Asal-usul Nama Wilayah di Jakarta, dari Ancol hingga Jagakarsa
Kota Jakarta akan merayakan hari jadinya yang ke-495 tahun pada tanggal 22 Juni. Nggak nyangka, ya, ternyata ibu kota kita sudah berusia hampir lima abad! Kira-kira, apakah Grameds punya pengalaman mengesankan dengan kota ini?
Nah, bagi kamu yang tinggal di Jakarta atau pernah berkunjung ke Jakarta, kamu tahu nggak, sih, kalau ternyata nama-nama wilayah di Jakarta bukan sekadar nama jalan saja, lho. Nama-nama itu punya sejarahnya sendiri. Nah, kali ini Admin bakal bahas asal-usul nama-nama wilayah di Jakarta.
Kira-kira wilayah-wilayah berikut ini pernah kamu tinggali atau kunjungi nggak, ya? Yuk, kita simak bersama bagaimana datangnya nama-nama wilayah di Jakarta.
Asal-usul Nama Wilayah di Jakarta
1. Ancol
Kita mulai dari daerah Ancol di Jakarta Utara yang sudah menjadi tempat rekreasi dari tahun 1968. Menurut KBBI, kata ‘ancol’ sendiri memiliki arti tanah yang menjorok ke laut atau dapat pula diartikan sebagai tanah mendidih yang berpayau.
Nah, saat era kolonial Belanda, kondisi laut Jawa sedang pasang, sehingga membuat air asin menggenang di daratan dan tercampur dengan air tawar dari kali. Air di sana pun menjadi payau. Karena airnya asin, orang Belanda saat itu menyebutnya sebagai Zoutelande yang berarti “Tanah Asin”.
2. Matraman
Grameds, sudah pernah menyambangi toko buku Gramedia Matraman belum? Hihihi, sekarang kita beralih ke daerah Matraman di Jakarta Timur, ya. Nah, nama wilayah Matraman ini ternyata berkaitan dengan seorang pangeran dari Mataram, saat peristiwa penyerangan melalui darat dari Sultan Agung terhadap VOC yang dipimpin JP Coen.
Kemudian, nama Matraman diambil dari kata Mataraman, karena kawasan tersebut dijadikan perkubuan atau benteng pertahanan oleh pasukan Mataram saat penyerangan Kota Batavia. Nah, karena orang Betawi pada saat itu menyebut Mataram menjadi Matraman, maka hingga kini kita mengenalnya sebagai Matraman.
3. Senayan
Saatnya kita berjalan ke Jakarta Selatan, lebih tepatnya Senayan. As a Jaksel kids, kalian must know bagaimana nama wilayah Senayan ini terbentuk. Ternyata, nama wilayah ini terinspirasi dari sejarah tempatnya, yang merupakan tempat tinggal seorang bangsawan asal Bali bernama Wangsanayan. Hal ini tercantum di peta terbitan Topographisch Bureau Batavia tahun 1902.
Nah, karena tanah luas itu dimiliki Wangsanayan, orang-orang mengenal daerah tersebut sebagai wilayah milik Wangsanayan. Lambat laun, mereka menyingkatnya menjadi Senayan.
4. Harmoni
Sekarang kita beralih ke daerah Harmoni yang merupakan salah satu wilayah yang cukup populer dan elite di Jakarta Pusat. Kawasan yang tak jauh dari Istana Negara ini, ternyata merupakan tempat pesta para bangsawan Belanda zaman dahulu.
Saat itu, ada sebuah gedung di Batavia (yang kini adalah Jakarta) saat dikuasai oleh Belanda. Nama bangunan tersebut adalah Sosiestiet De Harmonie. Bangunan ini dibangun untuk dijadikan tempat pertemuan dan pesta para bangsawan Eropa saat itu.
Setelah gedung itu berumur 170 tahun, tepatnya di tahun 1985, Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk membongkar gedung tersebut untuk memperluas jalan. Meskipun demikian, kawasan tersebut masih dikenal sebagai Harmoni hingga kini.
5. Kemayoran
Mari kita geser sedikit ke daerah Kemayoran. Kita mungkin mengenal daerah ini sebagai lokasi dilaksanakannya PRJ (Pekan Raya Jakarta). Daerah yang terkenal akan wisata kuliner dan gedung pamerannya ini ternyata memiliki sejarah yang menarik, lho. Saat Batavia masih dikuasai Belanda, banyak orang Eropa dan Tionghoa diberikan gelar Mayor. Para Mayor dan VOC menguasai tanah-tanah di sana.
Versi lain mengatakan ada seorang Mayor keturunan Perancis bernama Isaac yang kongsi dagang dengan Belanda. Ia membantu Sultan Haji untuk merebut kekuasaan dari ayahnya, yakni Sultan Ageng Tirtayasa di tahun 1681. Karena bantuan itu, ia dihadiahi tanah di Batavia.
Isaac pun membangun rumah yang sangat megah di Jalan Garuda. Karena kemegahannya, rumah itu membuat rakyat sekitar penasaran untuk melihat. Mereka pun menyebutkan sebagai kawasan Mayoran dan lama kelamaan berubah menjadi Kemayoran.
6. Jagakarsa
Sekarang kita beralih ke daerah Jagakarsa di Jakarta Selatan. Nama Jagakarsa sendiri terinspirasi dari nama seorang pangeran, yakni Pangeran Jagakarsa Surowinangun yang bergelar Syeikh Jaga Raksa. Ia diminta untuk pergi ke Sunda Kelapa oleh Kerajaan Mataram di Demak pada tahun 1505.
Pangeran Jagakarsa akan melindungi Tanah Jawa dari serangan Portugis serta menyebarkan agama Islam di utara Jawa yang merupakan jalur pelabuhan yang strategis. Akhirnya, ia dan anak buah serta pasukannya membentengi Tanah Jawa di Sunda Kelapa, hingga namanya dijadikan nama daerah Jagakarsa.
Baca juga: Daftar Buku-Buku Keren untuk Merayakan Ulang Tahun Jakarta
Itu dia asal usul nama beberapa wilayah di Jakarta. Menarik banget, kan? Nah, supaya kamu lebih kenal lagi kota metropolitan ini, rasanya nggak afdol kalau Admin nggak merekomendasikan buku-buku yang membahas kota Jakarta.
Nah, ini dia rekomendasi buku yang bisa bikin kamu makin mengenal Jakarta lebih dalam!
Rekomendasi Buku tentang Jakarta
1. Senja di Jakarta - Mochtar Lubis
Pertama kita akan kenalan dengan buku fiksi karya Mochtar Lubis yang berjudul Senja di Jakarta. Buku ini memperlihatkan sisi lain dari Kota Jakarta di tahun 50-an dengan unsur ekonomi, sosial, dan politiknya.
Penulisan para tokoh yang dibangun sang penulis begitu kuat. Mereka mewakili kelas-kelas sosial yang ada. Mulai dari kelas bawah bersama tokoh bernama Saimun dan Itam yang menjadi tukang sampah. Kemudian, dari kelas menengah bersama tokoh bernama Sugeng, pegawai negeri golongan rendah yang hidup pas-pasan, hingga dari kelas atas bersama Raden Kaslan yang merupakan direktur perusahaan dan anggota dewan sebuah partai.
Membaca buku ini akan membuatmu melihat bagaimana orang-orang ini bertahan di Kota Jakarta yang keras. Buku ini mengangkat isu kemiskinan, korupsi, eksistensialisme, hingga agama. Isu-isu tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini, bukan?
Buku ini juga bisa kamu dapatkan dalam versi e-book di sini >>> Senja Di Jakarta
2. Jakarta: A Dining History - Kevindra Prianto Soemantri
Dengan buku ini, kita akan diajak untuk melihat perkembangan kota Jakarta melalui restoran-restoran, makanan yang disajikan, hingga gaya hidup masyarakat pada abad 19 hingga 20. Perkembangan kulinernya yang mengalami perubahan karena berakulturasi dengan budaya luar, membuat sajian kuliner di kota ini begitu beragam.
Perkembangan restoran dan kuliner ini tak lepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat kota Jakarta. Penulis Kevindra Soemantri akan membaginya ke beberapa era. Mulai dari era abad ke-18, di mana restoran ala Perancis sedang menjadi tren. Lalu, era 1970-1980 saat restoran fast-food dan restoran hotel bintang lima mulai merajalela, hingga di dekade 1990 saat mulai muncul foodcourt di mal modern.
Buku ini juga bisa kamu dapatkan dalam versi e-book di sini >>> Jakarta: A Dining History
3. Wesel Pos - Ratih Kumala
Kembali ke buku fiksi, nih. Kali ini kita akan menjelajahi seluk beluk Kota Jakarta dari sudut pandang selembar wesel pos. Sang Wesel Pos datang dari Jakarta ke Purwodadi dan dibawa kembali ke Jakarta oleh Elisa yang ingin mencari pengirimnya yang tak lain adalah kakaknya.
Bersama buku berhalaman tipis ini, kita akan melihat dua jenis orang yang hidup di Jakarta. Jenis yang pertama adalah orang sakti yang dapat hidup karena ‘ilmu’ yang tinggi. Jenis kedua adalah orang yang sakit, yakni mereka yang akan mati karena kalah dengan kerasnya kota ini. Dengan membaca buku ini dalam sekali duduk, kita bisa melihat sisi gelap kota metropolitan Jakarta yang glamor.
Buku ini juga bisa kamu dapatkan dalam versi e-book di sini >>> Wesel Pos
4. Overheard Jakarta - OVERHEARDJKT
Penasaran dengan realita kehidupan di Jakarta yang sebenarnya? Jika iya, maka buku ini perlu kamu miliki. Buku ini bakal ngasih tau kamu dialog-dialog penduduk Jakarta yang beragam dan terkadang out of the box alias nggak ketebak.
Percakapan seputar pertemanan, perkantoran, persoalan kendaraan, hingga kehidupan pribadi bakal kamu dengar di sini. Pastinya bakal bikin kamu terpingkal, terharu, sampai merasa relate sama percakapan mereka.
5. Kereta Api di Jakarta dari Zaman Belanda hingga Reformasi - Kartum Setiawan
Buku ini cocok banget untuk kamu yang suka dengan kereta api. Kamu akan melihat perkembangan perkeretaapian di Pulau Jawa dari zaman penjajahan Belanda sampai era reformasi. Pokoknya akan dibahas lengkap! Mulai dari jalur rel kereta api pertama, pembangunan jalan rel, kereta api cepat, kereta api listrik, kereta api luar biasa, sampai kereta rel listrik.
Eits, masih soal transportasi kereta, nih. Ada juga buku yang membahas sejarah rem di Jakarta dari tahun 1869 hingga tahun 1962, lho. Buku ini berjudul Trem Di Jakarta 1869-1962: Moda Darat Favorit Warga Ibu Kota Tempo Dulu karya Dimas Wahyu Indrajaya. Kita akan melihat bagaimana trem ini sempat menjadi transportasi yang digemari di zaman dahulu. Kita juga akan melihat suka dan duka ketika trem ini beroperasi.
Buku ini juga bisa kamu dapatkan dalam versi e-book di sini >>> Trem Di Jakarta 1869-1962: Moda Darat Favorit Warga Ibu Kota Tempo Dulu
Itu dia rekomendasi buku tentang kota Jakarta. Buku-buku di atas akan melengkapi pengetahuanmu soal kota Jakarta mulai dari kisah fiksi hingga non-fiksi.
Nah, untuk menambah semangat kamu merayakan ulang tahun kota Jakarta, Admin punya kejutan spesial untuk kamu. Yap, apalagi kalau bukan promo khusus Hajatan Jakarta yang ke-495 tahun! Kamu akan mendapatkan diskon hingga 70% untuk buku-buku pilihan terbaik, lho! 😍
Nggak hanya itu, kamu juga bisa mendapatkan diskon 50% untuk seluruh full premium package Gramedia Digital! Diskon ini nggak hanya berlaku untuk pembelian di Gramedia Digital saja, tapi juga bisa untuk pembelian melalui Gramedia.com! Wow, lumayan banget kan untuk baca e-book di atas. 🤭
Jangan lupa untuk pakai kode JKT495XANTERAJA5 supaya kamu dapat diskon ongkir dari Anteraja sebesar Rp5000 untuk pengiriman ke seluruh Indonesia.
Diskon melimpah khusus Hajatan Jakarta ini berlangsung pada tanggal 22-24 Juni 2022 saja, lho. Jangan lupa catat tanggalnya supaya tidak terlewat, ya, Grameds!
Ada banyak penawaran spesial lain dari Gramedia.com yang bisa kamu dapatkan dengan klik gambar di bawah ini. Yuk, segera cek sekarang.
Sumber foto header: KOMPAS.com
Penulis: Almanda Jazroh Hardiyanti