengirimkan surat kepada Roosevelt saat perang di Eropa pecah, sayangnya surat itu tidak berdampak signifikan.
Pada tahun 1940, Rudolf Peierls dan Otto Frisch menemukan cara untuk memproduksi uranium-235 secara masal, bagaimana cara memanfaatkannya untuk membuat bom, dan apa saja konsekuensi mengerikan yang akan terjadi jika bom tersebut digunakan. Penemuan ini membantah apa yang disampaikan oleh Bohr sebelumnya sekaligus mengubah keadaan secara drastis.
Peierls dan Frisch menyadari bahaya yang mungkin akan terjadi lalu mengirimkan surat kepada pemerintah Inggris agar segera bertindak. Siapa sangka, surat tersebut justru menjadi awal dari sebuah proyek bom Inggris yang bernama “Tube Alloys”.
Di sisi lain, Amerika Serikat tidak mau ketinggalan oleh Inggris dan menunjuk Arthur Compton untuk menjadi kepala program senjata nuklir bernama “Proyek Manhattan”. Langkah pertama yang diambil oleh Compton saat itu adalah menyatukan berbagai kelompok penelitian reaksi berantai di Chicago lalu melakukan eksperimen demi mewujudkan reaksi berantai pada musim panas 1940.
Satu tahun kemudian, pengeboman Pearl Harbor terjadi dan memicu Compton dkk untuk terus melakukan eksperimen. Satu tahun kemudian, mereka sudah siap mencoba reaksi berantai dalam tumpukan uranium serta grafit di sebuah lapangan sepak bola Universitas Chicago.
Percobaan yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 1942 ini berhasil dan menjadi kabar gembira bagi Compton dkk di Proyek Manhattan. Namun Szilard dan Fermi justru menganggap bahwa hari itu merupakan hari terkelam dalam sejarah umat manusia.
Sejak itu, pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada mulai fokus mengembangkan Proyek Manhattan. Mereka tak segan menggunakan sumber daya yang sangat besar demi kesuksesan proyek tersebut. Bahkan Tube Alloys pun dilebur ke dalamnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nazi di Jerman, namun mereka hanya mampu membuat sedikit kemajuan.
Pada tanggal 16 Juli 1945, Amerika Serikat melakukan uji coba bom atom pertama mereka di gurun New Mexico. Uji coba ini menjadi bukti sah yang memastikan bahwa tenaga nuklir memang bisa dibuat menjadi senjata.
Kurang dari satu bulan setelahnya, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Namun mereka masih belum puas dengan hasil yang sudah didapatkan.
Setelah tahun 1945, Amerika Serikat mulai mengembangkan bom nuklir atau bom hidrogen yang kekuatannya jauh lebih dahsyat dari bom atom. Untungnya, jumlah orang yang takut akan bahaya bom tersebut lebih banyak daripada yang ingin menggunakannya sebagai senjata.
Pada akhirnya, bom nuklir tidak pernah digunakan sama sekali. Namun, rasanya semua orang sudah tahu seperti kengerian yang bisa ditimbulkan jika bom itu sampai digunakan. Untuk mengetahui seperti apa sejarah bom nuklir lebih dalam lagi, kamu bisa membaca buku Why? Nuclear and Energy – Nuklir dan Energi yang membahas tentang energi nuklir dengan bahasa yang mudah dipahami.
Senjata Nuklir
Bom atom dan bom nuklir adalah dua jenis senjata nuklir yang mengandalkan kekuatan nuklir untuk menciptakan sebuah ledakan maha dahsyat dengan daya hancur luar biasa. Bom atom atau bom A merupakan bom yang bergantung pada fisi nuklir. Artinya, bom ini bergantung pada fakta bahwa atom-atom yang terpecah akan melepaskan panas, radiasi, dan cahaya dalam jumlah tertentu.
Sementara itu, bom nuklir bergantung pada fusi nuklir sehingga dapat memaksa partikel-partikel sub-atom untuk melebur dan melepaskan energi serta potongan-potongan atom. Ketika ada cukup banyak atom yang melebur, maka akan menghasilkan ledakan yang luar biasa.
Seperti yang kamu ketahui, bom fisi atau bom atom pernah digunakan oleh Amerika Serikat Saat Perang Dunia II untuk menghancurkan kota Hiroshima di Jepang. Bom yang disebut “Little Boy” ini berisi sebuah bola uranium besar yang sudah dimodifikasi serta logam lainnya yang disimpan dalam kompartemen terpisah.
Cara kerja bom ini adalah dengan menembakan sebuah peluru uranium berukuran kecil dalamnya sehingga menghantam bola uranium yang besar. Ketika bahan-bahan yang ada di dalamnya menyatu, atom akan terpecah kemudian melepaskan energi serta partikel subatomik. Energi serta partikel subatomik ini lalu mengenai atom uranium lainnya.
Proses ini terus berlanjut dan dipercepat hingga menjadi sebuah reaksi berantai yang menghasilkan ledakan luar biasa. Menurut beberapa sumber, ledakan tersebut setara dengan 15.000 sampai 20.000 ton dinamit. Bahkan suhu tanah setelah ledakan terjadi diperkirakan mencapai 3.870 °C.
Selain “Little Boy” ada juga bom atom lain yang dijatuhkan di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh Amerika. Bom ini diberi nama “Fat Man” dan punya ledakan yang lebih hebat lagi. Dalam bom ini, inti plutonium dan bahan lainnya dikelilingi oleh bahan peledak yang kuat. Saat diledakan, kompresi inti di dalamnya mengakibatkan inti bom meletus menjadi fisi yang tidak terkendali lalu menghasilkan ledakan dengan kekuatan setara 23.000 ton dinamit.
Saat masa perang, bom atom dianggap sebagai kekuatan yang luar biasa sehingga lima tahun setelah PD II selesai Uni Soviet pun mendemonstrasikan bom atom milik mereka. Kejadian inilah yang menjadi pemicu lahirnya bom nuklir alias bom fusi atau bom H.
Bom nuklir menggunakan bom fisi biasa untuk menciptakan panas serta tekanan yang cukup untuk menyebabkan penggabungan (fusi) dua zat langka yang mirip dengan hidrogen. Selama penggabungan ini, partikel-partikel yang tersisa akan terpecah dan melepaskan energi.
Di samping itu, karena atom yang dihasilkan dari penggabungan tadi memerlukan energi yang lebih sedikit untuk tetap bersama daripada atom-atom yang membentuknya, maka energi yang dilepaskan jadi lebih banyak. Akibatnya akan tercipta ledakan yang lebih dahsyat dari bom atom.
Bahkan, jika bom fusi dimasukkan ke dalam selubung uranium, ledakan pertamanya akan mengubah selubung tersebut menjadi bom atom. Ini berarti bom nuklir jauh lebih mematikan daripada bom atom. Kekuatan bom nuklir yang pertama kali ditemukan diperkirakan setara dengan 1.000.000 ton dinamit.
Saat ini banyak negara di dunia mulai memanfaatkan nuklir untuk menghasilkan energi listrik yang kita gunakan, termasuk di Indonesia. Akan tetapi ada pro dan kontra dalam hal ini, terutama karena Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mempunyai resiko kecelakaan dan resiko ekonomi.
Untuk mengetahui bagaimana kelanjutan rencana pembangunan PLTN di Indonesia, kamu bisa membaca buku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pilihan Terakhir ini. Buku ini merupakan kumpulan dari beberapa pemikiran yang ditulis oleh para pakar di bidangnya masing-masing, yang ada kaitannya dengan kebijakan Pemerintah tentang nuklir sebagai pilihan terakhir.
Dampak Dari Bom Nuklir Dan Senjata Nuklir Lainnya
Senjata nuklir sangat berbeda dengan senjata konvensional yang sering kita lihat di film-film aksi. Sebab, senjata nuklir dapat melepaskan energi dalam jumlah tertentu dengan efek lain, seperti suhu tinggi dan radiasi. Sampai saat ini, masih belum diketahui secara pasti apa dampak jangka panjang dari senjata nuklir terhadap lingkungan dan senjata manusia. Para ilmuwan masih mempelajarinya secara ekstensif.
Namun, telah diketahui bahwa ketika senjata nuklir diledakan, 86% dari energi ledakannya akan menghasilkan ledakan udara, guncangan, serta radiasi termal (panas) 15% sisanya akan dilepaskan sebagai radiasi awal pada satu menit pertama. Setelah itu, akan muncul radiasi sisa atau yang dipancarkan dalam jangka waktu tertentu.
Ledakan
Ekspansi gas yang sangat panas pada tekanan yang sangat tinggi dari ledakan senjata nuklir akan menghasilkan gelombang kejut yang menyebar ke luar dengan kecepatan tinggi. Nah, ledakan ini akan menimbulkan efek destruktif yang luar biasa.
Jika senjata nuklir diledakan pada ketinggian 3.000 meter, tekanan dari ledakan yang dihasilkan akan menyebar hingga jarak 7 kilometer dari titik ledakan. Angin yang mengikuti ledakan tersebut dapat melemparkan orang yang sedang berdiri menghadap ke dinding dengan beberapa kali gaya gravitasi.
Dalam jarak sekitar 8 kilometer dari titik ledakan, mungkin hanya ada sedikit orang yang dapat bertahan dari ledakan tersebut. Selain itu, batu, kayu, kaca, logam, serta puing-puing lain yang terbawa oleh gelombang dari ledakan tersebut akan terbang dengan kecepatan lebih dari 160 kilometer per jam.
Radiasi termal
Sekitar 35% dari total hasil energi akan dipancarkan sebagai radiasi termal. Radiasi termal sendiri merupakan cahaya dan panas yang bisa menyebabkan luka bakar pada kulit, mencederai mata, man memicu kebakaran pada jarak yang cukup jauh. Di samping itu, gelombang kejut yang akan datang setelahnya akan menyebarkan kebakaran ke arah yang lebih jauh lagi.
Jika muncul beberapa titik kebakaran dalam jarak tersebut, mereka bisa bergabung menjadi sebuah kebakaran besar yang disebut “badai api”. Badai api ini dapat menghanguskan apa saja yang mudah terbakar. Di Hiroshima, badai api ini menyebabkan kehancuran dalam jarak 11,4 kilometer persegi. Efek ini empat kali lebih besar dari yang terjadi di Nagasaki.
Radiasi awal
Senjata nuklir dapat menghasilkan emisi radiasi nuklir yang dianggap sangat berbahaya dan akan memakan banyak korban jiwa. Emisi radiasi nuklir ini dibagi menjadi dua, yaitu radiasi awal dan radiasi sisa. Radiasi awal atau radiasi cepat terjadi satu menit setelah ledakan dan terdiri dari sinar gamma serta neutron.
Selain itu, radiasi ini juga akan memproduksi partikel beta (elektron bebas) dan sebagian kecil partikel alfa (dua porton serta dua neutron yang saling terikat). Sinar gamma dan neutron dalam radiasi awal bisa menyebabkan efek yang berbahaya bagi organisme hidup. Apalagi keduanya bisa menembus sebagian besar struktur sehingga daya sebarnya cukup jauh.
Radiasi sisa dan jatuhan puing-puing material
Radiasi sisa adalah radiasi yang dipancarkan lebih dari satu menit setelah ledakan. Jika ledakan nuklir terjadi di udara, puing-puing senjatanya akan menghasilkan radiasi residu. Namun, jika terjadi di dekat permukaan, maka tanah, air, dan material lain yang ada di sekitar titik ledakan akan tersedot ke atas.
Material-material yang naik ini kemudian akan menjadi jatuhan puing-puing material awal yang turun di sekitar titik ledakan serta jatuhan tertunda yang terjadi di seluruh dunia. Material jatuhan awal ini akan mengendap di tanah selama 24 jam dan bisa mencemari lingkungan biologis secara langsung. Satu hari setelah pengendapan tersebut, partikel mikroskopis akan disebarkan oleh angin kemudian mengendap di bagian permukaan bumi dalam konsentrasi yang rendah.
Ledakan nuklir juga dapat menghasilkan total radioaktif yang sangat besar pada awalnya, lalu menurun secara cepat. Tujuh jam setelah ledakan terjadi, sisa radioaktif akan berkurang menjadi 10% dari jumlah awalnya. Setelah itu terus berkurang hingga dalam waktu 48 jam akan menjadi 1%.
Demikian pembahasan tentang sejarah bom nuklir. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia.com siap menemani program sehatmu untuk menurunkan kolesterol. Dengan buku-buku terbaik pilihan kami, Gramedia selalu siap yang menjadi terdepan untuk menemani kamu dalam menggapai tujuanmu dan agar kamu jadi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Gilang Oktaviana
Sumber:
- https://www.newscientist.com/definition/invention-nuclear-bomb/
- https://ethw.org/Nuclear_Bombs?gclid=Cj0KCQjwqNqkBhDlARIsAFaxvwyec1qZbQGbTIoWG1xm7MH2DUFgFzuSS8bM81boxdoNh1EcBrh6TqoaAulUEALw_wcB
- https://www.britannica.com/technology/nuclear-weapon/The-first-hydrogen-bombs
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien