AUTHOR OF THE MONTH: Kala Valerie Patkar Mengangkat Kisah Klise Jadi Spesial di Nonversation
Grameds, siapa yang sudah beli dan baca novel Nonversation? Karya terbaru dari Valerie Patkar ini secara resmi telah dirilis pada 28 Januari 2019 lalu. Sebelumnya, novel ini sudah dapat dipesan melalui pre order sejak 16 Desember 2018.
Nonversation merupakan adaptasi dari kisahnya yang sudah lebih dulu dipublikasikan di Wattpad. Siapa yang sudah jadi pembaca setia karya-karya Valerie Patkar sejak masih dirilis di Wattpad?
Nah kali ini, Gramedia.com akan berbincang dengan Valerie Patkar seputar novel terbarunya, Nonversation. Mulai dari perkenalan tokoh, inspirasi hingga proses penulisan yang ternyata butuh waktu hingga enam bulan untuk riset, lho!
Mau tahu lebih lanjut bagaimana serunya perbincangan dengan Valerie Patkar, langsung simak yuk hasil bincang-bincang kami.
Halo Valerie, ceritain dong, apa sih inti cerita dari Nonversation?
Nonversation itu bercerita tentang friendzone, dari persahabatan antara cewek dan cowok. Tapi yang bikin Nonversation ini beda dari buku lain adalah banyak aspek yang ditekankan, seperti kekeluargaan dan juga relasi sama orang lain.
Tiga karakter di novel ini ada Dirga, Theala, dan Trian yang menurutku dan pembaca lain yang sudah baca di Wattpad sebelumnya, merasa cukup relatable sama anak-anak dan orang di sekitar kita.
Sangat mewakili anak kuliahan banget sih, kaya suka dukanya, cerita lucunya, jadi novel ini campur aduk ceritanya.
Sebelumnya cerita ini sudah dipublikasikan di Wattpad, adakah perbedaan dengan versi novelnya?
Banyak sih yang beda di novel, kalau bisa dipersentasiin kayak 80 persen beda.
Bedanya apa? Kalau di novel karakterisasinya lebih kuat, dan banyak hal yang lebih dikuatkan, kaya relasi antar satu dan yang lain, jadi hubungan masing-masing antar tiga karakter lebih dijelaskan di sini, yaitu Theala, Dirga, dan Trian.
Lalu akan banyak surprise, ada karakter baru juga, yang pasti orang-orang bisa tahu ending-nya karena di Wattpad belum ada ending-nya.
Sudah terjual ribuan sebelum novelnya rilis, menyangka enggak sebelumnya?
Puji Tuhan responnya luar biasa banget. Novel ini kan rilis 28 Januari, tapi kita sudah pre order (PO) dari tanggal 16 Desember kemarin. Ada 2 kali PO, PO pertama habis dalam 3 menit dan PO kedua habis dalam waktu dua menit. Kalau ditotal jumlahnya sekitar 1000 eksemplar buku.
Antusiasmenya luar biasa banget. Mungkin dari karakterisasinya sangat membantu, karakter di Nonversation itu dekat dengan batin pembaca. Itu yang bikin pembaca antusias.
Kesulitan apa yang kamu temui selama proses penulisan Nonversation?
Kesulitan saat riset itu pasti. Jadi novel ini lamanya di riset dan penulisannya cuma dua bulan gitu, tapi risetnya lima sampai enam bulan. Pendalaman karakternya yang paling susah, untungnya dibantu sama tim penerbit dan dibantu sama editor juga.
Jadi dari awal tahap plotting, pengemasan cerita, karakterisasi, riset, sampai ke cover-nya pun semua punya ceritanya masing-masing dan Puji Tuhan hasilnya puas.
Cerita kamu di Wattpad sudah ada beberapa, tapi kenapa Nonversation duluan yang dinovelkan setelah Claires?
Secara alur waktunya di Wattpad, setelah Claires memang Nonversation yang dimunculin, di-publish di Wattpad. Tapi selain itu, meskipun setiap buku punya cerita masing-masing atau setiap cerita punya spesialisasi masing-masing, tapi mereka saling berkait.
Jadi misal ada karakter di Nonversation ada juga di Claires atau ada di cerita selanjutnya, dan itu yang membuat aku memutuskan Nonversation duluan aja, karena sama kaya Claires yang jadi pembuka dari universe cerita-cerita aku, nah Nonversation juga jadi another opening.
Inspirasinya dari mana?
Inspirasinya nggak jauh-jauh, dari orang sekitar juga. Jadi satu karakter itu enggak mewakili satu orang doang, jadi banyak.
Dan yang membantu itu teman-teman kampus, sahabat-sahabat terdekat aku juga. Orang-orang yang aku enggak sengaja aku temuin di jalan, itu semua jadi inspirasi tersendiri buat aku dan sampai aku bisa mengemas itu jadi karakter Thea, Dirga dan Trian, sampai bikin cerita friendzone.
Menurut aku itu sesuatu yang klise banget, semua orang pernah ngalamin. Tapi keklisean itu yang justru bikin jadi spesial. Semua orang ngerasain jadi aku mau semua orang saat baca buku ini nggak ngeliat ini fiksi, mereka ngeliat diri mereka sendiri.
Karakter mana yang punya banyak kesamaan dengan kamu?
Thea kali ya, karena Thea juga sama-sama cewek, dan dari segi karakter Thea itu kelihatan orangnya cool, sebenarnya emosional.
Aku pribadi merasa juga begitu. Tapi kalau 100 persen enggak sih, paling cuma 60 persen. Aku ngerasa juga mirip sama Trian dari segi pola pikir, karena kita sama-sama sederhana. Yang paling enggak aku banget Dirga, sih.
Kenapa Dirga?
Apa ya, mungkin dari gaya pertemanan kita udah beda banget, dia kan penggambaran karakternya gaul dan aku nggak gaul sama sekali, aku biasa aja. Orang yang serba biasa dalam melakukan apapun. Dan pola pikirnya Dirga sih, somehow dia beda banget sama aku.
Selanjutnya bikin cerita apa lagi?
Next-nya bikin apa ya? Masih bingung sih, ada dua cerita yang memang lagi kita save, yang satu tentang A yang satu tentang B. Masih rahasia.
Masih akan berhubungan dengan Claires atau Nonversation?**
Yang pasti masih akan berkaitan. Cerita yang akan diterbitin selanjutnya nanti, belum tahu kapan, itu juga pasti enggak jauh-jauh dari temennya Dirga kenal Dirga, Trian kenal Claire juga.
Sukses dengan Claires dan Nonversation, jadi punya beban tersendiri enggak sih untuk menulis cerita selanjutnya?**
Di setiap nulis cerita pasti ada beban tersendiri. Kita sebagai penulis pengin nulis lebih baik lagi. Kalau aku setiap udah nyelesain novel dari Claires atau Nonversation selalu ngerasa ketika baca lagi kok gue nulis gini banget ya, jadi ada rasa insecure sendiri, ada rasa nggak puas, tapi di sisi lain jadi bahan belajar untuk menulis lebih baik lagi.
Foto-foto: Muhammad Fachrio Alhadar/Gramedia.com