Di zaman modern ini, sebagian anak menganggap orang tua terlalu mengekang dan memberi batasan untuk mengeksplorasi diri. Ingin berekspresi sesuai dengan keinginan dilarang. Sesederhana, bermain dengan teman pun terkadang dibatasi atau dikekang.
Hal tersebut memunculkan istilah strict parents. Sebelum mengenal strict parents, Grameds pelu mengenal konsepnya terlebih dahulu. Strict parents adalah orang tua yang menerapkan pola asuh yang ketat, menempatkan standar, dan memberikan tuntutan tinggi kepada anak-anak mereka.
Melansir dari laman Hot.liputan6.com, Cambridge Dictionary, kata strict memiliki beberapa pengertian. Pertama, strict artinya secara keras membatasi kebebasan seseorang untuk bersikap atau cenderung menghukum dengan keras apabila seseorang tidak patuh. Kata tersebut juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mengikuti peraturan atau suatu paham/prinsip dengan sangat ketat/taat.
Sementara, dalam kamus Merriam Webster, strict juga bisa bermakna sangat ketat atau kaku. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa strict parents artinya adalah orang tua yang ketat, kaku, atau secara keras membatasi anak dalam bersikap atau juga menghukum dengan keras apabila tidak menurut.
Dalam ilmu psikologi, strict parents merupakan orang tua yang memiliki standar tinggi atau menerapkan pola asuh otoriter terhadap anak-anak mereka. Orang tua dengan gaya asuh seperti ini, cenderung menuntut, tetapi, tidak bersikap responsif kepada anak.
Strict parents juga dapat dimaknai sebagai pola asuh orang tua yang ketat, banyak aturan dan pembatasan, serta cenderung kaku ketika menghadapi anak-anaknya. Orang tua cenderung memberikan target dan harapan yang tinggi pada anaknya.
Jika mereka gagal mencapai standar yang diterapkan orang tua maka tidak jarang akan mendapatkan hukuman atau menerima konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Melansir dari laman Tokopedia.com, orang tua yang termasuk dalam strict parents memiliki gaya asuh yang otoriter terhadap anak. Hal ini dapat dilihat dari perilaku yang dingin, menuntut, dan tidak suportif terhadap anak. Biasanya, mereka juga memiliki sederet peraturan yang sewenang-wenang dan sangat ketat untuk anak.
Orang tua dengan gaya pola asuh seperti ini cenderung tidak mengizinkan anak untuk memberikan opininya atau mempertanyakan keputusan orang tua atas jalan hidupnya. Anak tidak memiliki kebebasan dalam membuat pilihannya sendiri.
Pola asuh seperti ini menjadikan anak displin bukan karena kesadaran melainkan rasa takut. Di masa dewasa, anak akan cenderung kesulitan mengungkapkan pendapatnya atau bernegosiasi di lingkungan sosial.
Table of Contents
Kenali Ciri-Ciri Strict Parents
Orang tua dengan gaya asuh strict parents dapat dikenali dari beberapa caranya dalam mengasuh anak. Pada umumnya, strict parents hanya berfokus pada kepatuhan terhadap otoritas. Penghargaan terhadap pengendalian diri dan mengelola perilaku bukan menjadi fokus utamanya.
Melansir dari laman Orami.co.id dan Tokopedia.com, berikut ciri-ciri strict parents.
1. Menuntut, tetapi Tidak Responsif
Orang tua yang termasuk dalam strict parents biasanya memiliki sederet aturan untuk anak-anaknya. Bahkan aturan-aturan tersebut menghatur hampir seluruh aspek kehidupan dan perilaku anak-anak baik di rumah ataupun di depan umum.
Tidak hanya itu, mereka juga memiliki banyak peraturan yang tidak tertulis dengan harapan dipatuhi oleh anak-anak. Meskipun demikian, anak-anak menerima sedikit atau tidak sama sekali instruksi eksprilist dari aturan tersebut. Mereka diharapkan dapat memahami bahwa aturan-aturan tersebut ada dan mengikutinya.
2. Dingin, Kasar, dan Tidak Peduli
Orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini tidak jarang terlihat menyendiri, kasar, dan dingin. Mereka, cenderung mengomel atau meneriaki anak-anaknya daripada memberikan pujian atau dukungan.
Kedisiplinan menjadi hal utama daripada hal-hal yang sifatnya senang-senang belaka. Mereka hanya ingin anak menjadi patuh tanpa mau mendengarkan keinginan anak-anaknya.
3. Tidak Ragu dalam Memberikan Hukuman
Strict parents juga tidak akan ragu memberikan hukuman kepada anak termasuk hukuman fisik. Hal tersebut akan dilakukan setiap kali anak melanggar aturan yang telah dibuat. Mereka menempuh jalan ini, alih-alih memberikan pemahaman kepada anak.
4. Anak Tidak Diberikan Pilihan
Orang tua yang menerapkan pola asuh strict parents cenderung tidak memberikan pilihan kepada anak. Mereka menerapkan sederet aturan dan memaksa anak untuk mengikuti cara yang mereka pilih.
Ruang untuk negosiasi hampir tidak ada. Pilihan-pilihan bagi anak menentukan hidupnya sendiri pun sulit untuk dimiliki oleh anak. Dalam segala kondisi, orang tua yang menentukan segala keputusan untuk anak. Dalihnya, orang tua tidak akan menyesatkan anaknya.
5. Tidak Mau Memberikan Penjelasan
Orang tua yang termasuk dalam strict parents biasanya menginginkan anak-anaknya untuk bersikap baik dan menghindar dari hal-hal buruk. Namun, mereka tidak memberikan penjelasan mengenai alasan anak-anak harus menghindari perilaku tertentu.
Mereka cenderung tidak sabar jika harus menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada anak. Pada akhirnya, mereka akan memilih membuat aturan yang ketat dan memaksa anak untuk memathinya tanpa mmepertanyakan aturan-aturan yang diterapkan orang tua.
6. Tidak Percaya pada Anak
Orang tua yang menerapkan pola asuh strict parents cenderung tidak mempercayai anak-anak mereka untuk membuat suatu pilihan atau keputusan yang baik. Mereka cenderung memberikan sedikit atau bahkan tidak sama sekali kebebasan kepada anak.
Mereka menginginkan anak agar tidak menghadapi konsekuensi alami dari pilihan yang dipilih. Melainkan cenderung mengarahkan anak-anak untuk memastikan bahwa mereka tidak membuat kesalahan.
7. Tidak Mau Bernegosiasi
Strict parents memandang segala hal hitam dan putih, tidak ada abu-abu di dalamnya. Ruang untuk bernegosiasi pun sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Anak-anak dengan pola asuh seperti ini tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bersuara atau bernegosiasi. Terutama ketika harus menetapkan aturan atau membuat keputusan.
8. Menggunakan Kata-Kata yang Mempermalukan dan Mengancam
Orang tua yang menerapkan pola asuh strict parents cenderung menggunakan kata-kata yang mempermalukan anak di depan publik. Misalnya, membandingkan anak sendiri dengan orang lain. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan ancaman kepada anak agar merasa takut untuk melanggar peraturan yang telah dibuat.
9. Tidak Memberikan Waktu Luang untuk Anak
Bagi anak terutama remaja, bermain dengan teman menjadi salah satu hal yang dibutuhkan. Namun, izin bermain kepada orang tua strict parents sangat sulit. Waktu luang yang digunakan untuk bermain dinilai akan memberikan dampak negatif dan memberikan pengaruh buruk.
10. Memberikan Banyak Aturan
Orang tua yang termasuk dalam strict parents memberikan sederet peraturan kepada anak. Hal tersebut membuat anak kurang mengeksplorasi diri. Anak akan selalu patuh dan sulit beradaptasi ketika terjebak dalam situasi sulit.
Sebaiknya, orang tua memberikan peraturan yang tidak terlalu banyak, tetapi kuatkan pada konsekuensi yang harus dihadapi anak atas hal-hal yang dipilihnya. Hal ini justru akan membantu anak untuk berpikir aktif mengenai risiko ketika ia berperilaku.
Secara sederhana, berikut ciri dari strict parents yang dilansir dari laman Health.kompas.com.
- Anda jarang bersenang-senang atau mengerjakan aktivitas yang menyenangkan bareng keluarga di rumah, tujuannya untuk menjaga wibawa orangtua di mata anak.
- Anda menerapkan aturan tertentu tanpa mempertimbangkan masukan atau perasaan anak. Sama sekali tidak ada ruang diskusi untuk aturan ini.
- Jika anak tidak menuruti suatu aturan, Anda menghukum anak, mendiamkan anak, atau tidak menunjukkan kasih sayang kepada anak dalam waktu lama.
- Anda susah menoleransi setiap kesalahan yang dibuat anak. Hal ini bisa tercermin dari masalah sepele. Misalkan, anak melewatkan satu panggilan telepon dan Anda menghukum dengan mengambil telepon anak untuk waktu lama.
- Anda tidak pernah tertawa bareng anak-anak atau tidak pernah membuat lelucon di depan anak-anak, begitu juga sebaliknya.
- Anak rasanya tidak nyaman dan selalu serius ketika di hadapan Anda, padahal mereka bisa tertawa dan santai saja saat berbincang dengan temannya.
- Anda susah menerima perbedaan nilai dan pendapat. Misalkan, Anda tidak suka mewarnai rambut dan tiba-tiba anak pulang dengan rambut diwarnai, maka anak akan dihukum atau mendapatkan teguran keras.
- Ketika anak sudah beranjak remaja, Anda tidak mengizinkan anak menggunakan pakaian pilihannya. Atau, memberikan komentar negatif pada preferensi atau selera pribadinya.
- Anda hanya sesekali memberikan izin pada anak yang sudah beranjak remaja untuk keluar rumah, padahal anak lain boleh keluar rumah seminggu sekali.
- Anak sampai berbohong apabila takut melanggar aturan atau tindakannya tidak disetujui orang tua.
- Anak tidak pernah berbicara dari hati ke hati dengan orangtua, obrolan di rumah hanya percakapan formal seputar kehidupan sekolah, tidak pernah ada obrolan seputar kehidupan pribadi atau sosial anak.
- Anak lebih senang beraktivitas di luar rumah dan mencari cara termasuk berbohong agar bisa terus berada di luar rumah.
- Anak menarik diri dan sebisa mungkin menjaga jarak dari orangtua.
Dampak Strict Parents pada Anak
Dampak pola asuh dengan sistem strict parents sangat berdampak pada tumbuh kembang anak. Berikut dampak buruk dari strict parents yang disadur dari laman Hot.liputan6.com.
- Pola asuh yang ketat membuat anak-anak akan kehilangan kesempatan untuk menginternalisasi disiplin diri dan tanggung jawab. Pengekangan yang terlalu keras memang dapat mengontrol perilaku untuk sementara, namun tidak membantu anak belajar untuk mengatur diri sendiri. Pengekangan yang keras justru memicu penolakan untuk mengambil tanggung jawab atas diri mereka sendiri. Perilaku disiplin diri pada anak akan berkembang dari kasih sayang orang tua secara internal. Tak ada seorang pun yang suka dikontrol, jadi tidak mengherankan pula jika anak-anak menolak pengekangan yang tidak disertai rasa empati.
- Pola asuh yang otoriter, mengekang tanpa empati, dan perilaku didasari karena rasa ketakutan justru akan mengajarkan anak-anak untuk menggertak. Anak-anak cenderung mempelajari apa yang mereka jalani dan meneladani sikap orang tua. Jika orang tua berteriak, maka mereka akan meniru dengan berteriak pula. Bahkan, jika orang tua menggunakan kekerasan, mereka juga meniru dengan kekerasan.
- Anak-anak yang dibesarkan dengan terlalu disiplin dan kerap diberi hukuman, maka anak tersebut cenderung mudah marah dan depresi Hal ini dikarenakan pola asuh anak yang otoriter menjelaskan kepada anak-anak bahwa sebagian dari diri mereka tidak dapat diterima, orang tua juga tidak turut membantu mereka untuk belajar mengatasi dan mengelola perasaan sulit yang mendorong mereka untuk bertindak. Anak-anak dibiarkan kesepian dan mencoba mencari-cari sendiri bagaimana cara mengatasi hal tersebut.
- Pola asuh yang ketat akan mengajarkan anak-anak bahwa kekuasaan akan selalu benar. Mereka belajar patuh, namun tidak diajarkan untuk berpikir untuk mereka sendiri. Mereka cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, atau mereka menghindari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa mereka hanya untuk mencoba “mengikuti perintah”.
- Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang keras cenderung menjadi seorang yang pemberontak. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang ketat justru cenderung lebih mudah marah dan memberontak ketika remaja hingga dewasa.
- Anak dengan pola asuh yang ketat dapat menjadi seorang pembohong yang hebat.
- Pola asuh yang otoriter dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak-anak mereka. Orang tua yang kerap memberikan hukuman kepada anak-anaknya justru dapat memotong sifat empati alami orang tua kepada anaknya sehingga membuat hubungan keduanya memburuk.
Alasan Orang Tua Menjadi Strict Parents
Strict parents tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang melingkupinya. Melansir dari laman Orami.co.id, berikut alasan atau faktor yang mempengaruhi orang tua menjadi strict parents.
1. Memiliki Pengalaman yang Sama
Dalam artikel jurnal Child Maltreatment pada 2012 disebutkan mengenai pemicu seseorang menjadi strict parents. Hal tersebut disebabkan karena sejak kecil, orang tua mendapat didikan dengan pola asuh otoriter maka memiliki kecenderungan menjadi strict parents.
Mereka menyukai pola asuh dalam membesarkan anak dengan sikap dan pola yang sama. Salah satu kemungkinannya adalah karena mereka merasa cara itulah yang paling tepat untuk mengasuh anak. Termasuk membuatnya menjadi disiplin.
2. Tingkat Neutorisme yang Tinggi
Dalam studi di Iranian Journal of Psychiatry pada 2018 menunjukkan bahwa strict parents cenderung memiliki tingkat neurotisme yang lebih tinggi. Neurotisme merupakan dimensi kepribadian yang berkaitan dengan kestabilan emosi.
Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa emosi negatif di antaranya kecemasan, depresi, keraguan, dan emosi-emosi negatif lainnya.
3. Memiliki Kepribadian yang Kurang Menyenangkan
Setiap orang unik, mereka memiliki kepribadian masing-masing. Beberapa orang memiliki kepribadian yang ramah dan menyenangkan. Namun, begitu sebaliknya, ada sebagian orang yang memiliki kepribadian buruk.
Orang yang memiliki kepribadian kurang menyenangkan memiliki kecenderungan untuk kurang berempati dan lebih sering berpikir negatif sehingga lebih mungkin menjadi strict parents. Mereka juga cenderung memiliki hubungan yang lebih sulit pada sesama termasuk dengan anak-anak mereka sendiri.
- Affirmasi Pagi
- Affirmasi Islami
- Affirmasi Dalam Hubungan
- Anger Issue
- Altrutisme
- Berdamai Dengan Diri Sendiri
- Berpikir Positif
- Berpikir Kreatif dan Inovatif
- Broken Home
- Cara Agar Tidak Insecure
- Cara Agar Tidak Mudah Menangis
- Cara Menjadi Dewasa
- Cara Menjadi Orang Ikhlas
- Cara Mengenal Diri Sendiri
- Cara Mencintai Diri Sendiri
- Cara Menjadi Orang Cuek
- Cara Menhilangkan Banyak Pikiran
- Cara Menghadapi Orang dengan Trust Issue
- Cara Meditasi Yang Benar
- Cara Melatih Mental
- Ciri Orang Yang Sombong
- Critical Thinking
- Childish
- Contoh Hard Skill
- Contoh Self Control
- Denial
- Demotivasi
- Deja Vu
- Duck Syndrome
- Eksibisionis, Pedofilia, Fetisme
- Etika
- Emosi Tidak Stabil
- Fixed Mindset
- Ghosting
- Guilt Tripping
- Hantu Seram
- Highly Sensitive Person
- Insecure
- Jemawa
- Kepribadian Ganda
- Manajemen Stres
- Me Time
- Menangis Tanpa Sebab
- Mengapa Kutu Buku Pakai Kacamata
- Mindfulness
- Moody
- Mood Swing
- Mood Booster
- Maladaptive Daydreaming
- Narsisme
- Konsep Diri
- Konsep Berpikir Komputasional
- Logika
- Obsesi
- Obat Sedih
- Perbedaan Introvert dan Ekstrovert
- Percaya Diri
- Perfeksionis
- Pesimis
- Sikap Pesimis
- Pengertian Hard Skill
- Perkembangan Emosi
- Penyebab Kenapa Afirmasi Gagal
- Philophobia
- Pikiran Negatif
- Playing Victim
- Produktif
- Regulasi Emosi
- Sifat Manipulatif
- Self Awarness
- Self Afirmasi
- Self Control
- Self Care
- Self Development
- Self Diagnosis
- Self Efficacy
- Self Esteem
- Self Healing
- Self Healing Terbaik
- Self Harm
- Self Improvement
- Self Love
- Self Management
- Strict Parents
- Self Reward
- Self Reminder
- Self Talk
- Sikap Optimis
- Soft Skill
- Tanggung Jawab
- Trauma Healing
- Trust Issue
- Overthinking
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien