Gadis Kretek Novel vs Series, Lebih Seru yang Mana?
Sebagai pembaca, tentunya Grameds tak asing dengan perdebatan mana yang lebih seru: versi novel atau versi alih wahananya?
Hal ini juga menjadi pertanyaan bagi para penikmat series Gadis Kretek yang baru saja tayang di Netflix awal bulan November ini. Banyaknya pujian yang dialamatkan pada series besutan Kamila Andini dan Ifa Isfansyah ini menjadikan series ini sempat menjadi trending topic beberapa kali. Cerita yang seru dan menarik, dipadu dengan jajaran aktor yang berperan dengan baik berhasil menciptakan sebuah karya yang mengesankan.
Gadis Kretek merupakan novel fiksi historis karya Ratih Kumala yang menceritakan tentang sejarah rokok kretek di Indonesia, dibumbui kisah cinta yang rumit dan tragedi sejarah yang kelam. Sejarah ini terungkap ketika pemilik kretek Djagad Raja terkapar di ranjang kematian sambil mengigaukan nama sesosok perempuan bernama Jeng Yah. Ketiga putranya berkejaran dengan malaikat maut, menelusuri masa lalu sang ayah demi menemukan Jeng Yah. Siapa Jeng Yah sebenarnya? Mengapa Soeraja meracaukan namanya?
Premis menarik dari novel Gadis Kretek memang menggugah siapa pun untuk membuka dan membaca buku ini. Tak heran jika cerita ini menarik perhatian Netflix untuk diangkat menjadi series.
Nah, pertanyaannya, mana yang lebih seru: Gadis Kretek versi novel atau series? Mungkin Grameds ada yang sudah membaca bukunya dan enggan menonton series-nya karena takut ekspektasi kamu dibuat berantakan, atau justru sebaliknya–sudah tamat menonton series-nya dan penasaran dengan novelnya, tapi takut dibuat bosan.
Gramin kasih bocoran nih, apa saja perbedaan cerita Gadis Kretek versi novel dan series!
Perbedaan Gadis Kretek versi Novel dan Series
Timeline Cerita: Sejarah Kretek, Indonesia, dan Persaingan Idroes Moeria vs Soedjagad
Gadis Kretek versi novel memiliki rentang waktu kisah yang lebih lama daripada versi series. Jika versi series langsung berfokus pada kisah Jeng Yah ketika dewasa dan bertemu dengan Soeraja, dalam versi novelnya, kamu akan mengikuti terlebih dahulu masa muda sang ayah, Idroes Moeria.
Idroes Moeria dikisahkan sudah tergila-gila pada Roemaisa sejak ia masih remaja. Namun, perbedaan kelas menjadi tembok bagi mereka. Idroes Moeria saat itu hanyalah seorang pegawai di perusahaan klobot milik Pak Trisno, sementara Roemaisa adalah anak seorang Juru Tulis. Tidak hanya dihadapkan pada tantangan kasta, sesama kawan pelinting klobot Idroes juga menaruh hati pada gadis cantik pendiam itu–ialah Soedjagad.
Dalam novelnya, kamu akan mengikuti persaingan Idroes Moeria dan Soedjagad lebih dalam. Persaingan dalam merebut hati Roemaisa menjadi persaingan sengit dalam bisnis, mulai dari berjualan klobot tingwe sampai keduanya masing-masing memiliki perusahaan rokok kretek.
Perjalanan Idroes Moeria juga bersinggungan dengan penjajahan Jepang di Indonesia. Idroes Moeria diceritakan menjadi salah satu tawanan Jepang karena ia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah, dan sempat menjadikan Roemaisa menjadi 'janda' sementara.
Kisah Idroes Moeria vs Soedjagad di masa muda ini membawa pembaca ke sejarah Indonesia yang lebih kaya serta pemahaman yang lebih mendalam tentang dendam kesumat di antara kedua pengusaha yang dulunya bersahabat ini.
Jeng Yah, Sang Kretek Prodigy
Sejak kelahirannya, Dasiyah telah menjadi semesta baru bagi Idroes Moeria. Sang ayah memuja putri tunggalnya yang tumbuh menjadi gadis cantik dan cerdas. Di minggu pertama kelahirannya, Dasiyah telah diramal akan menjadi pion penting dalam kemenangan Idroes Moeria melawan saingan terberatnya, oleh karena itu Idroes tak pernah lepas mengawasi sang putri. Kebahagiaannya bertambah dengan kehadiran Rukayah, adik Dasiyah.
Dasiyah diceritakan sudah mahir melinting kretek sejak usia 10 tahun. Hidup Dasiyah berputar di dunia bisnis kretek sang ayah. Ia bergaul dengan para pelinting, juga bermain dengan cengkih dan tembakau. Tak disangka, kedekatannya dengan kretek sejak kecil menjadikannya berbakat secara alami. Idroes Moeria selalu berkata bahwa tingwe bikinan putrinya jauh lebih enak ketimbang rokok mana pun. Namun, Dasiyah tak pernah merasa puas dan terus menerus memikirkan terobosan baru untuk bisnis sang ayah.
Berbeda dengan di series, Dasiyah dalam novel tak pernah mengalami rintangan dalam berkarya. Keajaiban kretek Dasiyah tak memandang gender, seperti yang ditunjukkan dengan jelas di series. Dasiyah, yang diperankan oleh Dian Sastro, di series harus kucing-kucingan dengan ayahnya sendiri untuk membuat saus yang akhirnya menjadi resep utama Kretek Gadis.
Gadis Kretek versi series sukses mengangkat isu kesetaraan gender yang memang lazim ditemukan di zaman tersebut dengan sangat baik, meskipun tidak digambarkan di novelnya. Lewat kisah Jeng Yah di series Gadis Kretek, kita bisa belajar bahwa perempuan dan laki-laki harus memiliki kesempatan yang sama dalam segala hal.
Dasiyah dan Soeraja, Kisah Cinta Manis nan Tragis
Dalam Gadis Kretek versi series, kisah cinta Soeraja dan Jeng Yah menjadi canon event. Cinta yang menggebu-gebu dan dihujani rintangan itu menjadi daya tarik utama dalam kisah Gadis Kretek, ditambah chemistry luar biasa yang disuguhkan oleh Dian Sastro dan Ario Bayu. Pertemuan pertama mereka juga digambarkan dengan sangat dramatis; mata saling tatap, dunia yang tiba-tiba melambat, dan takdir yang mempertemukan mereka di bawah satu atap–pabrik Kretek Merdeka.
Jeng Yah versi novel adalah sosok perempuan yang lebih berdaya ketimbang Jeng Yah versi series. Pertemuan Soeraja dan Dasiyah terjadi di sebuah pasar malam, dan ketertarikan Dasiyah timbul karena ia merasa pemuda ini jujur dan pekerja keras. Dasiyah merekrut Soeraja menjadi pegawainya setelah beberapa kali pemuda itu membantunya membuka stan rokok kretek.
Rintangan dalam kisah cinta Jeng Yah dan Soeraja versi novel adalah rasa rendah diri Raja ketika menyadari bahwa segala hal yang ia miliki tak lain dan tak bukan ia dapatkan karena kedekatannya dengan Jeng Yah. Saat itu, Jeng Yah bukannya tak mendapat pinangan lain dari orang lain. Seorang pemuda bernama Sentot, anak pemiliki merk kretek lain, juga telah meminangnya. Dalam series, Sentot menjelma dalam karakter Seno. Namun, Sentot tak diceritakan selalu hadir dalam hidup Jeng Yah seperti Seno dalam series.
Restu orang tua tidak menjadi halangan dalam kisah cinta Jeng Yah dan Soeraja versi novel. Idroes Moeria tidak sedikit pun menghalangi niat sang putri untuk memilih pria yang ia inginkan. Justru, Idroes Moeria membiarkan Raja mencari modal untuk bisnisnya sendiri. Di saat inilah Raja mulai bersinggungan dengan partai yang nantinya akan membawa celaka pada dirinya dan keluarga Jeng Yah.
Tragedi G30S dan Hancurnya Hidup Jeng Yah
Lewat series, kamu bisa melihat seberapa hancur hidup Jeng Yah ketika keluarganya dituduh terafiliasi dengan Partai Merah. Ayahnya tewas dan ia ditahan entah selama berapa lama. Sementara itu, Soeraja justru berlindung di bawah naungan saingan keluarganya, Soedjagad. Pengkhianatan Soedjagad kepada Idroes Moeria menjadikan Soeraja terjebak dalam pilihan yang sama-sama tak enak. Ia masih mencintai Dasiyah dan enggan berpaling dari keluarga Idroes Moeria yang telah memberinya tempat, namun Soedjagad menawarinya kesempatan untuk bertahan hidup dan menciptakan mimpinya menjadi nyata.
Series Gadis Kretek memberikan potret keluarga korban G30S yang menyedihkan. Bagaimana setelah bertahun-tahun, mereka tetap terdampak oleh tragedi tersebut. Rukayah digambarkan masih selalu menangis tiap kali nama Dasiyah disebut, terperangkap akan traumanya sendiri ketika sang kakak ditangkap dan ditahan.
Dalam novelnya, tragedi tersebut digambarkan dengan lebih detail, namun memakan korban yang berbeda. Idroes Moeria dan Dasiyah selamat, sebagai gantinya, Soeraja menjadi buron. Pada akhirnya, Soeraja tetap diselamatkan oleh Soedjagad, namun tak ada drama pengkhianatan yang terjadi dalam tragedi ini. Soeraja pada akhirnya harus memilih untuk menjalani hidup bersama putri penyelamatnya, Purwanti, karena ia tak bisa lagi pulang pada Dasiyah.
Arum dan Lebas, Ironi Kasih Tak Sampai Dasiyah dan Soeraja
Series Gadis Kretek juga berfokus pada kisah Lebas, sang putra bungsu dari Soeraja, yang menelusuri masa lalu sang ayah demi menemukan Jeng Yah. Perjalanannya membawanya bertemu dengan Arum, dokter cantik yang ternyata adalah kunci dari masa lalu tersebut. Arum, diperankan oleh Putri Marino, memiliki peran yang cukup penting dalam cerita ini. Interaksinya dengan Lebas juga menarik perhatian. Melihat kedekatan mereka, kisah Lebas dan Arum menjadi ironi bahwa hidup Idroes Moeria dan Soedjagad masih berkelindan sampai generasi ketiga.
Dalam novel, perjalanan merunut masa lalu ini tidak dilakukan oleh Lebas seorang diri, tapi bersama dengan kedua kakaknya, Tegar dan Karim. Sosok Arum hanya diperkenalkan di akhir dan tidak ada interaksi berarti antara Lebas dan Arum. Begitu pula pada penutup, kisah ini berakhir bahagia bagi masing-masing pihak. Sama seperti di series, Rukayah akan menjadi sosok yang berperan penting dalam adegan penutup, meskipun peran yang dimainkannya cukup berbeda.
Nah, itu dia perbedaan-perbedaan dari cerita Gadis Kretek versi novel dan series! Baik versi novel maupun alih wahananya memiliki poin plus masing-masing yang semakin memperkaya kisah Jeng Yah sang Gadis Kretek. Tentunya kita sepakat bahwa karya dari Ratih Kumala ini adalah salah satu karya terbaik yang wajib dibaca dan ditonton oleh semua orang, bukan?
Untuk Grameds yang belum baca Gadis Kretek, yuk segera dapatkan buku Gadis Kretek hanya di Gramedia.com! Gadis Kretek kini telah hadir dengan cover spesial sesuai dengan series-nya yang baru saja tayang. Kamu juga bisa mendapatkan diskon 20%, baik untuk Gadis Kretek dengan cover lama maupun cover baru.
Grameds yang lebih senang membaca buku versi digitalnya juga bisa membaca Gadis Kretek lewat Gramedia Digital, lho! Saat ini, kamu bisa berlangganan Paket Premium di Gramedia Digital dengan diskon 30% dari promo Teman Membaca yang berlangsung dari tanggal 15-24 November 2023. Selain Gadis Kretek, kamu juga bisa membaca ribuan judul lain yang tersedia di Gramedia Digital!
Sudah siap ketemu Jeng Yah dan Soeraja di novel Gadis Kretek belum, Grameds? Jangan tunggu lama-lama, langsung buka Gramedia.com atau Gramedia Digital, ya!
Gramin juga mau kasih tau nih, untuk Grameds yang mau belanja buku dengan lebih hemat, jangan lupa cek Gramedia.com untuk dapat promo-promo menarik, ya! Klik banner di bawah ini dan langsung belanja sekarang juga!🛒⤵️
Sumber gambar header: Dokumentasi Gramedia
Penulis: Puteri C. Anasta