Body Positivity: Gerakan Penerimaan Diri dan Melawan Diskriminasi

Body Positivity: Gerakan Penerimaan Diri dan Melawan Diskriminasi

Kalau kata Yura Yunita di lagu Tutur Batin, "Aku tak sempurna, tak perlu sempurna. Akan kurayakan apa adanya~" Jadi, sudahkah kamu mencintai dan merayakan dirimu apa adanya, Grameds? πŸ₯Ή

Grameds, selamat hari kesehatan mental sedunia, ya! Semoga makin hari, kita makin mencintai dan menerima diri kita sendiri. Semoga dunia jadi tempat yang lebih baik untuk kita huni tanpa diskriminasi, tanpa standar kecantikan yang menghakimi, dan tempat paling aman untuk kita menjadi diri sendiri. β€οΈβ€πŸ©Ή

Dalam rangka merayakan hari kesehatan mental sedunia, Gramin ingin mengajak kamu untuk menantang gagasan bahwa hanya ada satu tipe tubuh yang layak dipuji dan dihormati melalui body positivity.

Sumber: www.eccehomowear.com

Melalui gerakan dan mindset body positivity, kita akan lebih mengapresiasi diri terutama fisik kita meski banyak ketidaksempurnaannya, menjadi lebih percaya diri dan mencintai bentuk tubuh kita, dan menerima bagaimanapun ukuran dan bentuk tubuh kita.

Body positivity juga dapat berarti menikmati tubuh yang kita miliki dan gak menyalahkan diri sendiri atas perubahan yang terjadi secara alami akibat penuaan, kehamilan, atau pilihan gaya hidup. Sini, sini, Gramin kasih tahu lebih lanjut soal body positivity!

Mengenal Body Positivity

Body positivity atau sikap positif terhadap tubuh adalah gerakan sosial yang mempromosikan pandangan positif terhadap semua tubuh, terlepas dari ukuran, bentuk, warna kulit, jenis kelamin, dan kemampuan fisik. Para pendukungnya berfokus pada apresiasi terhadap fungsi dan kesehatan tubuh manusia, bukan pada penampilan fisiknya.

Gerakan ini memiliki banyak tujuan, di antaranya yang paling penting adalah mendobrak standar kecantikan yang tercipta di masyarakat, yang tidak realitis dan mengungkung, khususnya kepada wanita. Bahwa sebenarnya, setiap bentuk tubuh dan setiap manusia yang ada di dunia ini layak untuk dihargai, dihormati, dan diterima seperti seharusnya. πŸ«‚

Body positivity berusaha menciptakan ruang agar setiap orang merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan tidak terjebak dalam persepsi bahwa hanya ada satu bentuk tubuh yang dianggap ideal.

Namun, body positivity bukan hanya tentang menantang cara masyarakat memandang orang berdasarkan ukuran dan bentuk fisik mereka. Body positivity juga mengakui bahwa penilaian acapkali dibuat berdasarkan ras, jenis kelamin, seksualitas, dan disabilitas seseorang.

Aspek Penting dan Tujuan dari Gerakan Body Positivity

Ada beberapa aspek penting yang menjadi tujuan dalam gerakan ini. Yang pertama adalah menekankan kesehatan, baik secara fisik maupun mental, daripada fokus terhadap penampilan diri kita. Jadi, lebih baik sehat secara luar dalam, karena gak ada yang lebih baik daripada tubuh yang sehat. Ingat, Grameds, sehat itu mahal! πŸ’ͺ🏻

Aspek-aspek selanjutnya disusul oleh aspek penerimaan diri dan tidak perlu merasa untuk harus fit in dengan standar yang ada, melawan diskriminasi terhadap fisik seseorang (seperti body shaming, fat shaming, diskriminasi terhadap SARA, disabilitas, dan lain-lain), menciptakan lingkungan yang inklusif, terutama juga kepada media yang menjadi wajah atau representasi, agar dapat menampilkan keberagaman bentuk tubuh yang ada.

Kemudian yang paling penting, yaitu kesadaran akan kesehatan mental. Matching dengan tema hari kesehatan mental dunia, body positivity juga meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan membangun mental yang lebih sehat. Karena biasanya, standar kecantikan yang membelenggu kerap membuat masalah seperti depresi, kecemasan, rendah diri, dan hal-hal yang yang mengganggu kesehatan mental.

Merayakan Hari Kesehatan Mental melalui Body Positivity

Mau ngucapin sekali lagi ke Grameds, selamat hari kesehatan mental sedunia! Karena dari tadi Gramin ngomong banyak tentang body positivity dan hari kesehatan mental.. kamu tahu, gak, hari kesehatan mental sedunia jatuh di tanggal berapa?

Sumber: Mental Health Foundation

Hari Kesehatan Mental Sedunia atau #WorldMentalHealthDay dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Oktober.

Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia ini, yuk kita sama-sama berkumpul untuk berbicara soal kesehatan mental dan menunjukkan kepada semua orang bahwa kesehatan mental itu penting. Salah satunya adalah lewat gerakan body positivity.

Jadi, pada Hari Kesehatan Mental Sedunia dan seterusnya, mengapa nggak menghubungi teman, keluarga, dan rekan kamu untuk melakukan gerakan ini bareng-bareng? πŸ€—πŸ«ΆπŸ»

Rekomendasi Buku Kesehatan Mental untuk Kamu

Sambil memperingati hari kesehatan mental sedunia, Gramin punya beberapa rekomendasi buku tentang kesehatan mental untuk kamu. Semoga, buku-buku ini bisa menjadi peluk untuk kamu yang sedang membutuhkannya, yaa. Here you go, Grameds!

1. Positivity: Berpikir Positif Cara Terbaik Mengembangkan Diri

bodyPeluk Bukunya di Sini!

Positivity: Berpikir Positif Cara Terbaik Mengembangkan Diri karya Regine Indah adalah buku untukmu yang sedang mengelola diri. Buku ini mengajak kita untuk berpikir positif agar kita selalu menemukan jalan keluar atau solusi ketika mengalami kesulitan atau kebuntuan mengatasi masalah. Bagaimana cara berpikir positif, salah satunya memahami apa saja potensi diri sendiri. Β 

Berpikir positif barangkali gampang-gampang susah, karena beberapa orang terkadang tidak bisa berpikir positif ketika dihadapkan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Padahal, jika kita dapat mengelolanya dengan bijak, hal ini bisa jadi malah membuat kalian lebih bisa meningkatkan kemampuan diri.

2. Mindful Is Mind-Less: Seni Beristirahat dalam Badai

bodyPeluk Bukunya di Sini!

Sering sekali kita mendengar dari keluarga, teman, dan lingkungan: "Perbaiki hidupmu! Berubahlah jadi lebih baik! Koreksi kesalahanmu!" Bagaimanakah, kalau ternyata, tidak ada yang keliru dalam hidup kita? Cukup menarik jika kita mungkin bisa belajar terbuka pada kenyataan bahwa: "Hidup ini sudah utuh dan sempurna, apa adanya."

Bagaimana bisa? Buku Mindful Is Mind-Less: Seni Beristirahat dalam Badai ini menjelaskannya, dengan prinsip mindfulness. Mindfulness mengajak kita untuk sejenak berhenti mencari. Dengan bebas dari pikiran yang sibuk, mind-less bukan mindless. Kita menemukan bahwa semua yang dicari sudah ada di sini kini. Kita bisa bahagia tanpa satu alasan khusus.

3. Di Sini dan Saat Ini: Pendekatan Sehat Mental untuk Menikmati Setiap Momen di Masa Kini

bodyPeluk Bukunya di Sini!

Sering merasa overthinking? Stres? Cemas? Sulit untuk fokus dan berkonsentrasi saat mengerjakan tugas? Gampang panik saat banyak tumpukan deadline pekerjaan? Pola makan jadi berantakan sehingga mempengaruhi postur tubuh dan body image?

Pikiran yang terus mengembara, memikirkan banyak hal di masa depan atau masa lalu bukanlah pikiran yang bahagia. Buku ini mengajak pembaca untuk berlatih mengarahkan kesadaran kembali ke momen di sini dan saat ini.

Di Sini dan Saat Ini idak hanya berisi soal teori dan penjelasan umum tentang mindfulness, tetapi juga langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dalam keseharian serta berbagai kisah nyata perjuangan orang-orang yang telah berhasil mendapatkan manfaat langsung dari berlatih mindfulness dengan bahasa yang ringan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

4. Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?

bodyPeluk Bukunya di Sini!

Time heals nothing.

Menyembuhkan luka batin adalah pekerjaan aktif, dan kita harus menyediakan energi, waktu, biaya, dan komitmen kita untuk sembuh dari luka psikologis yang telah kita tumpuk entah sejak kapan. Sama seperti luka fisik yang butuh dibersihkan, ditutup, dirawat dan disembuhkan, luka batin juga membutuhkan langkah-langkah pengobatan agar tidak menjadi parah hingga membusuk di dalam diri kita.

Buku Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin? adalah kompilasi esai penulis-penulis Pijar Psikologi mengenai luka batin. Penulis-penulis artikel dalam buku ini ingin mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dekat dengan luka batin. Kita perlu terbiasa mendengar, membaca, dan membicarakan luka batin agar luka tersebut bisa benar-benar kita rawat dan kita sembuhkan.

5. Nyaman Tanpa Beban

bodyPeluk Bukunya di Sini!

Seperti pohon yang tetap sama meski warnanya berubah setiap musim berganti, seperti sungai yang tetap sama meski airnya terus mengalir. Ada orang yang akan datang dan pergi dalam hidupmu. Tapi, kamu tetaplah kamu.

Buku Nyaman Tanpa Beban merupakan buku Self Improvement karya penulis asal Korea Selatan Kim Suhyun. Buku ini memuat tulisan mengenai permasalahan kehidupan, mulai dari pekerjaan, tuntutan sosial, maupun pertemanan dan keluarga.

Penulis mencurahkan bahwa kehidupan tak bisa lepas dari beban, tetapi ada cara untuk menghadapinya. Semua pengalamannya sekiranya dekat dengan kehidupan sehari-harui yang membuat pembaca dapat merefleksikan tulisanya ke pengalamannya sendiri.


Baca juga: World Suicide Prevention Day 2024: Mengubah Narasi dan Perspektif tentang Bunuh Diri


Di hari kesehatan mental sedunia ini, kamu mau bilang apa ke dirimu sendiri, Grameds? Yang pasti, kalau dari Gramin, semoga Grameds selalu sehat dan bahagia, yaa! Mari kita mulai menerima diri kita sendiri, karena bagaimanapun, kita pantas untuk dicintai, dihormati, dan dihargai. Let's love ourselves more! πŸ’–

Buku-buku mengenai kesehatan mental yang di atas bisa kamu dapatkan di Gramedia.com, ya, Grameds! Melalui buku-buku kesehatan mental, kamu dapat lebih mengenali dirimu sendiri dan otomatis akan makin menerima diri kamu apa adanya.

Kebetulan, dalam rangka world mental health day ini, ada tawaran spesial buat kamu untuk buku-buku kesehatan dan parenting terbitan Elex Media Komputindo! Yang tentunya juga tersedia buku-buku bertema kesehatan mental. Mulai dari tanggal 5 - 15 Oktober 2024, kamu bisa menikmati diskon hingga 20% untuk buku-buku pilihan dari Elex Media Komputindo! 😳

Untuk informasi lebih lengkap, Grameds bisa lihat dengan menekan poster di bawah ini, ya! πŸ₯°

bodyAyo Borong Special Offer dari Elex Media Komputindo!


Header: freepik.com

Penulis: Btari Najwa Naila


Btari Najwa Naila

Btari Najwa Naila

Content Writer Intern at Gramedia.com

Enter your email below to join our newsletter