6 Wujud Trauma Masa Kecil yang Mungkin Tidak Kamu Sadari!
Trauma tidak selalu disebabkan oleh satu peristiwa besar yang menyakitkan. Terkadang trauma juga bisa tumbuh dari hal-hal kecil yang tidak kita sadari. Trauma bisa menjadi akibat dari segala perlakuan buruk, rasa sakit, pengabaian halus, atau kebiasaan-kebiasaan menahan diri yang kita tidak sadari.
Seorang konselor di Inggris bernama Bobbi Banks, mengatasi banyak orang yang datang untuk berkonsultasi dengannya. Banyak yang datang dari keluarga utuh, tampak memiliki keluarga yang suportif dan bahagia, tetapi kenyataannya mereka selalu berjuang dengan permasalahan mental berbeda-beda, seperti kepercayaan diri yang rendah, kecemasan, depresi, bahkan hubungan asmara yang juga menjadi rusak.
Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang mengalami trauma dari kejadian besar yang menyakitkan. Seseorang masih bisa terluka meski tampak baik-baik saja. Mungkin selama ini kamu tidak menyadari ada hal-hal kecil yang menumbuhkan trauma yang lebih besar, Admin sudah rangkum beberapa di antaranya!
6 Trauma Masa Kecil yang Mungkin Tidak Kamu Sadari
1. Seringkali Tidak Dilihat, Didengar, dan Dicintai selama Tumbuh Besar
Tumbuh di lingkungan orang-orang yang bisa melihat, mendengarkan, dan mencintai kamu adalah sebuah berkah yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.
Sebaliknya, seseorang yang tumbuh merasa diabaikan sepanjang hidupnya akan dijangkiti perasaan trauma dan dan takut seperti takut ditinggalkan, takut diabaikan, dan takut dibuang. Rasa takut dibuang ini bisa menjadi isu yang besar dan menghancurkan relasi dengan banyak orang.
2. Orang Tua dan Keluarga yang Selalu Menyangkal Realita dan Perasaanmu
Trauma masa kecil kerap kali hadir dari orang tua dan keluarga sendiri. Keluarga sebagai figur yang sering dianggap sebagai support system pertama dalam hidup kita tidak selalu berjalan sebagaimana stigmanya.
Kebanyakan orang yang kesulitan menemukan kedamaian dari orang lain, merasa terancam dan tidak nyaman membuka diri kepada orang lain adalah orang-orang yang biasa disangkal perasaannya oleh orang-orang terdekat layaknya keluarga sehingga lebih sulit untuk percaya pada orang yang di luar keluarga.
3. Terbiasa Mengecilkan Kehadiran Diri Sendiri Demi Orang Lain
Kamu mungkin merasa lebih baik membahagiakan orang lain ketimbang dirimu sendiri. Kamu merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, sehingga kamu merasa perlu mengecilkan diri sendiri agar orang lain bisa mendapatkan panggungnya.
Kebiasaan kecil ini tanpa kamu sadari mewujudkan kebiasaan buruk yang lebih besar, seperti people pleasing, yang dapat membahayakan dirimu sendiri jika terus dilanjutkan tanpa mengonsiderasi keadaan pribadi.
4. Kebiasaan Menyingkirkan Kebutuhan Pribadi Demi Kebahagiaan Orang Lain
Masih berhubungan dengan kebiasaan mengecilkan diri sendiri, menyingkirkan kebutuhan pribadi demi orang lain adalah kebiasaan kecil yang suka dilakukan banyak orang namun dapat memperparah kesehatan mental. Banyak orang yang melakukan ini justru menjadi tidak bisa memahami skala prioritas dan kesulitan menerapkan batasan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Baca juga: Rekomendasi Buku yang Bisa Membuatmu Serasa Dipeluk dan Dimengerti
5. Selalu Mendapat Kasih Sayang dan Cinta Hanya Saat Sudah Menjadi yang Terbaik
Apakah kamu sering mendapat apresiasi saat juara kelas? Atau, saat menjadi orang sukses? Perhatikan saat dirimu belum menjadi apa-apa, apakah ada orang-orang yang juga tetap mengapresiasimu? Jika tidak, maka wajar apabila kamu merasa memiliki trauma.
Seseorang yang selalu mendapat kasih sayang dan cinta hanya saat mereka sudah menjadi yang terbaik dapat menimbulkan perasaan untuk terus membuktikan dirinya kepada banyak orang, haus akan validasi dari orang lain, dan bahkan pada beberapa kasus dapat membuat seseorang tidak mampu bergerak jika belum mendapatkan pujian dari orang lain.
6. Mendapat Perlakuan Posesif dan Controlling Berlebihan dari Orang Lain
Perlakuan posesif dan mengontrol yang berlebihan dari orang lain adalah hal yang mungkin tidak kamu sadari bisa menjadi perusak kesehatan mentalmu secara bertahap. Kamu bahkan bisa menganggap hal itu sebagai kasih sayang dari orang lain sehingga toleransimu terhadap hal-hal yang menyakitkan bisa menjadi sangat tinggi.
Banyak orang yang terbiasa dikontrol dan mendapat perlakuan posesif ini akhirnya pasrah berada di dalam hubungan yang abusive karena mereka mudah menoleransi rasa sakit baik secara mental maupun fisik.
Dari keenam wujud trauma masa kecil di atas, apakah kamu juga mengalami satu atau dua di antaranya? Jika ya, tidak perlu terlalu keras menyalahkan dirimu, sebab beberapa di antaranya memang di luar kendali kita. Maafkan dan ikhlaskan semua yang ada, ini bukan akhir dari segalanya sebab kamu masih bisa memperbaikinya. Kamu memang tidak bisa menghapus trauma, tetapi kamu bisa mengurangi dampak yang diberikan trauma itu terhadap dirimu.
Selain berhenti menyalahkan diri, memaafkan, dan mengikhlaskan, kamu juga bisa memfokuskan diri untuk terus berkembang menjadi orang yang lebih baik. Berikut adalah buku-buku yang bisa membantumu mengikhlaskan trauma dan fokus pada pengembangan diri sendiri, mulai dari buku self healing, buku self improvement, novel, hingga komik!
Rekomendasi Buku untuk Bantu Memulihkan Trauma
1. Utuh Sebagai Jiwa
"Kamu terlalu sensitif. Kamu lemah iman. Kamu cengeng."
Setiap tahun, hampir satu juta orang di dunia melakukan bunuh diri dengan masalah psikologis sebagai penyebab utamanya. Padahal, ini seharusnya bisa kita cegah, andai saja kita lebih peduli dan punya empati, serta memiliki akses informasi yang memadai. Sudah saatnya kita berhenti memberi stigma pada rekan-rekan kita dan menghakimi diri kita sendiri hanya karena memiliki masalah psikologis. Jiwa kita juga butuh dipupuk, tak hanya raga. Terkadang, kita butuh pertolongan untuk memahami perasaan dan pikiran kita sendiri, yang sering lupa kita perhatikan.
Ditulis berdasarkan fakta-fakta ilmiah, buku ini berisikan panduan umum mengenai depresi dan gangguan cemas, cara menghadapinya, dan proses penyembuhannya. Depresi dan cemas bisa dicegah. Bila sudah terjadi pun, kemungkinan terburuknya juga masih bisa dihindari.
2. Andromeda
Andromeda merupakan sekuel trilogi #MemoarSeorangBipolar. Dalam buku ini, Elnov melanjutkan kisah nyata perjuangan hidupnya sebagai ODB (Orang dengan Bipolar) dari buku Anomali, jatuh bangun melawan gangguan mental yang dialaminya. Dengan kejujuran dan kepiawaian menulis, Elnov makin dalam mengajak kita menyelami dua kutub konflik dalam dirinya.
Tak sekadar merasakan kebahagiaan dan depresi yang mendalam, Elnov seolah juga mengajak pembaca seraya menuntun mereka bertemu bintang-bintang. Terinspirasi dari legenda seorang putri Yunani yang juga digunakan sebagai penamaan salah satu rasi bintang, apakah Andromeda merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Elnov tentang hidupnya?
Kamu juga bisa membaca buku ini dalam bentuk e-book di sini >>> Andromeda.
3. I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki
Buku ini adalah salah satu buku yang mengangkat isu kesehatan mental terbaik di Korea Selatan. I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki berisi esai tentang pertanyaan, penilaian, saran, nasihat, dan evaluasi diri yang bertujuan agar pembaca bisa menerima dan mencintai dirinya.
Selain mengajak pembacanya untuk sembuh dari segala masalah kesehatan mental, buku ini juga mengandung motivasi pengembangan diri. Selain itu, buku ini mendapatkan sambutan baik karena pembaca merasakan hal yang sama dengan kisah Baek Se Hee. Tidak heran buku ini mendapatkan predikat best-seller di Korea Selatan.
4. Filosofi Teras
Filosofi Teras adalah buku yang dibahas banyak orang saat ini karena isinya yang menginspirasi. Lebih dari 2000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme, atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan.
Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. Temukan cara untuk menemukan kedamaian dan ketenangan di dalam buku ini!
5. Loving the Wounded Soul
Jiwa yang terluka, trauma, dan depresi adalah penyakit yang sangat mengganggu, bahkan dapat memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Di tengah pergulatan orang dengan depresi, banyak stigma yang melabeli sehingga mereka kesulitan untuk mendapatkan pertolongan. Regis Machdy, sebagai salah satu penyintas depresi dan akademisi psikologi, akan mengungkap apa itu depresi dan mengapa depresi rentan dialami manusia abad ini.
Buku Loving the Wounded Soul membahas depresi secara komprehensif, mulai dari aspek klinis dan budaya, faktor internal dan eksternal, serta higher meaning dari kehadiran depresi itu sendiri. Tak hanya menjadi pedoman bagi orang dengan depresi, buku ini juga penting bagi pendamping dan siapa saja yang ingin memahami kompleksitas jiwa sekaligus menemukan makna sejati kehidupan.
6. Lukacita
Menyembuhkan trauma dan luka pada mental bisa dilakukan dengan fokus membaca buku. Tentu untuk kamu yang suka hiburan tidak harus berkutat pada buku-buku serius saja. Untuk menemanimu, kamu bisa membaca novel yang banyak membahas self healing dan self improvement, seperti Lukacita!
Lukacita bercerita tentang perkembangan hidup dan diri seseorang, serta jatuh bangkit dan cita-cita yang terkhianati. Di dalamnya bercerita tentang Javier yang merupakan seorang pendiri perusahaan startup dengan karakter yang cukup idealis. Javier tidak sendiri sebagai tokoh utama dalam cerita, ada juga Utara, seorang mantan atlet catur yang sudah bergelut di dunia tersebut selama 14 tahun.
Dalam perjalanannya menjalankan startup, Javier bertemu dengan orang-orang yang tersisihkan dan gagal dalam hidupnya. Perjalanan tersebut memberi aura cerita self improvement yang kuat. Di samping itu, Utara atau Tara melalui proses yang sulit pula dalam menerima dirinya sebagai atltet catur. Ia mengidap disleksia sejak lahir dan itu menyulitkannya belajar.
Selain mendapatkan drama mengembangkan diri dari seorang Javier, kita juga mengenal luka dan cara Tara melampaui sakit yang dideritanya. Belum lagi trauma masing-masing tokoh yang akan banyak menguras emosi batinmu. Buku ini juga tersedia dalam versi e-book di sini >>> Lukacita.
7. Your Lie in April
Tentu hiburan tidak hanya kamu dapatkan pada novel, komik pun bisa kamu jadikan opsi untuk kamu baca di sela-sela proses penyembuhan mentalmu. Your Lie in April adalah komik yang mengangkat isu kesehatan mental, dipadu dengan tema musik yang indah. Kousei Arima dikenal sebagai anak ajaib yang menjuarai berbagai kompetisi piano. Bakatnya tidak tergantikan!
Akan tetapi, Ibunya, yang juga merupakan pelatih pianonya, meninggal di usia Arima yang ke-11. Sejak itu terjadi hal janggal pada dirinya, dia tak lagi mampu mendengar suara pianonya sendiri sehingga ia bahkan tidak bisa memainkan piano lagi. Ia selalu frustrasi akan hal ini, karier pianonya hancur berantakan. Rupanya itu adalah bentuk dari post-traumatic stress disorder yang diidapnya sejak kepergian sang Ibu.
Dua tahun lamanya Arima tidak menyentuh piano, suatu hari ia bertemu Kaori Miyazono, gadis ceria yang banyak mengubah hidupnya dalam mengatasi traumanya terhadap piano. Dan dari sinilah semuanya bermula! Kamu bisa cek volume lengkapnya di sini!
8. Erased
Komik ber-genre psikologi dapat memberimu pandangan baru terhadap kesehatan mental. Erased merupakan salah satu komik science fiction dan psychological yang bisa kamu pilih untuk memberikan insight mengenai kesehatan mental. Satoru Fujinuma memiliki sebuah kemampuan ajaib bernama ‘Revival’ di mana ia dapat mengembalikan satu waktu ke beberapa saat sebelum terjadinya suatu musibah, sehingga dia dapat mencegahnya.
Namun, sebuah kecelakaan memicu bangkitnya ingatan Satoru akan kasus penculikan berantai 18 tahun lalu yang ingin dilupakannya. Revival yang terjadi setelahnya pun ternyata berkaitan dengan kasus tersebut, dan kini melibatkan nyawa sang ibu. Ke manakah takdir akan membawa Satoru? Bisakah dia mengubah masa lalu untuk menyelamatkan nyawa sang Ibu yang terenggut di masa depan? Cek volume lengkapnya di sini!
Baca juga: Rekomendasi Buku 'Bergizi' untuk Menjaga Kesehatan Mental
Nah, itu dia beberapa rekomendasi bacaan yang bisa kamu ambil untuk membantu kamu memulihkan diri dan fokus pada pengembangan diri. Buku-buku di atas bisa kamu baca untuk menemani saat-saat kamu menerima trauma dan mengikhlaskannya! Tetap semangat dan jangan lupa, Gramedia.com selalu punya promo menarik untuk kamu!
Lihat penawaran spesial dari Gramedia.com hanya untuk kamu. Cek promonya di bawah ini yang bisa kamu gunakan agar belanja jadi lebih hemat! ⤵️
Penulis: Shaza Hanifah
Sumber foto header: childrenswi.org