Rayakan Hari Santri Nasional, Ini Rekomendasi Buku tentang Kehidupan Pesantren!
Selamat Hari Santri Nasional, Grameds! 🕌📿
Kamu udah tahu belum kalau hari ini Hari Santri Nasional? Hari Santri Nasional menjadi sebuah momen penting bagi umat Islam di Indonesia, khususnya bagi para santri. Peringatan ini bukan hanya untuk mengenang jasa para santri dalam sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga menjadi refleksi bagi generasi kini untuk melanjutkan perjuangan tersebut melalui pendidikan, pengabdian sosial, dan keteladanan moral.
Diperingati setiap tanggal 22 Oktober, Hari Santri tahun 2024 ini mengangkat tema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan", yang bermakna perjuangan berkelanjutan para santri dalam merengkuh masa depan yang sejahtera, dengan semangat, keberanian, dan nilai-nilai luhur yang selalu dijaga dan diteruskan.
Tema ini juga sejalan dengan filosofi logo baru yang dibuat khusus untuk Hari Santri tahun ini, yang bisa Grameds lihat di header dan di bawah ini, atau juga di ucapan-ucapan hari santri pada unggahan media sosial.
Hari Santri Nasional pertama kali diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Peringatan ini bertujuan untuk menghormati peran besar para santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan serta kontribusi mereka dalam pembangunan nasional, baik di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, maupun kebangsaan.
Penetapannya mengacu pada peristiwa bersejarah Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini berisi ajakan untuk menggerakkan para santri, ulama, dan umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Nah, dalam rangka merayakan Hari Santri Nasional, berikut ini Gramin sudah siapkan buku-buku tentang kehidupan pesantren buat kamu yang penasaran! Kamu yang pernah belajar di pesantren, pasti jadi nostalgia. Kamu yang gak pernah jadi santri tapi penasaran bagaimana kehidupan di dalamnya, buku-buku inilah jawabannya! ☪️
Rekomendasi Buku tentang Kehidupan Pesantren
1. Negeri 5 Menara
Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Maninjau. Tiba-tiba dia harus melintas punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamika walau Alif ingin menjadi Habibie.
Dengan setengah hati dia mengikuti perintah ibunya: belajar di pondok. Di hari pertama di Pondok Madani (PM) Alif terkesima dengan “mantra” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa.
Di bawah menara masjid, mereka menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang bearak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian mereka masing-masing. ☁️
Ke mana impian akan membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
2. Hijab for Sisters: Jadi Anak Pesantren
Menceritakan kehidupan pergaulan di sekitar anak remaja, Tasya si anak kota dengan pergaulan yang bebas dan sering nongkrong bersama teman-temannya mendadak harus tinggal di pesantren. Pemberontakannya dimulai hingga dia menjadi santri yang sering melakukan pelanggaran.
Pertemanannya dengan Dini (Wonogiri), Sarah (bule), Astri (Jakarta) tidak selalu mulus. Apalagi Dini, yang dianggap sebagai musuh. Pergulatan batin dialaminya dari hari ke hari. Pesantren dianggapnya sebagai penjara mewah. Dini yang awalnya dianggap musuh akhirnya dia menjadi orang yang pertama memahami dirinya.
Lika-liku di pesantren pun mengubah pribadi Tasya menjadi lebih baik hingga dia dijadikan pembimbing santri yang lebih muda darinya. Tasya berhasil menjalani kehidupannya di pesantren. 🧕🏼
3. From Pesantren With Laugh
"The Cacingers" adalah nama julukan santri-santri kamar Abdurrahman bin Auf di Pondok Pesantren Modern Sabilut Tauhid. Mereka adalah Badar, Oji, Guntur (yang biasa disingkat Bajigur), Ijul, Mahmud, Basri, Anwar, Asep, Yusuf, dan Faisal.
Mereka dijuluki demikian karena memang kesepuluh santri ini memiliki tubuh yang cungkring-cungkring bin kurus-kurus. Uniknya, mereka ditakdirkan untuk berkumpul di satu kamar. 🛌🏻
Kamar Abdurrahman bin Auf. Kehidupan pesantren ternyata tidak selamanya pahit, getir, dan terpenjara. Buktinya, mereka bisa ceria dan bahagia di tengah semua kenangan kehidupan pesantren yang penuh cina dan canda tawa.
4. Laiqa: Hijab for Sisters: Dia Ibu yang Harus Dihormati, Fayla!
Sebagai remaja yang hendak mempelajari ilmu agama, hidup Fayla sudah ideal; tinggal di pesantren dan belajar di sekolah yang diimpikan, punya banyak teman yang baik dan loyal, serta orangtua yang menyayanginya tanpa kurang.
Hingga suatu hari videonya saat berdebat keras dengan seorang ustazah, diviralkan orang tua santri yang berkunjung. Membuatnya dipandang sebagai santri bermasalah sekaligus anak kurang ajar. Hinaan dan cercaan yang diterima tidak sebanding dengan satu fakta yang dibawa salah seorang kerabat, membuat hidup ideal Fayla seketika itu berantakan.
Bahkan dia membenci ibunya yang selama ini menyembunyikan kenyataan mengenai asal-usulnya. Lantas, apa lagi yang perlu dipertahankan dalam hidup Fayla setelah semua berbalik dari harapan idealnya? 😥
5. My Annoying Brother - Antologi Cerpen Dulido
Kalau mau tau cerita kehidupan pesantren dari santrinya langsung, berarti kamu harus baca buku yang satu ini! 😆
Antologi ini berisi sepuluh cerpen karya para santriwan dan santriwati di Pesantren Modern Daarul `Uluum Lido, Bogor, Jawa Barat. Dipenuhi bermacam perenungan sederhana tetapi sarat makna. Disisipi kisah-kisah yang lucu, haru, juga mendayu-dayu.
Inilah karya-karya terbaik yang terpilih dalam kompetisi lomba menulis cerita pendek sebagai bagian dalam acara Ngaji Literasi. Ngaji Literasi merupakan program kolaboratif antara Penerbit Elex Media dan Pesantren Modern Daarul `Uluum Lido.
6. Alif di Pesantren: Jurus Adu Domba
“Rasulullah saw. biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad)
Nah, yang lucu-lucu dan kocak ada di sini, Alif di Pesantren! Seri daro Quanta Kids ini menampilkan lika-liku kehidupan Alif si santri yang tinggal dan belajar di pesantren. Yang kali ini adalah edisi Jurus Adu Domba! 😲
Sebelum sholat Idul Fitri dianjurkan makan dahulu. Sebaliknya ketika Idul Adha, setelah sholat. Karena pada hari raya Idul Adha, kita berqurban. Maka dianjurkan makan setelah sholat Ied, agar kita menyantap hidangan qurban bersama-sama.
7. Lost in Pesantren
Cerita kehidupan di pesantren penuh dengan aroma beraneka rasa. Kadang manis dan getir berpadu menjadi irama yang mengalun mengiringi perjalanan santri mencari ilmu.
Bagaimana bertahan dalam keterbatasan, bertarung melawan kejenuhan, dan menempa diri untuk menjadi pembelajar yang sabar. Meski situasi ini sebenarnya jalan yang ditempuh para pemenang untuk bisa berdiri tegak di atas puncak kesuksesan.
Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif yang mengurai nilai, hikmah dan falsafah kehidupan pesantren. Ditulis dengan bahasa yang renyah sehingga kamu bisa dengan rileks memilih tema yang disukai tanpa harus mengerutkan dahi. Buku ini akan menjadi pemantik kenangan masa lalu santri, pelecut semangat santri yang tengah belajar di pesantren, dan referensi bagi calon santri.
Baca juga: Meramaikan Bulan Bahasa, Ini Buku Sastra Terbaru yang Wajib Dibaca!
Sekali lagi, selamat hari santri nasional, Grameds! Semoga momentum hari santri tahun ini bisa menumbuhkan semangat juang yang berkelanjutan bagi kita semua, ya! Khususnya para santri dalam merengkuh masa depan yang sejahtera dan menjaga nilai-nilai luhur. Semangat selalu! 👏🏻
Jangan lupa untuk ikuti terus promo dan harga spesial dari Gramedia.com yang bisa kamu nikmati sambil belanja buku-buku kesayangan. Dari diskon hingga penawaran spesial, semuanya ada buat kamu. Klik gambar di bawah ini untuk menuju kumpulan promonya, Grameds! 🌛
Header: kemenag.go.id
Referensi: kemenag.go.id
Penulis: Btari Najwa Naila