in

15 Tari Betawi Beserta Asal-Usul dan Arti Dibaliknya!

Tari Betawi – Sepertinya, pernyataan tentang betapa beragamnya kebudayaan baik itu kesenian maupun adat istiadat di seluruh wilayah Indonesia, sudah diketahui oleh semua orang. Dari dari Sabang sampai Merauke ini, jumlah kebudayaannya tidak bisa dihitung dengan jari begitu saja, sebab saking banyaknya.

Bahkan tak jarang, dalam suatu provinsi saja memiliki kebudayaan baik itu berupa kesenian maupun adat istiadat yang berbeda-beda. Keren sekali ‘kan negara kita ini!

Salah satu kebudayaan yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah adalah kesenian berwujud Tari Betawi. Yap, sesuai dengan namanya maka tentu saja Tari Betawi ini berasal dari suku Betawi yang dominan tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sama halnya dengan kesenian dari suku-suku etnis lain yang menyebar di wilayah Indonesia, Tari Betawi pun masih eksis diperagakan oleh masyarakat sekitar terutama untuk tujuan belajar dan pertunjukan seni.

Lantas, apa saja sih jenis-jenis Tari Betawi yang hingga kini masih eksis tersebut? Bagaimana pula sejarah hingga ragam corak pakaian yang digunakan oleh masing-masing Tari Betawi yang ternyata jumlahnya ada belasan ini? Nah, supaya Grameds semakin cinta dengan budaya Indonesia, yuk simak ulasannya berikut ini!

Tari Betawi
https://factsofindonesia.com/

15+ Jenis Tari Betawi

Holiday Sale

1. Tari Kembang Lambang Sari

Tari Betawi
https://www.setubabakanbetawi.com/

Tari Betawi yang pertama adalah Tari Kembang Lambang Sari. Dilansir dari dinaskebudayaan.jakarta.go.id, tari tradisional yang satu berisikan ekspresi kegembiraan orang tua yang mengasuh anak, dengan cara bernyanyi dan menari. Sebenarnya, tari ini adalah kreasi baru yang diciptakan oleh seniman Wiwiek Widiastuti dan terinspirasi dari teater Topeng Betawi berjudul Bapak Jantuk.

Bahkan, pola tarian dari Tari Betawi ini pun berupa transformasi pantun bertutur yang selalu dibawakan dalam teater khas tersebut.

Bagi masyarakat Betawi, cerita tentang Bapak Jantuk ini menjadi kisah turun-temurun tentang kehebatan sosok Ayah yang bahagia ketika mengasuh anaknya. Ketika mengasuh, Bapak Jantuk akan selalu berbalas pantun dengan istrinya. Nah, dari dialog-dialog itulah yang menjadi inspirasi terwujudnya Tari Kembang Lambang Sari ini.

Ketika dipraktikkan, nantinya akan ada sejumlah penari perempuan berjumlah ganjil dengan gerakan lemah gemulai dan lincah mengikuti iringan musik. Kostum yang digunakan berupa kebaya tiga pola dan bawahan kain batik khas Betawi.

Untuk alat musik pengiring biasanya akan menggunakan gamelan topeng, sepasang gendang, sebuah kempul yang digantungkan, kecrek, dan gong angkong.

2. Tari Nandak Ganjen

https://www.setubabakanbetawi.com/

Dalam Bahasa Betawi, kata “Nandak” berarti ‘menari’ dan “Ganjen” berarti ‘genit’. Sederhananya, tari tradisional ini menceritakan tentang seorang gadis ABG yang masuk memasuki usia dewasa. Grameds pasti tahu dong jika masa ABG alias remaja adalah waktu peralihan usia yang mana dominan dengan sifat memberontak.

Itulah mengapa, Tari Nandak Ganjen ini menjadi ungkapan sukacita atas kebebasan yang dirasakan oleh kaum muda, terutama gadis ABG.

Tari Betawi yang satu ini dikreasikan oleh Sukirman atau yang akrab disapa Entong Kisam. Beliau menciptakan tari ini setelah mendapatkan inspirasi dari sebuah pantun lama Betawi yang berbunyi, “Buah cempaka buah durian, sambil nandak cari perhatian…”

Pakaian yang digunakan oleh penari Nandak Ganjen ini berupa kebaya dengan pola tiga warna yakni kuning, hijau, dan merah. Para penari juga akan mengenakan ikat pinggang “pending” berwarna emas dan selendang. Rambutnya pun akan dikonde dan diberi hiasan kepala seperti sumpit berwarna emas. Hal tersebut karena jenis Tari Betawi ini adalah hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dengan Betawi.

3. Tari Cokek

Tari Betawi
https://myindonesiann.blogspot.com/

Jika Grameds pernah menonton pertunjukan Tari Betawi yang satu ini, pasti akan merasa heran karena make up penarinya begitu putih dan tebal. Hal tersebut karena Tari Cokek memanglah diwarnai dengan budaya Tionghoa yang ada sejak abad ke-19. Tarian ini biasanya dipertunjukkan untuk mengiringi tarian lainnya, seperti Tari Sembah Nyai, Tari Sirih Kuning dan lainnya.

Sedikit trivia saja nih, tarian tradisional ini identik dengan keerotisan penarinya. Itulah mengapa, jika diperhatikan secara seksama tarian ini hampir mirip dengan Tari Ronggeng (Jawa Tengah) dan Tari Sintren (Cirebon) yang sama-sama mengajak penonton untuk ikut menari bersama. Nantinya, penari akan membelitkan selendangnya pada salah satu penonton dan penonton tidak boleh menolak ajakan menari bersama itu.

Awal diperkenalkannya Tari Cokek ke masyarakat, hanya dipentaskan oleh tiga penari perempuan saja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ada sepasang penari perempuan dan laki-laki yang menarikan tarian ini. Untuk pakaian yang dikenakan biasanya berupa baju kurung dan celana panjang berbahan sutra.

4. Tari Topeng Betawi

https://wikimedia.org/

Sejarah awal terciptanya Tari Betawi ini adalah adanya ide dari 2 seniman bernama Mak Kinong dan Kong Djieon pada tahun 1930. Dilansir dari kebudayaanbetawi.com, Konon, tarian tradisional ini lahir setelah mendapatkan inspirasi dari Tari Topeng Cirebon yang sudah ditampilkan oleh para seniman jalanan. Bahkan dasar pola gerakan dalam tarian ini pun hampir sama dengan Tari Topeng Cirebon. Setelah itu, tarian ini dipercaya menjadi tarian tolak bala sehingga kerap dipertunjukkan di berbagai acara kesenian hingga hajatan masyarakat setempat.

Sesuai dengan namanya, maka tarian ini akan menggunakan topeng kayu sebagai alat utamanya sebagai penutup wajah. Topeng tersebut ternyata tidak memiliki tali yang diikatkan di kepala lho… sehingga para penari akan mengenakannya dengan cara digigit. Topeng tersebut berbentuk layaknya wajah manusia, dengan adanya mata tertutup, hidung mancung, dan bibir berwarna merah.

Uniknya, pertunjukan Tari Topeng ini memiliki tema yang variatif. Mulai dari cerita legenda, kehidupan manusia, hingga kritik sosial. Untuk alat musik pengiringnya, biasanya akan menggunakan rebab, kecrek, kromong tiga, gong buyung, hingga gendang berukuran besar.

5. Tari Gitek Balen

Tari Betawi
https://www.setubabakanbetawi.com/

Tari Betawi yang selanjutnya adalah Tari Gitek Balen, menceritakan tentang seorang gadis remaja yang hendak memasuki usia dewasa. Itulah mengapa, gerakannya begitu lincah karena menandakan gadis remaja yang masih dalam usia pubertas. Dalam bahasa Betawi, kata “Gitek” berarti ‘goyang’, sementara kata “Belen” berarti ‘pola pukulan yang ada pada gamelan Betawi’.

6. Tari Zapin Betawi

https://www.setubabakanbetawi.com/

Sesuai dengan namanya, Tari Betawi yang satu ini tentu saja berbeda dengan Tari Zapin Melayu ya… Dilansir dari dinaskebudayaan.jakarta.go.id, keberadaan Tari Zapin Betawi ini lebih dominan akan perpaduan budaya Arab dan Betawi.  Dalam bahasa Arab, kata “Zapin” berarti ‘menari’ atau ‘gerakan kaki’. Bahkan menurut sejarah, tari tradisional yang satu ini pertama kali dibawa oleh para pedagang Arab asal Yaman alias kaum hadhrami.

Dalam perkembangannya pun, Tari Betawi ini menjadi media untuk menyebarkan agama Islam terutama bagi masyarakat suku Betawi. Berhubung Tari Zapin Betawi ini adalah jenis tarian pergaulan, maka menggambarkan akan bagaimana pergaulan yang terjadi antarwarga dengan perasaan gembira. Jadi, ketika membawakan tarian ini, harus dilakukan secara gembira karena berfungsi pula sebagai hiburan.

7. Tari Lenggang Nyai

Tari Betawi
https://wikimedia.org/

Apakah Grameds tahu bahwa Tari Betawi yang satu ini ternyata menjadi simbol perjuangan para perempuan Betawi, khususnya Nyai Dasimah? Yap, nama tarian ini berasal dari kata “Lenggang” yang artinya ‘melenggak-lenggok’, sedangkan kata “Nyai” yang merupakan panggilan untuk wanita dewasa. Tarian ini diciptakan oleh seniman Wiwik Widiastuti.

Nyai Dasimah selaku sosok inspirasi dari terciptanya tari tradisional ini merupakan seorang gadis Betawi yang berwajah cantik. Kala itu, dirinya bingung untuk menentukan pasangan hidup antara pria berkebangsaan Indonesia atau pria berkebangsaan Belanda. Setelah berpikir untuk waktu yang cukup lama, Nyai Dasimah pun memilih menikahi pria berkebangsaan Belanda bernama Edward William itu. Sayangnya, setelah pernikahan berlangsung, Edward justru memberi banyak aturan yang mengekang Nyai Dasimah. Akhirnya, Nyai Dasimah memberontak dan memperjuangkan hak kebebasannya sebagai wanita.

Nantinya, tarian ini dibawakan oleh penari perempuan berjumlah 4-6 orang dengan menarikan pola lantai. Uniknya, akan ada beberapa gerakan yang menggambarkan betapa bingungnya Nyai Dasimah ketika hendak menentukan pasangan hidupnya. Nah, keberadaan Tari Betawi yang satu ini disinyalir memiliki 2 nilai yakni nilai estetika dan nilai moral. Tak luput pula adanya sentuhan budaya China dalam unsur-unsurnya.

8. Tari Ronggeng Blantek

Tari Betawi
https://www.senibudayabetawi.com/

Tari Betawi yang diciptakan oleh seniman Wiwik Widiastuti ini sebenarnya adalah bentuk pengembangan dari Tari Topeng Blantek. Bahkan nama “Blantek” pada tarian ini pun berasal dari peralatan musik pengiring pada Topeng Blantek yang berbunyi “blang-blang” dan “tek-tek”.

Tarian ini menggambarkan sosok perempuan Betawi yang berparas cantik, rendah hati, dan ramah. Itulah mengapa, tari kreasi ini begitu mudahnya diterima di semua lapisan masyarakat Betawi.

Dilansir dari indonesiakaya.com, kemunculan Tari Ronggeng Blantek ini sebenarnya berkaitan dengan proyek Pengembangan Kesenian Betawi yang saat itu diadakan oleh pemerintah DKI Jakarta sejak tahun 1970.

Mengingat pada tahun tersebut, masyarakat sudah mengenal modernisasi dan kesenian tradisional Betawi pun menjadi semakin tersingkirkan. Nah, melalui proyek itulah pihak pemerintah bertujuan untuk membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan kebudayaan Betawi.

Pada tahun 1987 lalu, tarian ini berhasil memperoleh penghargaan di berbagai ajang pertunjukan tari, baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satunya adalah penghargaan Tempio de Oro di Italia, yang berlangsung dengan diikuti oleh sejumlah 35 negara di seluruh dunia.

9. Tari Sembah Nyai

https://www.senibudayabetawi.com/

Tari Betawi selanjutnya adalah Tari Sembah Nyai yang diciptakan oleh Dadi Djaja dan sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu. Tarian ini berasal dari wilayah Betawi Tengah yang sekilas terlihat seperti Tari Sekapur Sirih. Menurut senibudayabetawi.com, penciptaan tarian ini hampir sama dengan Tari Kembang Lambang Sari yang  sama-sama terinspirasi dari kisah Bapak Jantuk.

10. Tari Renggong Manis

Tari Betawi
https://www.setubabakanbetawi.com/

Tari Renggong Manis ini ternyata merupakan hasil dari persilangan beberapa budaya, yakni Betawi, Arab, India, dan Cina Klasik. Mengingat bahwa letak Provinsi Jakarta itu tepat berada di Pelabuhan Sunda sebagai gerbang masuk wilayah Indonesia di masa lalu, tentunya persilangan budaya tersebut waja  terjadi. Biasanya, pertunjukan Tari Betawi yang satu ini dilakukan untuk menyambut tamu di acara-acara resmi.

Nantinya, pertunjukan tari ini akan diiringi dengan musik Gambang Kromong yang didominasi suara rebab dua dawai. Sementara pada kostumnya, warna dan motif kain lebih mencolok karena terpengaruh oleh budaya Cina.

11. Tari Samra

https://www.setubabakanbetawi.com/

Berbeda dengan Tari Betawi lainnya, pada Tari Samra ini justru hanya dipentaskan oleh penari laki-laki saja. Gerakan utamanya berupa gerakan silat yang ditampilkan lebih lembut tetapi tetap mematikan. Biasanya, akan diiringi pula oleh alunan musik Orkes Gambus dan dipertunjukkan ketika acara hajatan, pernikahan, maupun khitanan.

12. Tari Ngarojeng

Tari Betawi
https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/

Tari Betawi selanjutnya adalah Tari Ngarojeng yang ternyata merupakan tari kreasi baru ciptaan Wiwiek Widiastuti. Dalam bahasa Betawi, istilah “ngarojeng” berasal dari kata “ngaronggeng ajeng”, sehingga dalam praktiknya pun diadaptasi dari musik Ajeng yang berupa musik tetabuhan. Biasanya, tarian ini akan digunakan untuk mengiringi upacara pernikahan dan berkembang di wilayah Betawi pinggiran.

Sedikit trivia saja nih, musik Ajeng ternyata sangat mengungkapkan adanya kesabaran, kekuatan, dan ketegaran dalam menjalani hidup. Makna dari tarian ini adalah penggambaran kehidupan para perempuan Betawi di masa lalu, terutama dalam kemampuannya berumah tangga.

13. Tari Yapong

https://www.senibudayabetawi.com/

Apakah Grameds tahu bahwa Tari Yapong ini ternyata tercipta setelah masa kemerdekaan Indonesia? Yap, tepatnya pada tahun 1977, seorang penari legendaris bernama Bagong Kusudiarjo berhasil menciptakan tarian kreasi ini ketika acara Peringatan Ulang Tahun DKI Jakarta ke-450. Melalui tari ini, Beliau mengangkat cerita akan perjuangan Pangeran Jayakarta. Meskipun tarian ini termasuk tari kreasi baru, tetapi gerakan-gerakannya telah didasarkan pada kebudayaan masyarakat Betawi. Bahkan pada awal pementasannya pun, ada sekitar kurang lebih 300 seniman yang ikut andil dalam tarian ini.

Asal-usul penamaan tarian ini adalah dari musik pengiringnya yang berbunyi “ya…ya…ya…”, kemudian baru terdengar suara musik lanjutan berupa “pong…pong…pong…”. Sama halnya dengan tarian lain yang mendapatkan akulturasi dari budaya lain, pakaian penari pada Tari Yapong pun juga menggunakan motif naga berwarna merah sebagai bentuk adanya unsur budaya Tionghoa.

14. Tari Sirih Kuning

https://www.senibudayabetawi.com/

Menurut sejarah, terciptanya Tari Sirih Kuning sebagai salah satu jenis tari Betawi adalah karena terinspirasi dari Tari Cokek sebagai tari pergaulan. Itulah mengapa, tarian ini dilakukan secara berpasangan antara penari laki-laki dan perempuan. Umumnya, tarian ini akan dipentaskan untuk menyambut tamu dan memeriahkan acara-acara khusus seperti pernikahan.

Jika Grameds pernah melihat pertunjukan dari Tari Sirih Kuning ini, pasti sadar bahwa pakaian yang dikenakan oleh para penari berupa baju tradisional Tionghoa. Tidak hanya pada pakaiannya saja yang mendapatkan pengaruh budaya Tionghoa, tetapi juga pada aksesoris yang berupa tusuk konde, bunga, hingga cadar hiasan kepala.

15. Tari Ondel-Ondel

https://www.detik.com/

Tari Betawi yang terakhir adalah Tari Ondel-Ondel yang begitu populer bahkan bagi masyarakat di luar suku Betawi. Sesuai dengan namanya, tarian ini tercipta setelah adanya inspirasi oleh boneka besar yang terbuat dari anyaman bambu. Yap, boneka ondel-ondel yang memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter dan diameter kurang lebih 0,8 meter ini merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Betawi. Namun, tarian ini tidak menggunakan boneka ondel-ondel sebagai propertinya ya… 

Tari Ondel-Ondel adalah wujud penggambaran keceriaan dari seorang gadis yang sudah diperbolehkan mengikuti pesta, dimana pesta tersebut selalu dimeriahkan dengan adanya boneka ondel-ondel. Bagi sebagian besar masyarakat Betawi, keberadaan boneka ondel-ondel memang digunakan sebagai penolak bala.

Sumber:

https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/

https://www.kebudayaanbetawi.com/

https://www.setubabakanbetawi.com/

https://mapelweb.com/

https://budayalokal.id/

https://www.senibudayabetawi.com/

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Evanda

Karya saya di bidang ini mencakup berbagai artikel, e-novel, cerpen, hingga beberapa puisi yang mulai saya pelajari. Tak ketinggalan, saya juga tentunya (dan semestinya) gemar membaca, termasuk membaca berbagai sumber untuk karya tulis saya, maupun karya-karya orang lain yang menginspirasi. Saya juga sangat senang dengan dunia seni.