5 Hal Positif yang Kamu Rasakan Setelah Menjadi Minimalis
Menjalani hidup dari seorang maksimalis menjadi minimalis telah mengubah Fumio Sasaki, penulis buku Goodbye Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang. Dari semula seorang pemalu, ia kini jadi pribadi terbuka.
Pengalamannya saat memulai hidup dan selama jadi minimalis ia bagi lewat buku. Dimulai saat ia memutuskan pindah apartemen dan merasa hidupnya hampa. Ia tak merasa bahagia meski apartemennya dipenuhi barang-barang.
Alih-alih membuatnya bahagia, Fumio Sasaki justru merasa barang-barangnya hanya menambah beban hidupnya. Barang-barang, simpelnya, telah menguasai dirinya.
Ketika ia mulai membuang barang-barangnya justru hidupnya berubah. Kamu bisa membuktikan sendiri ucapan Fumio Sasaki. Coba tengok rumah atau kamarmu. Singkirkan barang-barang yang menurutmu tak diperlukan. Dan lihat perubahannya.
Fumio Sasaki mengalami hal-hal berikut ini setelah jadi minimalis. Kamu juga bisa mengalami hal serupa. Apa saja hal tersebut, berikut penjelasan lebih lengkapnya.
1. Membersihkan Rumah Jadi Lebih Mudah
Ini konsekuensi logis ketika rumah atau kamar kamu minim barang-barang. Jika semula di ruang tamu ada sofa dan kursi, meja dan lemari pajangan berikut isinya, maka bayangkan bila semua benda itu tak lagi ada.
Kamu tidak perlu repot menyapu, mengelap dan mengepel. Cukup disapu dan dipel sebentar sudah bersih. Sasaki menyebut tanpa banyak barang, membersihkan rumah jadi tiga kali lebih mudah.
2. Bebas untuk Bergerak
Sasaki menulis, "Tidakkah burung bebas terbang tinggi ke angkasa karena rumah mereka adalah sarang sederhana dan mereka tidak dibebani keinginan untuk menumpuk barang?"
Dulu, hidupnya berkebalikan dari burung. Apartemen lamanya penuh barang. Untuk memuaskan hobi fotografi analog, ia bahkan pernah punya ruang gelap untuk proses foto. Dulu, ia selalu membayangkan tempat tinggal berikutnya harus lebih luas, agar semua barangnya muat.
Setelah menerapkan minimalisme ia pindah ke apartemen yang lebih kecil dengan sedikit barang. Apartemen barunya berukuran 20 meter persegi dan ia merasa masih terlalu luas. Di tempat barunya ia kini lebih leluasa bergerak, bebas seperti burung.
3. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Seperti menumpuk benda, membandingkan diri dengan orang lain adalah kegiatan yang tak ada habisnya. Melihat orang lain memiliki rumah lebih besar, motor lebih keren atau smartphone lebih canggih bisa menimbulkan iri hati dan ujungnya, rasa bahagia kita terenggut.
Menjadi minimalis meniadakan rasa iri tersebut. Sebab, ketika kita berpisah dari benda-benda yang kita miliki, kita terbebas dari dorongan membandingkan diri dengan orang lain.
Lebih jauh lagi, tulis Fumio Sasaki, ketika bebas dari dorongan tersebut kita akan mulai menemukan siapa diri kita sesungguhnya.
4. Minimalisme Informasi dengan Melipat "Antena"
Sejatinya, menjadi minimalis tidak hanya berarti punya sedikit barang. Seorang minimalis akan fokus menata hidup karena tak lagi dibebani urusan barang-barang. Selain itu menjadi minimalis ternyata juga mempengaruhi seseorang memperoleh informasi dan mencernanya.
Contohnya, karena tak lagi punya TV ia terbebas dari siaran berita 24 jam yang isinya kebanyakan merisaukan hati. Juga dari berbagai acara buruk di TV. Ia jadi lebih leluasa memilih acara dan film favorit saja.
Memang, informasi sampah masih bisa masuk lewat jaringan internet dan medsos ke handphone. Tapi secara alamiah seorang minimalis akan melipat "antena" alias menyortir informasi buat dirinya.
Sepengalaman Fumio Sasaki, saat jadi minimalis ia mendalami meditasi, zen dan yoga. Ketiga metode olah tubuh itu membuatnya kian fokus, konsentrasi, dan sehat mental.
5. Minimalisme Bikin Kaya dan Peduli Lingkungan
Jangan dikira memiliki lebih sedikit barang berarti kamu miskin. Justru sebaliknya. Menjual barang bisa mendatangkan uang. Lalu, karena telah memutuskan diri jadi minimalis, gaji dan tabungan yang biasa habis untuk membeli barang malah utuh. Kamu bisa memanfaatkan uang tersebut untuk keperluan lain, seperti investasi atau traveling.
Selain itu, karena seorang minimalis hanya memiliki dan membeli barang yang benar-benar dibutuhkan serta mengharamkan menyimpan stok barang kebutuhan, otomatis ia turut berkontribusi pada perbaikan ekosistem lingkungan hidup. Seorang minimalis hidup dengan menghemat kertas, tisu, maupun penggunaan plastik kemasan.
Masih ada banyak manfaat yang bisa kamu rasakan bila menjalani hidup minimalis. Fumio Sasaki membeberkan semua faedahnya di buku Goodbye Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang.
Kamu bisa baca ulasan bukunya di sini, atau cari tahu sendiri sambil mempelajari setiap segi minimalisme langsung dari bukunya. Yuk, cari bukunya di Gramedia Digital.
Dapatkan e-book-nya di sini >>