in

Memahami Pancakaki, Urutan Silsilah Keluarga Sunda

Sumber foto: kompas.com

Halo, Grameds! Apakah Grameds pernah mendengar istilah Pancakaki? Dalam budaya Sunda, Pancakaki memiliki arti penting sebagai sistem silsilah keluarga yang digunakan untuk memahami hubungan kekerabatan, baik dari garis keturunan ayah maupun ibu.

Pancakaki tidak hanya sekadar urutan silsilah keluarga Sunda, tetapi juga mengandung nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, dan tanggung jawab antar generasi. Artikel ini akan membantu Grameds memahami lebih dalam tentang Pancakaki. Mari kita telusuri jejak keluarga dan mengenal lebih jauh akar budaya Sunda!

 

Apa itu Pancakaki?

Dalam konteks budaya Sunda, Pancakaki merujuk pada sistem silsilah atau urutan keluarga yang menggambarkan hubungan antar anggota keluarga. Pancakaki mencakup kekerabatan dari garis keturunan ayah maupun ibu, dan biasanya disusun untuk menunjukkan urutan keturunan secara jelas.

Istilah Pancakaki berasal dari bahasa Sunda, yang secara harfiah berarti “urutan” atau “jaringan.” Maknanya lebih luas dari sekadar urutan, karena Pancakaki juga menekankan pentingnya menjaga hubungan kekeluargaan dan menghormati leluhur.

Secara filosofis, Pancakaki memiliki makna mendalam dalam budaya Sunda. Sistem ini mencerminkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang sangat menghargai leluhur serta hubungan yang terjalin antar generasi.

Menurut Taufik Hidayat (2005) dalam bukunya Peperinian Urang Sunda menjelaskan bahwa dalam budaya Sunda, istilah Pancakaki memiliki dua makna. Pertama, Pancakaki merupakan hubungan antar orang yang memiliki ikatan keluarga atau saudara. Kedua, Pancakaki juga berarti menelusuri riwayat kekeluargaan.

Mengetahui Pancakaki sangat penting dalam budaya Sunda karena ada adat istiadat yang mewajibkan setiap anggota keluarga untuk menyebut dan memperlakukan sesama anggota keluarga dengan sebutan yang tepat.

Dalam masyarakat Sunda, penggunaan sebutan untuk anggota keluarga seperti emang (paman), bibi (tante), aki (kakek), atau nini (nenek), harus sesuai dengan hubungan kekerabatan yang sebenarnya. Dengan mengikuti aturan pancakaki, setiap orang diharapkan memahami urutan dan posisi mereka dalam struktur keluarga yang lebih luas.

Pancakaki berfungsi sebagai pedoman dalam mengenali posisi setiap anggota keluarga sehingga setiap orang tahu panggilan yang harus digunakan, terutama dalam percakapan sehari-hari atau acara keluarga.

Jika aturan pancakaki ini tidak dipahami, sebutan untuk setiap anggota keluarga bisa menjadi keliru, yang dalam adat Sunda bisa dianggap kurang menghormati posisi atau kedudukan seseorang di dalam keluarga. Oleh karena itu, memahami pancakaki bukan hanya sekadar mengetahui silsilah keluarga, tetapi juga menjaga nilai sopan santun dan penghormatan antar generasi dalam budaya Sunda.

 

Pancakaki atau Silsilah Keluarga Sunda

Berikut ini adalah istilah silsilah keluarga, kekerabatan, dan persaudaraan dalam masyarakat Sunda yang harus Grameds pahami:

A. Istilah Keturunan

Berikut adalah istilah keturunan dalam pancakaki:

1. Bapa: orang tua laki-laki atau bapak

2. Indung: orang tua perempuan atau ibu

3. Aki: orang tua laki-laki dari bapak atau dari ibu (kakek)

4. Nini: orang tua perempuan dari bapak atau dari ibu (nenek)

5. Uyut: bapak atau ibu dari kakek atau nenek

6. Bao: bapak atau ibu dari uyut

7. Janggawaréng: bapak atau ibu dari bao

8. Udeg-udeg: bapak atau ibu dari janggawaréng

9. Kakait siwur: bapak atau ibu dari udeg-udeg

10. Karuhun: garis keturunan ke atas yang sudah meninggal dunia, sedangkan yang masih hidup disebut sesepuh

11. Anak: keturunan pertama (anak)

12. Incu: keturunan kedua atau cucu

13. Buyut: keturunan ketiga atau cicit

14. Bao: keturunan keempat atau anak dari cicit

Kehidupan Masyarakat Tradisional di Jawa Barat

Masyarakat Baduy dikenal sebagai masyarakat hukum adat-tradisional yang berada di ujung barat Provinsi Banten. Mereka masih memegang teguh adat istiadat yang dibawa dari zaman leluhur, dan sekarang kehidupan mereka menjadi daya tarik wisatawan lokal dan internasional. Gaya hidup mereka mengundang perhatian para peneliti dari disiplin antropologi atau bidang kajian lain, termasuk masyarakat pada umumnya. Meskipun demikian, kehidupan orang Baduy tidak selalu demikian.

Sikap hidup menutup diri dari perkembangan ilmu dan teknologi yang berasal dari luar dipilih berdasarkan alasan-alasan yang berasal dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Salah satunya, sebagai upaya untuk terus mempertahankan nilai-nilai kultural dan spiritual yang rentan digerus perkembangan teknologis.

Kehidupan Masyarakat Tradisional di Jawa Barat adalah sebuah buku yang secara khusus mengupas tuntas mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat tradisional yang ada di wilayah Jawa Barat.

 

B. Istilah Saudara atau Keluarga Lainnya

Sumber foto: kompas.com

Berikut adalah istilah saudra atau keluarga lainnya dalam pancakaki:

1. Adi: adik atau saudara kandung yang lebih muda

2. Lanceuk: kakak atau saudara kandung yang lebih tua

3. Emang/mamang: paman atau adik laki-laki ibu/bapak

4. Bibi: adik perempuan bapak/ibu

5. Toa/uwa: kakak dari bapak atau ibu (perempuan atau laki-laki)

6. Alo/suan: keponakan, anak kakak atau anak adik

7. Aki tigigir: laki-laki yang merupakan adik atau kakak dari kakek atau nenek

8. Nini tigigir: perempuan yang merupakan adik atau kakak dari kakek atau nenek

9. Kapiadi: laki-laki atau perempuan yang merupakan anak dari adik-nya orangtua (anak dari amang/paman)

10. Kapilanceuk: laki-laki atau perempuan yang merupakan anak dari kakak-nya orangtua (anak dari uwa)

11. Adi beutueung (adik ipar): laki-laki atau perempuan yang menjadi adik dari pasangan

12. Lanceuk beutueng (kakak ipar): laki-laki atau perempuan yang menjadi kakak dari pasangan.

13. Mitoha (mertua): Sebutan untuk orangtua dari pasangan

14. Minantu (menantu): Sebutan untuk pasangan dari anak kandung

15. Tunggal (anak tunggal): Sebutan untuk anak satu-satunya dari sebuah keluarga.

16. Cikal: Anak Pertama dari sebuah keluarga

17. Panengah: Anak yang kelahirannya berada paling tengah di antara keseluruhan anak (berlaku untuk yang mempunyai anak dalam jumlah ganjil)

18. Pangais bungsu: Anak yang lahir sebelum anak terakhir (urutan kedua dari bawah, dan berlaku untuk keluarga yang mempunyai anak lebih dari dua)

19. Bungsu: Anak yang lahir paling akhir dari sebuah keluarga

20. Adi sabrayna: adik sepupu yang masih berada di jalur keturunan kakek dan nenek

21. Lanceuk sabrayna: kakak sepupu yang masih berada di jalur keturunan kakek dan nenek

22. Dulur pet ku hinis (saudara kandung): saudara yang masih satu ibu dan satu bapak.

863 Babasan Jeung Paribasa Sunda Edisi Revisi

button cek gramedia com

Jumlah judul buku pembelajaran Bahasa Sunda, terutama yang berkaitan dengan kosa kata, masih sulit ditemukan di pasaran. Saya menyusun buku “1863 Babasan Jeaung Paribasa Sunda” untuk memperkaya buku-buku yang ada.

Buku ini juga dilengkapi dengan Aksara Sunda yang Baku (Kaganga) sehingga kita dapat belajar Bahasa Sunda berikut dengan aksara bakunya. Buku ini dapat dipakai oleh siswa sekolah dasar hingga sekolah lanjutan serta masyarakat umum. Supaya mudah dimengerti oleh para pembaca tersebut, buku ini disusun selengkap mungkin dan dijelaskan serinci mungkin. Buku 1863 Babasan Jeung Paribasa Sunda berisi tentang ungkapan dan peribahasa dalam bahasa Sunda yang jumlahnya sebanyak 1.863. Dalam setiap babasan atau paribasa, telah dilengkapi dengan penjelasan, arti dan aksara sunda (kaganga). Buku ini ditulis dengan bahasa pengantar bahasa Sunda. Selain itu, buku ini disusun dengan tujuan salah satunya adalah sebagai buku pelajaran bahasa Sunda. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk digunakan secara umum.

 

Cara Menyusun Silsilah Keluarga

Sumber foto: kompas.com

Berikut adalah cara menyusun urutan silsilah keluarga Sunda:

1. Mengumpulkan Informasi Dasar

Langkah pertama dalam menyusun urutan silsilah keluarga Sunda adalah mengumpulkan informasi dasar, yaitu sebagai berikut:

  • Pertama adalah mencatat nama setiap anggota keluarga, hubungan kekerabatan, serta asal-usul mereka. Informasi ini mencakup nama lengkap, tanggal lahir, dan posisi mereka dalam keluarga.
  • Lakukan wawancara dengan orang tua, kakek-nenek, atau anggota keluarga yang lebih tua untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dan cerita tentang leluhur. Dengan berbicara langsung kepada generasi sebelumnya, Grameds bisa memperoleh detail tambahan yang mungkin tidak terdokumentasikan.

2. Mengorganisir Data

Langkah kedua dalam menyusun urutan silsilah keluarga Sunda adalah mengorganisir data:

  • Setelah informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun data keturunan dalam format yang sesuai dengan Pancakaki. Atur data tersebut dalam urutan yang mudah dipahami dan jelas, misalnya dari generasi tertua ke generasi termuda atau sebaliknya.
  • Untuk memperjelas hubungan kekerabatan antar-generasi, Grameds bisa menggunakan simbol atau penanda khusus, seperti warna atau garis penghubung, yang menunjukkan garis keturunan ayah atau ibu. Dengan cara ini, struktur Pancakaki akan terlihat lebih rapi dan mudah dipahami.

3. Memilih Format Pancakaki

Terakhir, kamu bisa memilih format Pancakaki yang ingin kamu buat:

  • Ada beberapa format yang bisa Grameds pilih dalam menyusun Pancakaki, seperti struktur vertikal, horizontal, atau dalam bentuk pohon keluarga. Format vertikal dan horizontal lebih sederhana dan cocok untuk keluarga dengan sedikit generasi, sementara pohon keluarga memungkinkan lebih banyak ruang untuk menampilkan silsilah yang kompleks.
  • Tambahkan contoh visual sederhana untuk membantu Grameds dalam memahami dan membaca Pancakaki dengan mudah. Visualisasi yang tepat akan memudahkan dalam melacak hubungan antar anggota keluarga serta memberikan gambaran yang menyeluruh tentang struktur keturunan.

Dengan langkah-langkah ini, Grameds bisa mulai menyusun Pancakaki yang tidak hanya memuat informasi keluarga, tetapi juga menggambarkan hubungan kekerabatan dengan jelas dan mendalam sesuai tradisi budaya Sunda.

 

Kesimpulan

Memahami Pancakaki sebagai urutan silsilah keluarga Sunda memiliki nilai penting untuk bentuk penghormatan terhadap leluhur sekaligus upaya melestarikan budaya Sunda. Dengan menyusun Pancakaki, kita tidak hanya mengenali jejak silsilah keluarga, tetapi juga turut menjaga dan menghargai nilai-nilai kekerabatan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Gramin mengajak Grameds untuk mulai menelusuri dan menyusun Pancakaki keluarga masing-masing. Dengan langkah ini, kita bisa terus menjaga ikatan keluarga yang erat dan mewariskan nilai budaya yang bermakna bagi generasi selanjutnya. Selamat menelusuri sejarah keluarga, Grameds! Semoga usaha ini menjadi langkah kecil yang bermakna dalam melestarikan kekayaan budaya Sunda. Jangan lupa untuk dapatkan berbagai buku best seller tentang kebudayaan Sunda hanya di Gramedia.com.

 

Hitam Putih Jawa Sunda

Di dalam wacana umum, Perang Bubat antara Kerajaan Sunda versus Kerajaan Majapahit justru diawali dengan nuansa romantis, permainan hati antara dua lawan jenís yang ingin menyatu dalam keagungan pernikahan. Ya, berawal dari Raja Majapahit, Hayam Wuruk, yang saat itu jatuh hati dengan putri Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi.

Akan tetapi, tragedi Perang Bubat telah menyisakan luka, dendam dan permusuhan yang panjang. Prosesi pernikahan yang seharusnya berlangsung khidmat dan syahdu, justru berakhir dengan perang yang memilukan. Kedatangan rombongan Kerajaan Sunda ke Majapahit dengan niat awal untuk melaksanakan proses pernikahan, justru hanya untuk menjemput kematian.

Buku di tangan Anda ini menguak sejarah kelam antara Jawa dan Sunda. Di dalam buku ini, kita akan menemukan bagaimana awal mula terjadinya Perang Bubat. Kemudian, kita akan diajak untuk menyelami dampak-dampak yang muncul setelah terjadinya Perang Bubat tersebut. Pada bagian akhir, kita akan mengkaji rekonsiliasi yang dilakukan secara kultural maupun struktural untuk mengobati luka dan mengakhiri dendam.

Kehadiran buku ini berupaya mengupas secara objektif, mulai dari asal muasal, peristiwa Perang Bubat, dampak-dampak, dan juga upaya rekonsiliasi akibat Perang Bubat. Dengan nembaca buku ini, diharapkan pembaca akan menemukan bagaimana cara mengakhiri “perselisihan” melalui sejarah yang tidak pernah bisa kita ulang. Semoga buku ini dapat membuka tabir gelap agar kita dapat menyongsong masa depan lebih indah.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Laila