Sudirman Cup 2023 – Setiap jenis olahraga pasti memiliki satu kejuaraan bergengsi, seperti Piala Dunia FIFA dalam sepakbola atau Sudirman Cup dalam bulutangkis.
Para pemain yang bertanding di kejuaraan bergengsi seperti ini biasanya lebih mementingkan “gengsi” daripada hadiah uang tunai. Soalnya, kejuaraan tersebut menjadi tolok ukur kemampuan para pemain sekaligus negara dalam bidang olahraganya.
Contohnya, dengan memenangkan Piala Sudirman, Indonesia bisa menaikkan BWF World Ranking, baik untuk negara maupun individunya.
Nah, bagaimana sejarah terbentuknya Piala Sudirman dan seperti apa perkembangannya sejak pertama kali dilaksanakan? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Table of Contents
Apa itu Sudirman Cup?
Sudirman Cup atau Piala Sudirman merupakan kejuaraan beregu campuran tingkat dunia yang diselenggarakan untuk menguji kemampuan tim secara menyeluruh. Kompetisi ini terdiri dari lima jenis pertandingan, yaitu Tunggal Putra, Tunggal Putri, Ganda Putra, Ganda Putri, dan Ganda Campuran.
Sebagai orang Indonesia, kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan nama “Sudirman”, bukan? Faktanya, nama untuk kejuaraan ini memang diambil dari salah satu pendiri Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yakni Dick Sudirman.
Piala Sudirman pertama kali diselenggarakan pada 24 – 29 Mei tahun 1989 di Istora Senayan. Sejak itu, kompetisi ini rutin digelar setiap dua tahun sekali sampai sekarang.
Sejarah Sudirman Cup
Seperti yang disebutkan sebelumnya, nama Sudirman Cup diambil dari salah satu pendiri PBSI sekaligus Presiden PBSI selama 22 tahun, yaitu Dick Sudirman.
Beliau merupakan sosok yang dihormati di dunia bulutangkis sebagai pengurus PBSI dan juga organisasi lain seperti Federasi Bulutangkis Internasional serta Konfederasi Bulutangkis Asia.
Kontribusi Sudirman terhadap dunia bulutangkis sangat besar, namun beliau lebih dikenal sebagai sosok yang membantu menyatukan badan-badan pemerintahan dunia.
Seperti yang terjadi pada bulan Februari tahun 1978, ketika ada satu kelompok memisahkan diri dari IBF kemudian membentuk Federasi Bulutangkis Dunia.
Saat itu, untuk sementara waktu ada dua organisasi bulutangkis tingkat dunia yang berjalan bersamaan. Akibatnya, ambisi memasukkan bulutangkis dalam Olimpiade pun terancam gagal. Namun upaya rekonsiliasi yang dilakukan justru terhambat.
Sudirman, melalui bantuan dua orang teman di IBF dan Federasi Bulutangkis Internasional, memprakarsai sebuah pertemuan yang bersifat informal di Bandung. Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 28 Mei 1979 tersebut dihadiri oleh para pemimpin dari kedua organisasi.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Sudirman memberikan usul untuk membentuk sebuah kelompok studi yang terdiri dari tokoh-tokoh kedua organisasi demi mencari jalan keluar. Selain itu, beliau juga menyarankan pelaksanaan pertandingan persahabatan.
Usulannya pun diterima dan berperan sebagai dasar dari upaya rekonsiliasi selanjutnya. Dua tahun kemudian, tepat pada tanggal 28 Mei 1981, IBF dan Federasi Bulutangkis Internasional kembali bersatu.
Dick Sudirman meninggal dunia pada 10 Juni 1986 akibat stroke yang dideritanya. Saat itu, Suharso Suhandinata–wakil ketua umum PBSI dan sahabat Sudirman–mengirimkan surat pada Arthur Jones yang menjabat sebagai Presiden IBF.
Dalam suratnya, Suharso menyarankan agar jasa-jasa Sudirman dalam dunia bulutangkis dikenang. Dua bulan kemudian, pada Agustus 1986 Suharso mengirimkan surat berisi saran tentang sebuah kompetisi yang menggunakan nama Sudirman sebagai memorial bagi sahabatnya.
Arthur Jones lalu membawa ide tersebut untuk dibahas dalam pertemuan dewan IBF yang digelar pada tahun 1986.
Dua tahun berselang, IBF merasa yakin bisa menggelar kompetisi beregu campuran tingkat dunia dan menerima tawaran piala dari Indonesia. Karena jadwal yang padat saat itu, dewan IBF pun memutuskan Piala Sudirman akan diselenggarakan berbarengan dengan Kejuaraan Dunia.
Piala Sudirman, seperti halnya Piala Thomas, Piala Uber, Piala Suhandinata dan kompetisi bulutangkis besar lainnya, adalah sebuah karya yang luar biasa. Kompetisi ini mampu menyatukan bulutangkis dengan warisan budaya Indonesia berupa trofi Piala Sudirman.
Piala Sudirman yang bernilai US$15.000 tersebut dibuat oleh Perusahaan Masterix Bandung dan diserahkan kepada IBF pada bulan Mei 1989.
Kejuaraan Piala Sudirman pertama kali diselenggarakan di Istora Senayan, Stadion Gelora Bung Karno Indonesia pada 24 – 29 Mei 1989. Dalam kompetisi ini, ada 28 tim yang ikut berpartisipasi.
Seiring berjalannya waktu, Piala Sudirman mulai membuktikan eksistensinya. Baik pemain maupun penggemar sangat menyukainya, hingga akhirnya kompetisi ini mendapatkan kesempatan untuk dilaksanakan sebagai event tunggal pada edisi kedelapan.
Sejak tahun 1989, Piala Sudirman rutin digelar setiap dua tahun sekali. Indonesia sebagai tuan rumah pertama, hanya berhasil menjadi juara satu kali pada tahun 1989. Setelah itu, Korea berhasil menjadi juara selama 4 tahun sebelum dikalahkan oleh China.
FYI, China sukses menunjukkan dominasi mereka dalam kompetisi ini dengan memenangkan semua piala sejak tahun 1995 sampai dengan 2021. Selama 26 tahun, mereka hanya kalah sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2003 dan 2017 oleh Korea.
Semangat Dick Sudirman dalam mengembangkan organisasi bulutangkis tidak pernah padam hingga saat ini. Buktinya, di Indonesia ada banyak Perkumpulan Bulu Tangkis yang menjadi tempat bagi generasi muda mengembangkan kemampuannya, salah satu yang cukup terkenal adalah PB Tangkas Intiland.
Jika kamu ingin mengetahui seperti apa proses lahirnya pemain-pemain besar dari PB ini, maka kamu harus membaca buku TANGKAS: 67 Tahun Berkomitmen Mencetak Jawara Bulu Tangkis. Buku ini berisi kisah perjuangan PB Tangkas dalam menyumbang berbagai medali pada dunia bulu tangkis Indonesia.
[IT_EPOLL_VOTING id=”84466″][/IT_EPOLL_VOTING]
Perkembangan format kompetisi Sudirman Cup
Format kompetisi Sudirman Cup pada awalnya tidak terlalu banyak mengalami perubahan sejak tahun 1989. Dalam format awal ini, ada 6 tim terbaik di Grup 1 yang kemudian dibagi menjadi dua sub-grup.
Dengan sistem promosi-degradasi, hanya 6 tim di Grup 1 yang bisa memperebutkan gelar juara. Sementara sisanya harus berjuang agar bisa ikut bertanding di grup yang lebih tinggi. Format ini masih digunakan hingga tahun 2003 saat Sudirman Cup digelar sebagai event tunggal yang terpisah dari Kejuaraan Dunia.
Di tahun 2005, jumlah tim yang masuk ke dalam Grup 1 ditambah dari 6 tim menjadi 8 tim. Enam tahun berselang, pada tahun 2011, sistem promosi-degradasi resmi dihilangkan sehingga tim yang tidak bertanding di Grup 1 bermain untuk mencari poin. Selain itu, grupnya ditentukan berdasarkan ranking beregu dengan jumlah yang lebih banyak, yaitu 12 tim.
Sejak tahun 2021, format Sudirman Cup berubah lagi dan hanya bisa diikuti oleh 16 tim dengan sistem kualifikasi kontinental–seperti Uber Cup dan Thomas Cup. Ini berarti, setiap semifinalis dari kejuaraan di Asia dan Eropa, pemenang dari Afrika, Pan Am, serta Oseania akan ikut bertanding di Sudirman Cup. Kemudian sisanya dipilih berdasarkan peringkat beregu.
Fakta Seputar Sudirman Cup
Trofi Piala Sudirman terinspirasi dari budaya Indonesia
Piala Sudirman Cup–yang dibuat untuk menghormati Dick Sudirman–terbuat dari perak padat berlapis emas 22 karat sebagai bahan utamanya. Dengan tinggi 80 cm, piala ini memiliki alas kayu jati terbaik berbentuk segi delapan.
Badan pialanya dibuat menyerupai kok dengan tutup yang mirip seperti Candi Borobudur. Lalu untuk pegangannya, sengaja dibuat seperti benang sari yang melambangkan benih-benih atlet bulutangkis. Pembuatnya adalah Perusahaan Masterix Bandung dan dihargai sebesar US$15.000 saat diserahkan pada IBF pada bulan Mei tahun 1989.
Pemenang terbanyak
Sepanjang sejarah Sudirman Cup, hanya ada lima negara yang mampu menembus babak final, yaitu Indonesia, China, Korea Selatan, Denmark, dan Jepang. Dari lima negara tersebut, hanya tiga negara yang sukses merebut gelar juara, yakni China, Korea Selatan, dan Indonesia.
China merupakan negara yang memenangkan 12 kali Piala Sudirman, yaitu pada tahun 1995, 1997, 1999, 2001, 2005, 2007, 2009, 2011, 2013, 2015, 2019, 2021. Diikuti oleh Korea Selatan yang menjadi juara pada tahun 1991, 1993, 2003, dan 2017. Indonesia hanya berhasil menjadi juara pada tahun 1989 saat menjadi tuan rumah.
Setelahnya, prestasi terbaik yang bisa diraih oleh tim Indonesia adalah menjadi juara kedua pada tahun 1991, 1993, 1995, 2005, dan juga 2007. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel juara Sudirman Cup dari tahun ke tahun berikut ini:
Pemenang | Tahun |
Indonesia | 1989 |
Korea Selatan | 1991 |
Korea Selatan | 1993 |
China | 1995 |
China | 1997 |
China | 1999 |
China | 2001 |
Korea Selatan | 2003 |
China | 2005 |
China | 2007 |
China | 2009 |
China | 2011 |
China | 2013 |
China | 2015 |
Korea Selatan | 2017 |
China | 2019 |
China | 2021 |
China | 2023 |
Daftar tuan rumah Sudirman Cup
Meskipun hanya ada lima negara yang pernah memperebutkan gelar juara Piala Sudirman, namun kompetisi ini telah diselenggarakan di berbagai negara. Berikut daftar lengkapnya:
Negara Penyelenggara | Tahun |
Jakarta (Indonesia) | 1989 |
Copenhagen (Denmark) | 1991 |
Birmingham (England) | 1993 |
Lausanne (Switzerland) | 1995 |
Glasgow (Scotland) | 1997 |
Copenhagen (Denmark) | 1999 |
Seville (Spain) | 2001 |
Eindhoven (Netherlands) | 2003 |
Beijing (China) | 2005 |
Glasgow (Scotland) | 2007 |
Guangzhou (China) | 2009 |
Qingdao (China) | 2011 |
Kuala Lumpur (Malaysia) | 2013 |
Dongguan (China) | 2015 |
Gold Coast (Australia) | 2017 |
Nanning (China) | 2019 |
Vantaa (Finland) | 2021 |
Suzhou (China) | 2023 |
Sudirman Cup 2023 dan Serba-serbinya
Sudirman Cup edisi ke-18 resmi dimulai pada tanggal 14 – 21 Mei di Suzhou, China. Dalam kompetisi ini, ada 16 negara yang bertanding memperebutkan gelar bergengsi. Supaya tidak ketinggalan euforia-nya, berikut informasi tentang Sudirman Cup 2023 dan serba-serbinya:
Negara yang bertanding dan daftar pemainnya
China
Chen Yufei, He Bingjiao, Chen Qingchen, Feng Yangzhe, Huang Yaqiong, Jia Yifan, Huang Dongping, Li Shifeng, Liu Shenshu, Lu Guangzu, Liang Weikeng, Liu Yuchen, Shi Yuqi, Ou Xuanyi, Wang Chang, Zhang Shuxian, Zheng Yu, Zheng Swei, Wang Zhiyi, dan Tan Ning.
Denmark
Lasse Mølhede, Frederik Søgaard, Line Christophersen, Kim Astrup, Mathias Thyrri, Viktor Axelsen, Rasmus Gemke, Line Kjærsfeldt, Amalie Magelund, Sara Thygesen, Anders Skaarup Rasmussen, Mia Blichfeldt, Anders Antonsen, Maiken Fruergaard, Jeppe Bay, Mathias Christiansen, dan Alexandra Bøje.
Singapura
Crystal Wong, Terry Hee, Loh Kean Yew, Jessica Tan, Grace Chua, Yeo Jia Min, Andy Kwek, Jason Teh, Loh Kean Hean, dan Jin Yujia.
Mesir
Hana Tarek, Rahma El Adawy, Kareem Ezzat, Mahmoud Montaser, Adham Hatem Elgamal, Doha Hany, Nour Ahmed Youssri.
Indonesia
Gloria Emanuelle Widjaja, Siti Fadia Silva Ramadhanti, Nita Violina Marwah, Leo Rolly Carnando, Pitha Haningtyas Mentari, Fajar Alfian, Putri Kusuma Wardani, Anthony Sinisuka Ginting, Adnan Maulana, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Marcus Fernaldi Gideon, Muhammad Rian Ardianto, Dejan Ferdinansyah, Lanny Tria Mayasari, Jonatan Christie, Rinov Rivaldy, Daniel Marthin, Gregoria Mariska Tunjung, Apriyani Rahayu, dan Ribka Sugiarto.
Thailand
Supak Jomkoh, Rawinda Prajongjai, Kunlavut Vitidsarn, Kantaphon Wangcharoen, Supissara Paewsampran, Sapsiree Taerattanachai, Benyapa Aimsaard, Puttita Supajirakul, Busanan Ongbamrungphan, Jongkolphan Kititharakul, Kittinupong Kedren, Sitthikom Thammasin, Nuntakarn Aimsaard, Dechapol Puavaranukroh, Pornpawee Chochuwong, Pharanyu Kaosamaang, Ratchanok Intanon, Worrapol Thongsa-nga.
Jerman
Miranda Wilson, Mark Lamsfuß, Malik Bourakkadi, Antonia Schaller, Emma Moszczynski, Jones Ralfy Jansen, Marvin Seidel, Isabel Lohau, Stine Küspert, Fabian Roth, Linda Efler, Yvonne Li, dan Kai Schäfer.
Kanada
Talia Ng, Brian Yang, Adam Dong, Nyl Yakura, Michelle Li, Catherine Choi, Ty Alexander Lindeman, Josephine Wu, dan Kevin Lee.
Malaysia
Ng Tze Yong, Goh Jin Wei, Tan Kian Meng, Shevon Jamie Lai, Teoh Mei Xing, Goh Soon Huat, Aaron Chia, Letshanaa Karupathevan, Valeree Siow, Toh Ee Wei, Thinaah Muralitharan, Go Pei Kee, Lai Pei Jing, Lee Zii Jia, Hoo Pang Ron, Ong Yew Sin, Chen Tang Jie, Soh Wooi Yik, Teo Ee Yi, dan Pearly Tan.
China Taipei
Ye Hong-wei, Hsu Ya-ching, Lin Wan-ching, Wang Chi-lin, Lee Chia-hsin, Tai Tzu-ying, Yang Po-han, Chou Tien-chen, Hsu Wen-chi, Hu Ling-fang, Lee Yang, Lu Ching-yao, Teng Chun-hsun, Wang Tzu-wei, dan Yang Po-hsuan.
India
Lakshya Sen, Dhruv Kapila, K. Sai Pratheek, Prannoy H. S., Gayatri Gopichand, Anupama Upadhyaya, Ashwini Ponnappa, Chirag Shetty, Arjun M. R., Tanisha Crasto, Treesa Jolly, Srikanth Kidambi, Satwiksairaj Rankireddy, P. V. Sindhu, dan Aakarshi Kashyap.
Australia
Rayne Wang, Tiffany Ho, Kenneth Choo, Nathan Tang, Angela Yu, Kaitlyn Ea, Sydney Go, Gronya Somerville, Ricky Tang, Jack Yu.
Japan
Naru Shinoya, Takuro Hoki, Mayu Matsumoto, Kodai Naraoka, Akane Yamaguchi, Arisa Higashino, Nami Matsuyama, Yugo Kobayashi, Taichi Saito, Saena Kawakami, Yuki Fukushima, Sayaka Hirota, Akira Koga, Wakana Nagahara, Kenta Nishimoto, Chiharu Shida,Kanta Tsuneyama, Kyohei Yamashita, dan Yuta Watanabe.
Korea Selatan
Lee So-hee, Chae Yoo-jung, Kang Min-hyuk, Na Sung-seung, Kim Hye-jeong, Jeon Hyeok-jin, An Se-young, Kim Won-ho, Baek Ha-na, Choi Sol-gyu, Jeong Na-eun, Kim Ga-eun, Kim So-yeong, Kong Hee-yong, Lee Yun-gyu, dan Seo Seung-jae.
Prancis
Alex Lanier, Delphine Delrue, Toma Junior Popov, Léonice Huet, Qi Xuefei, Lucas Corvée, Thom Gicquel, Ronan Labar, Margot Lambert, Christo Popov, dan Anne Tran.
Inggris
Marcus Ellis, Freya Redfearn, Lisa Curtin, Estelle van Leeuwen, Chloe Birch, Nadeem Dalvi, Lauren Smith, Cholan Kayan, Sean Vendy, dan Ben Lane.
Semua pemain yang ikut bertanding dalam Sudirman Cup tentu memiliki kemampuan di atas rata-rata dari latihan bertahun-tahun. Jika kamu ingin menjadi pemain bulutangkis yang hebat seperti mereka, kamu juga harus terus berlatih secara baik dan benar.
Buku Jago Bulu Tangkis Untuk Pemula bisa jadi teman latihan yang tepat di periode awal latihanmu. Soalnya buku ini membahas tentang cara bermain bulutangkis yang benar, cara pemanasan yang baik, dan juga latihan untuk melatih otot-otot tubuh yang berhubungan dengan bulutangkis.
[IT_EPOLL_VOTING id=”84466″][/IT_EPOLL_VOTING]
Pembagian grup dan jadwal Sudirman Cup 2023
Pembagian grup Piala Sudirman 2023
Grup A | Grup B | Grup C | Grup D |
Singapura | Thailand | India | Prancis |
Denmark | Kanada | Malaysia | Jepang |
Mesir | Jerman | Australia | Inggris |
China | Indonesia | China Taipei | Korea Selatan |
Jadwal Sudirman Cup 2023
Minggu, 14 Mei 2023
- Denmark vs Singapura
- China vs Mesir
- China Taipei vs India
- Malaysia vs Australia
- Korea Selatan vs Prancis
- Jepang vs Inggris
Senin, 15 Mei 203
- Indonesia vs Kanada
- Thailand vs Jerman
- China Taipei vs Australia
- Malaysia vs India
- Jepang vs Prancis
- Korea Selatan vs Inggris
Selasa, 16 Mei 2023
- Indonesia vs Jerman
- Thailand vs Kanada
- China vs Singapura
- Denmark vs Mesir
Rabu, 17 Mei 2023
- Malaysia vs China Taipei
- India vs Australia
- Jepang vs Korea
- Prancis vs Inggris
Kamis, 18 Mei 2023
- Indonesia vs Thailand
- Jerman vs Kanada
- China vs Denmark
- Singapura vs Mesir
Jumat, 19 Mei 2023 (Perempat Final)
- China Taipei vs Korea Selatan
- Thailand vs Jepang
- China vs Indonesia
- Denmark vs Malaysia
Saturday, 20 May 2023 (Semi Final)
Malaysia vs Korea Selatan
China vs Jepang
Sunday, 21 May 2023 (Final)
China vs Korea Selatan
Kecintaan masyarakat Indonesia pada olahraga bulutangkis tidak perlu diragukan lagi, kemanapun tim Merah Putih bertanding, kita akan selalu mendukungnya. Beberapa datang langsung ke stadion, sebagian lagi menyaksikan lewat siaran TV atau streaming.
Di Indonesia, bulutangkis bukan sebatas tontonan saja, melainkan juga inspirasi untuk berbagai hal termasuk menulis buku. Seperti buku Badminton Addict yang ditulis oleh Stephanie Zen. Buku ini menceritakan kisah Fraya yang bertemu dengan salah satu pemain ganda putra terbaik Indonesia.
[IT_EPOLL_VOTING id=”84466″][/IT_EPOLL_VOTING]Meskipun piala Sudirman Cup sudah usai dan China menjadi juara lagi, tetapi semoga semua informasi di atas dapat bermanfaat kalian. Satu lagi, sebagai pencinta bulu tangkis, kita juga harus selalu dukung atlet Indonesia ya apapun hasil kejuaraannya.
Jika ingin mencari buku seputar bulutangkis, maka kalian bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Gilang
Sumber:
https://esqnews.id/berita/kenapa-sudirman-cup-begitu-bergengsi
https://khelnow.com/badminton/2023-05-sudirman-cup-2023-schedule-fixtures-results-telecast-live-streaming-details
https://www.facebook.com/photo/?fbid=1255427867940836&set=a.413116888838609
Baca juga:
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien