Macam Unsur Ekstrinsik Novel – Dalam penulisan karya sastra terutama novel, tidak bisa dilepaskan dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur itu akan selalu ada dalam jenis novel apa saja. Penggabungan kedua unsur tersebut dapat membangun alur dan suasana yang ada di dalam novel. Bukan hanya membangun novel, tetapi pembaca akan larut seolah-olah masuk ke dalam “dunianya penulis”.
Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur pembangun yang ada di dalam novel, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur pembangun yang berasal dari luar novel. Beberapa orang menemukan makna dari novel melalui unsur intrinsik saja, ada juga yang mendapatkan maknanya melalui unsur ekstrinsik, dan ada juga yang mendapatkan maknanya berkat unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Jika membahas kedua unsur tersebut dalam satu artikel rasanya akan sangat lama. Artikel ini akan membahas salah satu unsur pembangun novel. Supaya lebih mengenal dan memahami unsur ekstrinsik novel kamu bisa membaca artikel ini, Grameds. Jadi, tunggu apalagi baca artikel ini sampai habis ya.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang unsur ekstrinsik, kita akan mengenali terlebih dahulu apa itu novel.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Secara sederhana, novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang ditulis oleh pengarang cukup panjang dan kompleks yang berisi tentang pengalaman, suatu peristiwa, dan kehidupan sosial.
Table of Contents
Pengertian Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur pembangun yang berada di luar novel karena pembaca akan kesulitan untuk mendapatkan makna atau memahami cerita-cerita yang ada di dalam novel.
Sementara itu, dari sudut pandang pengarang, unsur ekstrinsik sangat perlu untuk dipahami karena akan memengaruhi karya sastra (baca: novel) yang dikarangnya. Pengarang yang memahami unsur ekstrinsik akan lebih mudah untuk menemukan berbagai macam sudut pandang dan meningkatkan daya imajinasi.
Unsur ekstrinsik novel bisa dikatakan sebagai subjektivitas pembaca dalam memahami atau memaknai cerita-cerita yang ada di dalam novel. Makna-makna yang terkandung dalam novel bisa dilihat dari latar belakang pengarang, sudut pandang pengarang, Pembaca dapat memahami “dunia pengarang”.
Jika dilihat secara sekilas, unsur ekstrinsik hampir sama dengan “amanat” yang ada di dalam unsur intrinsik. Amanat dalam unsur intrinsik biasanya selalu memiliki nilai-nilai positif yang terkandung di dalam cerita novel. Sedangkan unsur ekstrinsik berisi nilai-nilai yang sangat melekat pada kehidupan sehari-hari.
Unsur ekstrinsik memang bagian dari unsur pembangun novel, tetapi dalam membuat novel pengarang harus menggunakan unsur-unsur intrinsik. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pengarang tidak akan bisa membuat novel jika tidak menggunakan unsur intrinsik dan pengarang yang tidak menggunakan unsur ekstrinsik, hasil karya sastranya tidak akan menyentuh perasaan pembaca.
Unsur ekstrinsik bukan hanya terdiri dari nilai-nilai saja, pembaca akan mengetahui banyak hal dari unsur ekstrinsik novel. Dengan kata lain, unsur ekstrinsik adalah gambaran dari suatu realita kehidupan yang pernah terjadi, sedang terjadi, atau akan terjadi di kemudian hari.
Pengertian Unsur Ekstrinsik Menurut Para Ahli
1. Menurut Winda Dwi Hudhana dan Mulasih
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun suatu prosa yang terdapat di luar prosa atau unsur yang melatarbelakangi pengarang untuk membuat karya sastra.
2. Menurut Tjahjono
Tjahjono mengatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah berbagai macam hal yang berasal dari di luar dari struktur karya sastra. Meskipun berasal dari luar struktur karya sastra, tetapi unsur ekstrinsik tetap memengaruhi karya sastra.
3. Menurut Aminuddin
Aminuddin menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang letaknya ada di luar dari karya sastra atau cerita, tetapi unsur tersebut dapat menentukan bentuk dan isi dari sebuah karya sastra.
4. Menurut Sumasari
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang dapat menyusun atau membentuk karya sastra yang sumbernya berasal dari luar karya sastra. Sumasari juga mengatakan bahwa unsur ekstrinsik berhubungan dengan hal-hal, seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, dan lain-lain.
5. Menurut Mido
Unsur ekstrinsik adalah latar belakang dan sumber informasi yang tidak bisa dianggap remeh karena mempunyai arti, nilai, dan pengaruhnya terhadap karya sastra.
6. Menurut Nurgiyantoro
Nurgiyantoro mengatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang asalnya dari luar karya sastra yang secara tidak langsung akan memengaruhi bangunan atau sistem atau bagian terpenting dari karya sastra.
Karakteristik Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik dalam dunia sastra sangat banyak dan setiap ahli sastra membagi unsur ekstrinsik ke dalam beberapa bagian. Dengan pembagian ini, pembaca akan lebih mudah untuk menentukan unsur ekstrinsik yang terkandung di dalam novel. Untuk lebih jelasnya kamu bisa membaca penjelasannya di bawah ini.
Rene Wellek dan Austin Warren
Rene Wellek dan Austin Warren mengungkapkan bahwa unsur ekstrinsik dalam novel dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Hubungan Karya Sastra dengan Biografi
Lahirnya karya sastra yang dapat dibaca oleh banyak orang disebabkan karena adanya sang pengarang itu sendiri. Setiap pengarang pasti memiliki kisah perjalanan hidup yang dapat menentukan karya sastra yang akan dibuat. Dengan unsur ekstrinsik karya sastra dengan biografi pengarang, maka pembaca akan mengetahui kemampuan moral, mental, dan intelektual pengarang.
Bagi kalian yang ingin menuliskan biografi seorang tokoh dalam bentuk novel dibutuhkan riset yang mendalam. Riset yang dilakukan bisa dimulai dari dokumen, surat-surat resmi atau tidak resmi, saksi mata dari tokoh yang ingin ditulis, dan pernyataan otobiografis.
2. Hubungan Karya Sastra dengan Psikologi
Karya sastra yang dibuat oleh pengarang tidak bisa dilepaskan dari psikologi pengarang melalui tokoh dalam novel. Psikologi pengarang biasanya dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan pengarang. Setiap perjalanan hidup pengarang bisa dijadikan sebagai ide untuk membangun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik ini bisa dikatakan sebagai psikologi sastra.
Rene Wellek dan Austin Warren menyatakan bahwa psikologi sastra memiliki empat kemungkinan. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau studi pribadi. Kedua, Studi psikologi sebagai proses kreatif. Ketiga, studi psikologi sebagai hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, studi psikologi yang langsung berdampak kepada pembaca.
3. Hubungan Karya Sastra dengan Masyarakat
Tak bisa dipungkiri bahwa karya sastra akan selalu berkaitan dengan realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Maka dari itu, tak sedikit orang yang mengatakan bahwa karya sastra berkaitan dengan ilmu sosiologi. Pengarang yang mampu melihat kehidupan sosial dari berbagai macam sudut pandang akan menghasilkan karya sastra yang penuh dengan makna.
Rene Wellek dan Austin Warren menyatakan bahwa hubungan karya sastra dengan masyarakat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sosiologi pengarang, isi karya sastra yang berkaitan langsung dengan kehidupan sosial, dan permasalahan pembaca setelah membaca suatu karya sastra.
4. Hubungan Karya Sastra dengan Pemikiran
Berkat kemampuan pengarang dalam berpikir, maka dapat membuat karya sastra yang sarat akan makna. Oleh karena itu, karya sastra tidak bisa dipisahkan dari sebuah pemikiran yang dimiliki oleh pengarang. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh pengarang, pemikiran-pemikiran yang terlihat rumit dapat dibungkus menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibaca oleh banyak orang.
Pemikiran-pemikiran yang dapat dihubungkan dengan karya sastra sangat beragam, mulai dari pemikiran ideologi, pemikiran pengetahuan dan teknologi, dan pemikiran manusia itu sendiri. Dengan demikian, bisa dibilang bahwa karya sastra merupakan karya tulis yang dapat merefleksikan suatu pemikiran kepada pembaca.
Nurgiyantoro
Nurgiyantoro membagi unsur ekstrinsik menjadi empat bagian, yaitu keadaan subjektivitas dari pengarang, biografi pengarang, keadaan psikologi, dan keadaan sosial dan lingkungan pengarang.
1. Keadaan Subjektivitas Pengarang
Watak tokoh yang ada di dalam novel merupakan hasil dari subjektivitas pengarang. Pengarang akan memilih watak tokoh yang sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan. Jika watak tokoh tidak disesuaikan, maka cerita-cerita dalam novel tidak bisa dibangun.
Pada umumnya, keadaan subjektivitas pengarang berupa sikap, keyakinan, pandangan hidup, ideologi, dan sebagainya. Dengan demikian, keadaan subjektivitas pengarang ini dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran pengarang.
2. Biografi Pengarang
Beberapa cerita novel mengisahkan tentang pengalaman pribadi atau perjalanan hidup dari pengarang itu sendiri. Meskipun, berasal dari perjalanan hidup pengarang, bukan berarti cerita yang disampaikan tidak menarik. Bahkan, novel yang berasal dari perjalanan hidup pengarang bisa menginspirasi pembaca.
Dengan memahami biografi pengarang, pembaca akan lebih mudah untuk memahami jalan pikiran pengarang yang dituangkan ke dalam novel. Jadi, jangan pernah ragu untuk mengetahui biografi pengarang terutama pengarang yang kamu favoritkan.
3. Keadaan Psikologi
Keadaan psikologi pengarang akan memengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Bukan hanya dalam menulis karya sastra, keadaan psikologi dapat memengaruhi aktivitas kita sehari-hari. Keadaan psikologi harus selalu diperhatikan dengan baik karena dapat membantu setiap pengarang dalam menyelesaikan sebuah karya sastra dengan hasil yang optimal.
Bagus atau tidaknya suatu penulisan dalam novel bisa dipengaruhi melalui keadaan psikologi pengarang. Kondisi pengarang psikologi pengarang yang dimaksud bisa berupa pikiran-pikiran pengarang dan suasana hati pengarang. Dengan demikian, keadaan psikologi pengaran sangat berperan penting dalam penulisan atau pembuatan karya sastra terutama novel.
Dengan memahami penulisan dalam sebuah novel, pembaca dapat merasakan kondisi psikologi pengarang melalui novel yang dibuatnya.
4. Keadaan Sosial dan Lingkungan Pengarang
Dalam menulis sebuah novel, pengarang akan selalu dipengaruhi dengan keadaan sosial dan lingkungan pengarang. Oleh sebab itu, setiap novel yang ditulis pengarang akan selalu ada cerita yang menggambarkan kehidupan sosial yang benar-benar nyata atau sesuai dengan realita kehidupan, sehingga pembaca bisa ikut merasakan kehidupan sosial seperti di dalam novel.
Keadaan sosial dan lingkungan pengarang meliputi, kondisi ekonomi, kondisi politik, kondisi pendidikan, kondisi budaya, serta kondisi pengetahuan dan teknologi. Semua kondisi tersebut akan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman.
Kosasih
Kosasih membagi unsur ekstrinsik menjadi tiga bagian, yaitu latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya, dan tempat atau lokasi karya dibuat.
1. Latar Belakang Pengarang
Dalam memahami suatu karya sastra novel, pembaca perlu memahami latar belakang pengarang karena karya sastra dan pengarang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Terlebih lagi kondisi psikologi pengarang akan memengaruhi novel yang dibuatnya. Latar belakang pengarang ini bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pengalaman pribadi, dunia imajinasinya.
Latar belakang pengarang dalam menulis novel bisa dilihat dari karya-karya yang pernah ditulis. Dengan memahami latar belakang pengarang, maka pembaca akan terbawa ke dalam “dunia pengarang”. Jika sudah masuk ke “dunia pengarang”, pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pengarang melalui cerita-cerita yang ditulis oleh pengarang.
2. Kondisi Sosial Budaya
Pengarang akan selalu melihat kondisi sosial budaya yang sedang dialami dirinya, sehingga karya sastra yang dihasilkan akan berkaitan dengan kondisi sosial pengarang. Namun, ada beberapa pengarang yang melihat kondisi sosial budaya yang sudah terjadi. Novel yang ditulis berdasarkan kondisi sosial budaya yang sudah terjadi atau bahkan kondisi sosial budaya yang dialami oleh orang lain.
Selama pengarang mampu melihat kondisi sosial budaya dari berbagai macam sudut pandang, maka bisa menghasilkan cerita-cerita novel yang menarik. Oleh sebab itu, karya sastra selalu dikenal sebagai sebuah karya yang dapat mencerminkan kondisi sosial budaya yang dialami oleh masyarakat.
3. Tempat atau Lokasi Karya Dibuat
Bagi sebagian pengarang untuk mendapatkan karya sastra yang diinginkan harus mendatangi tempat untuk membuat karya sastra itu, sehingga latar tempat yang ada di dalam cerita sama dengan tempat pengarang membuat sebuah cerita. Bukan hanya itu, pembaca akan mengetahui lebih banyak tentang tempat di mana pengarang tersebut menulis cerita. Singkatnya, pengetahuan pembaca akan suatu tempat akan bertambah.
Latar tempat yang dimasukkan ke dalam cerita dapat membangun suasana cerita, sehingga perasaan pembaca akan tersentuh. Terlebih latar tempat yang digunakan oleh pengarang merupakan tempat di mana pengarang menulis cerita dan tempat di mana banyak kenangan itu berkumpul.
Aminuddin
Aminuddin membagi unsur ekstrinsik menjadi beberapa nilai, yaitu nilai agama, nilai moral, nilai sosial, dan nilai budaya.
1. Nilai Agama
Setiap cerita di dalam novel yang kita baca pasti mempunyai nilai-nilai yang bisa kita ambil. Salah satu nilai yang terkandung di dalam novel adalah nilai agama. Nilai agama memang biasa ditemukan di dalam novel yang bernuansa agama. Namun, ada beberapa novel yang bukan bergenre agama, tetapi didalamnya terkandung nilai-nilai agama.
Maka dari itu, nilai agama adalah nilai-nilai yang terdapat di dalam cerita novel yang berupa ajaran-ajaran atau aturan-aturan suatu agama. Pembaca akan mengetahui nilai-nilai yang terkandun di dalam suatu agama.
2. Nilai Moral
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa dilepaskan dari yang namanya nilai moral. Nilai moral ini sudah tertanam di dalam lingkungan masyarakat sejak lama. Nilai moral itu bisa biasanya berupa sopan santun, menjaga akhlak, dan lain-lain. Nilai-nilai moral ini umumnya akan hadir di dalam sebuah novel.
Dengan memahami nilai-nilai moral dari novel, pembaca bisa menerapkan nilai-nilai moral itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, nilai moral adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan etika
3. Nilai Sosial
Tak bisa dipungkiri jika karya sastra merupakan salah satu karya tulis yang dapat mencerminkan kondisi sosial yang terjadi. Oleh karena itu, setiap karya sastra pasti memiliki nilai sosial yang bisa diambil oleh pembaca dan wawasan pembaca akan suatu kehidupan sosial menjadi bertambah.
Nilai sosial adalah nilai-nilai- yang ada di dalam novel yang berhubungan dengan kondisi masyarakat atau lingkungan sosial. Melalui nilai sosial, pembaca akan mudah untuk memahami interaksi antar tokoh novel.
4. Nilai Budaya
Kebudayaan akan selalu melekat dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya akan selalu hadir di dalam sebuah novel. Nilai budaya itu sendiri merupakan nilai-nilai yang selalu terhubung dengan kebiasaan atau tradisi di suatu daerah.
Baca Juga:
- Contoh Puisi
- Kumpulan Contoh Cerpen
- Ciri-ciri Cerpen
- Perbedaan Cerpen dan Novel
- Pengertian Unsur Ekstrinsik dalam Novel dan Cerpen
- Cara Membuat Cerpen
- Contoh Cerita Anak Fiksi Pengantar Tidur
- Pengertian Cerita Fiksi
- Contoh Cerita Non Fiksi
Kesimpulan
Dalam sebuah karya sastra unsur ekstrinsik akan selalu ada. Pembaca akan mudah untuk memahami karya sastra jika mengaitkan atau menghubungkan karya sastra dengan unsur-unsur ekstrinsik yang ada.
Sedangkan pengarang atau penulis novel akan lebih mudah untuk menulis cerita jika memerhatikan unsur-unsur ekstrinsik yang berada di dalam diri atau berada di luar dari diri manusia. Singkatnya, unsur ekstrinsik dan karya sastra akan selalu melekat satu sama lain dan tak bisa dilepaskan.
Sumber: Dari berbagai macam sumber
ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien