Menguak Sejarah Pahlawan Indonesia di Hari Pahlawan dari Buku-Buku Ini

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.”
Ir. Soekarno

Selamat hari pahlawan nasional, Grameds! ✊🏻

Kalau diminta untuk menyebutkan pahlawan Indonesia favoritmu, kamu akan menyebutkan nama pahlawan yang mana? Tentu, sebagai masyarakat Indonesia, sudah sepatutnya kita mengenang dan menghargai jasa para pahlawan yang telah bersusah payah memerdekakan Indonesia berpuluh-puluh tahun lalu.

Hari Pahlawan Nasional yang diperingati setiap 10 November ini berawal dari Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945, sebuah peristiwa heroik di mana rakyat Surabaya bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berjuang mempertahankan kemerdekaan dari agresi tentara Sekutu yang datang setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 🏴


Pertempuran ini dipicu oleh ultimatum dari pihak sekutu yang meminta rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata. Namun, rakyat Surabaya, dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Bung Tomo, menolak ultimatum tersebut dan memilih bertempur demi mempertahankan kemerdekaan. 📢

Dalam rangka peringatan Hari Pahlawan Nasional ini, mari kita hormati seluruh pahlawan nasional Indonesia, baik yang gugur dalam pertempuran maupun yang berjuang melalui cara lain untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan.

Salah satu caranya adalah dengan menolak lupa dan mengingat kembali sejarah para pahlawan, yang bisa dilakukan melalui buku bacaan. Ada banyak sekali buku nonfiksi yang membahas tentang sejarah dan jasa para pahlawan Indonesia, yang sudah Gramin rangkum beberapa di antaranya dalam daftar berikut ini! 💢


Baca juga: Memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa dengan Buku-Buku Ini!


Rekomendasi Buku tentang Pahlawan Indonesia

1. Kartini: Gelap Terang Hidup

Tokoh emansipasi perempuan, Kartini atau Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Kartini merupakan pahlawan Indonesia yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan melawan patriarki agar bisa setara dengan laki-laki pada masanya. Kartini juga terkenal dengan surat-suratnya yang dibukukan menjadi buku berjudul Habis Gelap Terbit Terang.

#MenolakLupa Jasa Pahlawan lewat Buku Ini!

Kartini adalah sebuah kontradiksi, ia wanita yang cerdas sekaligus lemah hati. Kartini menyerap ide masyarakat Barat, tapi tidak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Namun, satu yang tidak bisa dilupakan yaitu Kartini menjadi inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air.

Kartini menyuarakan perubahan. Ia membawa perjuangan perempuan pada fase yang baru, tidak sekadar menuntut pengakuan tapi juga mengeklaim keberadaannya dalam kehidupan bangsa. Hidup Kartini begitu singkat, hanya 25 tahun, tetapi gagasan-gagasan progresifnya tidak lekang oleh zaman. Tulisannya menggambarkan perjuangan panjang di "ruang dalam" yang belum selesai sekalipun kemerdekaan di "ruang luar" sudah tercapai.

Buku ini akan memberikan gambaran mengenai kehidupan Kartini dalam bentuk yang lebih kompleks. Pembaca akan disuguhkan pada kecerdasan seorang wanita hebat dengan kecerdasannya mampu memberi perubahan kepada perempuan-perempuan tanah air. Buku ini juga akan memberikan inspirasi pada pembaca melalui pengalaman-pengalaman luar biasa dari Kartini.

2. Hatta: Jejak yang Melampaui Zaman

Mohammad Hatta, yang akrab dipanggil Bung Hatta, adalah seorang tokoh pahlawan nasional, proklamator kemerdekaan, dan wakil presiden pertama Indonesia yang lahir pada 12 Agustus 1902. Selain tokoh kemerdekaan, Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia berkat perannya dalam berbagai karya ilmiah mengenai ekonomi dan koperasi.

#MenolakLupa Jasa Pahlawan lewat Buku Ini!

Sekiranya masih hidup dan diminta memerikan situasi Republik Indonesia di awal abad ke-21, Mohammad Hatta hanya perlu mencetak-ulang tulisannya yang pernah terbit pada 1962: "Pembangunan tak berjalan sebagaimana semestinya.... Perkembangan demokrasi pun telantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah."

Buku ini memaparkan sepak-terjang Mohammad Hatta, salah seorang Bapak Bangsa Indonesia dari pemikiran sampai ke asmara. Jauh di masa hidupnya, Hatta telah menerawang pahit-getir perjalanan Republik Indonesia sehingga sering disebut "melampui zaman". Menurut Mohammad Hatta, demokrasi dapat berjalan baik jika ada rasa tanggung jawab dan toleransi di kalangan pemimpin politik. Sebaliknya, menurut Hatta,

"Perkembangan politik yang berakhir dengan kekacauan, demokrasi yang berakhir dengan anarki, membuka jalan untuk lawannya: diktaktor."

3. Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil

Sosok Sutan Sjahrir dikenal sebagai politisi yang cerdas, idealis, dan berani menyuarakan pemikiran yang kritis demi kemajuan bangsa. Sjahrir adalah seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia, perdana menteri pertama, dan salah satu orang penting yang memperjuangkan pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia di masa awal kemerdekaan.

#MenolakLupa Jasa Pahlawan lewat Buku Ini!

Sutan Sjahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sutan Sjahrir sendiri justru absen dari peristiwa besar itu. Dia memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah: jalur diplomasi—cara yang ditentang tokoh lain yang lebih radikal.

Ideologinya, antifasis, dan antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik. Ia dituduh elitis. Sjahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948. Sejatinya, Sutan Sjahrir juga turun ke gubuk-gubuk, berkeliling Tanah Air menghimpun kader Partai Sosialis Indonesia.

Sejarah telah menyingkirkan peran besar Bung Kecil—begitu Sjahrir biasa disebut. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Sjahrir adalah revolusioner yang gugur dalam kesepian.

4. Wiji Thukul: Teka-teki Orang Hilang

Wiji Thukul adalah seorang penyair, aktivis, dan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan di Indonesia, khususnya pada masa Orde Baru. Thukul menggunakan puisi sebagai alat untuk menyuarakan keresahan rakyat kecil dan menentang penindasan pemerintah. Thukul hilang secara misterius pada tahun 1998 di tengah kekacauan politik menjelang runtuhnya Orde Baru, dan sampai detik ini, keberadaannya tidak diketahui. Ia dikenang sebagai simbol keberanian dalam memperjuangkan hak asasi manusia.

#MenolakLupa Jasa Pahlawan lewat Buku Ini!

Lelaki cadel itu tak pernah bisa melafalkan huruf “r” dengan sempurna. Ia “cacat” wicara tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang memesona. Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani.

Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakkan kebencian terhadap Orde Baru. Maka ia dibungkam, dilenyapkan. Wiji Thukul mungkin bukan penyair paling cemerlang yang pernah kita miliki. Sejarah Republik menunjukkan ia juga bukan satu-satunya orang yang menjadi korban penghilangan paksa. Namun, Thukul adalah cerita penting dalam sejarah Orde Baru yang tak patut diabaikan: seorang penyair yang sajak-sajaknya menakutkan sebuah rezim dan kematiannya hingga kini jadi misteri.  

Kisah tentang Wiji Thukul adalah jilid perdana seri “Prahara-prahara Orde Baru” yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo, Mei 2013. Serial ini menyelisik, menyingkap, merekonstruksi, dan mengingat kembali berbagai peristiwa gelap kemanusiaan pada masa Orde Baru yang nyaris terlupakan.

5. Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan

Tan Malaka merupakan salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Namanya sangat melegenda dan dikenal banyak orang, bahkan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno berdasarkan Keputusan Presiden RI No.53 yang ditandatangani pada 28 Maret 1963.

#MenolakLupa Jasa Pahlawan lewat Buku Ini!

Ia orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya “Bapak Republik Indonesia”. Sukarno menyebutkannya “seorang yang mahir dalam revolusi”. Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.  

Tan melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Soekarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat nama-salah satunya Tan Malaka-apabila Bung Karno dan Bung Hatta mati atau ditangkap. “...jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka.” Kata Sukarno. Tapi di masa pemerintahan Soekarno pula Tan dipenjara dua setengah tahun tanpa pengadilan.

Semasa hidupnya, Tan Malaka membenci ketidakadilan dan kolonialisme sehingga memaksa Tan Malaka menjadi buronan Belanda. Hampir setengah hidupnya ia habiskan untuk bersembunyi. Ia selalu berpindah dan menggunakan nama samaran agar tidak tertangkap.

6. Chairil Anwar: Bagimu Negeri Menyediakan Api

"Si Binatang Jalang" alias Chairil Anwar adalah pelopor sastra Indonesia Angkatan '45 dan dikenal karena gaya hidupnya yang bebas serta semangat kreatifnya yang menggebu-gebu. Karya-karyanya penuh dengan ekspresi kemerdekaan, keberanian, dan kegelisahan hidup, seperti dalam puisi-puisinya yang terkenal, Aku, Karawang-Bekasi, dan Diponegoro.

#MenolakLupa Jasa Pahlawan lewat Buku Ini!

Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja dan menulis puisi. Sajak "Diponegoro" yang terkenal dengan kata-kata "Maju Serbu Serang Terjang" berhasil menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap sosok Diponegoro yang kuat dan hebat dalam menghadapi Belanda.

Chairil tegas melawan kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang menandakan semangat itu terlihat dari puisi tersebut. Sesudah kemerdekaan, sikap juang Chairil semakin kuat terlukis dalam puisi-puisinya. Salah satunya adalah sajak "Krawang-Bekasi" yang ditulis berdasarkan pengalamannya saat Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947. Tapak berkesenian Chairil mencuatkan namanya sebagai pelopor Angkatan 45 yang mendobrak angkatan sebelumnya.

Chairil adalah penulis yang sangat produktif. Meninggal di usia 27, tetapi sepanjang hidupnya yang singkat itu ia telah membuat 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Terkenal dengan potret diri yang ikonik dalam pose mengisap sebatang rokok, Chairil menghasilkan sajak-sajak yang memperkaya khazanah sastra Indonesia.


Baca juga: Sastra Wangi: Ideologi dan Sudut Pandang Penulis Novel Feminis


Sekali lagi, selamat memperingati Hari Pahlawan Nasional, ya, Grameds! Semoga kita dapat selalu mengingat dan menolak lupa atas jasa para pahlawan terdahulu kita dan bisa melanjutkan kembali perjuangan-perjuangan mereka dengan cara kita sendiri ya!

Kamu bisa mengenal para pahlawan yang berjasa di Indonesia dengan buku-buku yang ada di Gramedia.com. Gak hanya pahlawan-pahlawan yang disebutkan di atas, tapi di Gramedia, masih ada banyak banget buku-buku yang membahas tentang sejarah tokoh-tokoh pahlawan Indonesia! Yuk, perkaya wawasan tentang pahlawan Indonesia dari buku-buku Gramedia! 📖

Berburu Gramedia 11.11 Flash Sale di Sini!

Temukan Semua Promo Spesial di Sini!


Header: Gramedia.com

Penulis: Btari Najwa Naila