Membongkar Fakta di Balik Karya-Karya Besar Kahlil Gibran

Ialah Kahlil Gibran, diberi 48 tahun hidup di dunia dan meninggalkan karya-karya yang indah. Pria asal Lebanon ini begitu mendunia atas kesusastraannya yang romantis. Lahir pada 6 Januari 1883, Kahlil Gibran besar dalam keluarga Kristen Maronit di Besharri, Lebanon.

Gibran sempat menginjakkan kaki di Boston - Amerika saat usianya 10 tahun bersama kedua adiknya, dan kembali lagi ke Lebanon di usia 13 tahun. Menginjak usia 18 tahun, Gibran pindah ke Paris dan menulis buku pertamanya, Spirit Rebellious yang terinspirasi dari tanah kelahirannya.

Gibran merupakan seorang pengamat yang baik. Dalam buku pertamanya, ia menulis empat cerita kontemporer berupa sindiran keras kepada koruptor yang begitu mengundang pro dan kontra.

Akibatnya, Gibran dikucilkan dari gereja Maronit. Meski begitu, beberapa di antaranya merasa sindiran Gibran merupakan suara pembebasan dan yang menjadi harapan bagi kaum tertindas di Asia Barat.

Tidak berhenti belajar, Kahlil Gibran mengasah keahliannya dengan belajar melukis di Paris. Hingga akhirnya 2 tahun kemudian ia memutuskan pindah ke New York dan bernaung di sebuah apartemen yang sengaja ia dirikan untuk tempatnya melukis dan menulis.

Sayap-Sayap Patah

Di apartemen studio itulah karya fenomenalnya lahir, Sayap-Sayap Patah. Sebuah buku yang diterbitkan dalam bahasa Arab dan kerapkali dianggap sebagai otobiografi seorang Kahlil Gibran.

"Hidupku dalam keadaan koma, kosong seperti hidup Adam di Surga, ketika aku melihat Selma berdiri di hadapanku seperti berkas cahaya. Perempuan itu adalah Hawa hatiku yang memenuhinya dengan rahasia dan keajaiban dan membuatku paham akan makna hidup".

Sayap-Sayap Patah mengisahkan cinta sepasang kekasih yang berakhir tragis namun romantis. Di dalamnya terselip polemik sosial yang berkaitan dengan nasib perempuan, penindasan, ketidakadilan sampai dengan korupsi di Lebanon.

Sang Nabi

Setelah Sayap-Sayap Patah, Gibran banyak menerbitkan buku dalam bahasa Inggris, seperti The Madman, Twenty Drawing, dan The Forerunne. Setelah itu terbitlah The Prophet atau Sang Nabi, yang juga mendunia. Kini Sang Nabi dapat juga ditemui dalam judul Almustafa.

Dalam bahasa Indonesia, Sang Nabi diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono. Almustafa akan bercerita tentang perjalanan spiritual Hajjar Gibran yang terpuruk atas kematian kakaknya.

Meski sudah kembali bangkit, hidup tetaplah sulit dan penuh rintangan, pernikahannya berujung kandas. Untunglah Sang Nabi – Mustafa, selalu menemaninya dan memberinya nasihat.

Pada 2015 lalu, The Prophet telah diadaptasi ke dalam film animasi yang diberi judul Kahlil Gibran’s The Prophet.

Sebagai pribadi yang terkenal romantis, ironisnya Gibran tidak pernah menikah. Sebelum Sang Nabi diterbitkan, Gibran diketahui dekat dengan Mary Elizabeth Haskell yang merupakan seorang kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua darinya. Namun kisah cinta mereka kandas, dan Mary menikah dengan seorang pengusaha.

Tapi siapa sangka jika kegagalan kisah cinta mereka justru menjadi inspirasi buku-buku Gibran selanjutnya.

Sang Musafir

Sang musafir yang mengembara ternyata dalam perjalanannya menemukan insan-insan kehidupan yang terasing karena takdir dan perputaran waktu. Ia berkelana bukan semata-mata ingin memanjakan hasrat bertualang, tapi ingin melihat segala kejadian dan warna lain dari pesona alam.

Buku ini tersuguh begitu penuh makna dan pembelajaran untuk dijadikan renungan padat dan berisi. Buku ini pun masih terinpirasi dari tanah kelahirannya, Lebanon yang merupakan sebuah daerah yang kerap diterpa badai, gempa, serta petir.

Taman Sang Nabi & Pasir Buih

Kahlil Gibran wafat pada 10 April 1931 akibat sirosis hepatitis dan tuberkulosis yang diidapnya. Namun beberapa tahun sebelum menutup mata, sebagai pelengkap Sang Nabi, ia menghadirkan Taman Sang Nabi & Pasir Buih sebagai kelanjutan kisahnya.

Bukunya kali ini berisikan nasihat mengenai kebijakan universal dan renungan mistis yang mengakar ke segala dimensi alam. Gibran menuliskannya dengan untaian-untaian kata yang begitu puitis, dan mendamaikan siapapun yang membacanya.

Semasa hidupnya, Kahlil Gibran telah membawa perubahan pada satra dunia, bahkan meskipun ia berasal dari Timur Tengah, tidak dapat dipungkiri bahwa karyanya membawa pengaruh besar bagi kesusastraan barat.


Paska kepergiannya, kumpulan karya Kahlil Gibran telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan masih terus dicetak ulang hingga kini.

Penasaran ingin tahu bagaimana tulisan tokoh dunia ini? Langsung check out bukunya di Gramedia.com!


Sumber header foto: Lau Magazine