Bagaimanapun Perempuan Tetaplah Perempuan
Kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan masih saja menjadi isu besar di zaman sekarang. Entah karena stereotip atau karena pandangan yang patriakal, menjadi perempuan sungguh sulit. Perempuan hidup dalam kurungan ekspektasi dan lingkaran budaya yang mengharuskan mereka tidak bisa menjadi diri sendiri. Perempuan telanjur sulit mengekspresikan diri mereka dan sulit mengeluarkan suara mereka.
Ketika mengenakan pakaian baik tertutup atau terbuka, selalu ada pandangan miring. Ketika memutuskan menjadi ibu bekerja atau ibu full time tetap ada komentar-komentar menyakitkan. Bahkan, tak jarang, komentar yang lebih pedas justru datang dari sesama perempuan.
Cho Nam Joo
Demikian juga Cho Nam Joo. Karya-karyanya berpusat pada isu-isu perempuan. Cho Nam Joo mewawancarai perempuan dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Kisah-kisah mereka mungkin tidak begitu “wah”, tetapi bisa mengharukan. Cho Nam Joo membagi kisah-kisah tersebut dalam bukunya yang berjudul “Her Name Is...”. Buku ini berisikan 27 kisah perjuangan perempuan yang “relate” dalam kehidupan kita.
Her Name Is...
Kisah pertama dalam buku ini mengenai Sojin. Sojin harus berjuang karena pelecehan yang dilakukan kepala divisi di perusahaan tempat ia bekerja. Sojin melakukan banyak hal demi mendapatkan keadilan. Namun sayang, tidak ada keadilan yang ia dapatkan. Kisah perempuan yang dilecehkan merupakan hal yang sering dan banyak terjadi di dunia ini. Sering kali, korban pelecehan harus menanggung akibat alih-alih pelaku. Padahal, korban pelecehan haruslah mendapat dukungan keadilan juga dukungan psikologisnya.
Melalui kisah ini, Cho Nam Joo dan Sojin berharap pada perempuan yang mendapatkan pelecehan untuk terus berjuang dan maju. Memang tidak mudah, tetapi yakinlah jika terus diperjuangkan perempuan yang mengalami pelecehan pasti mendapat keadilan.
Ada pula kisah mengenai Eun Soon yang berumur 29 tahun. Ia selalu dinasihati keluarganya karena ia belum juga menikah. Ia pun sering disuruh cepat menikah oleh teman-temannya yang lebih dahulu menikah dan punya anak. Namun, Eun Soon lebih suka bekerja dan ia belum memikirkan pernikahan.
Ya, kisah-kisah dalam Her Name Is... ini memang ditujukan untuk menguatkan perempuan. Buku ini juga menunjukkan bahwa kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan ada dan nyata. Keberadaan buku ini bisa menjadi pengingat bahwa sesama perempuan harus saling mendukung dan menguatkan. Tanpa perlu ikut menyalahkan atau memberi komentar tidak baik.
Perempuan Adalah Perempuan
Tetapi, apakah memang perempuan harus menikah di umur tertentu? Apakah menikah di umur setelah 30 tahun menjadi aib bagi perempuan? Tentu tidak. Hal ini hanya menjadi stereotip di masyarakat yang terbentuk turun-temurun.
Apakah perempuan itu lemah? Tidak! Perempuan itu kuat dan mampu bertahan dari banyak permasalahan. Sekarang, banyak perempuan yang membekali dirinya dengan ilmu bela diri. Banyak perempuan yang membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan sekolah hingga jenjang yang tinggi.
Dan ketika ada perempuan yang dilecehkan, banyak komunitas perempuan yang melindungi dan mendukung mendapatkan keadilan. Pendampingan psikolog pun dilakukan agar korban mampu melanjutkan hidup tanpa harus ketakutan dan trauma.
Perempuan sudah banyak yang menyuarakan suaranya. Ada banyak perempuan hebat yang menduduki jabatan penting dan menjadi pembuat keputusan. Ada juga perempuan yang memutuskan untuk tidak menikah, juga tidak mempunyai anak. Toh, hal tersebut jika tidak dilakukan tidak akan membuatnya kehilangan identitas sebagai perempuan.
Baca kisah-kisah perempuan lainnya yang menginspirasi di:
Karena kamu sudah membaca artikel ini, kamu dapat voucher diskon 20% untuk membeli buku ini dan buku-buku koleksi dari Cho Nam Joo lainnya! Ambil vouchernya sekarang yuk dengan klik gambar di bawah ini.
Ditulis oleh: Dian Rakhmawati Sumarsana (Editor Penerbit BIP)
Sumber foto header: Dok. Bhuana Ilmu Populer