Merayakan Hari Film Nasional dengan Mengenang Perjalanan Film Adaptasi
Selamat Hari Film Nasional 2019 ke-69! Bicara tentang film, pastinya banyak hal yang bisa dikaitkan. Termasuk juga dengan film adaptasi buku.
Tahu kah kalian jika adaptasi film dari buku sudah ada sejak hampir 100 tahun yang lalu di Indonesia? Tepatnya sejak 1927, film adaptasi novel pertama dirilis, dengan judul Eulis Atjih. Bercerita tentang seorang pria yang meninggalkan istrinya yang bernama Eulis Atjih dan juga anaknya, hingga kehidupan mereka berakhir dengan kemiskinan.
Seiring perkembangan zaman, mulai banyak film yang berawal dari novel ataupun dari media lainnya. Hingga di tahun 2000-an, film-film adaptasi novel mendapatkan tempat tersendiri di hati penontonnya. Mari sedikit mengenang perjalanan film adaptasi di momen perayaan Hari Film Nasional kali ini.
Sebut saja Ca Bau Kan, film adaptasi novel berjudul sama karya Remy Sylado yang sukses di pasaran pada 2002 lalu. Atau Mereka Bilang Saya Monyet, adaptasi dari novel karya Djenar Maesa Ayu yang sukses mencuri perhatian di 2008 lalu.
Bisa dibilang, film adaptasi menjadi salah satu hal penting dalam kemajuan perfilman Indonesia dari masa ke masa. Bahkan di satu dekade terakhir, film adaptasi buku novel, kerap menjadi bintang, yang berhasil mengumpulkan jumlah penonton terbanyak.
Tidak percaya? Berikut Gramedia.com sudah siapkan daftar film-film adaptasi novel yang bersinar selama satu dekade terakhir untuk menemani kamu di Hari Film Nasional 2019.
2009
Percaya atau tidak, di 2009, tiga besar film dengan jumlah penonton terbanyak, semuanya ditempati oleh film adaptasi. Posisi pertama ditempati film Ketika Cinta Bertasbih, dengan 2.1 juta penonton.
Posisi kedua, ada film Sang Pemimpi dengan 2 juta lebih penonton dan di posisi ketiga ada sekuel film Ketika Cinta Bertasbih, dengan 1.4 juta penonton.
2010
Film adaptasi yang bersinar di 2010 yaitu Sang Pencerah, dengan 1.1 juta penonton. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini bercerita tentang perjuangan KH Ahmad Dahlan.
Versi novelnya sendiri, yang berjudul sama dengan filmnya, ditulis oleh seorang wartawan dan sastrawan, bernama Akmal Nasery Basral.
2011
Surat Kecil untuk Tuhan berhasil ada di posisi pertama, dengan 748 ribu penonton. Kisahnya diangkat dari novel berjudul sama, karya Agnes Davonar.
Sementara di posisi ketiha ada film adaptasi Hafalan Shalat Delisa, dengan 668 ribu penonton. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Tere Liye.
2012
Film Habibie & Ainun berhasil mengumpulkan penonton terbanyak dengan jumlah 4.5 juta.
Sementara film 5 Cm, berada di bawahnya, dengan jumlah 2.4 juta penonton.
2013
Diadaptasi dari karya Hamka yang legendaris, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berhasil meraup jumlah penonton terbanyak, 1.7 juta penonton.
Diikuti oleh film 99 Cahaya di Langit Eropa, yang merupakan adaptasi novel berjudul sama karya Hanum Rais dan Rangga Almahendra, dengan 1.1 juta penonton.
2014
Di 2014, meski tak dipimpin oleh film adaptasi, namun di posisi ketiga masih ditempati film adaptasi, yaitu Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar, dengan 715 ribu penonton.
Film tersebut diangkat dari novel inspiratif yang memuat perjuangan Merry Riana, yang ditulis oleh Alberthiene Endah.
2015
Surga yang Tak Dirindukan berhasil menarik perhatian dan menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak, yaitu 1.5 juta penonton.
Film ini diadaptasi dari karya Asma Nadia, dengan judul yang sama. Karena kesuksesannya, film ini kemudian dibuat sekuelnya, masih dengan kisah dan cerita yang dibuat berdasarkan novelnya.
2016
My Stupid Boss merupakan film adaptasi yang berhasil menempati posisi ketiga di tahun 2016, dengan perolehan lebih dari 3 juta penonton.
Sementara di posisi pertama ditempati oleh Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 dengan 6.8 juta penonton. Sementara posisi kedua ditempati Ada Apa dengan Cinta 2 dengan 3.6 juta penonton.
2017
Di 2017, bertaburan film-film adaptasi dari berbagai genre, mulai dari horor, romance hingga komedi. Namun hanya satu yang berhasil menempati posisi tiga besar.
Yaitu Ayat Ayat Cinta 2, yang berhasil menempati posisi tiga, dengan 2.8 juta penonton. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama, karya Habiburrahman El Shirazy.
2018
Pasti masih ingat dong, dengan sosok Dilan yang digilai karena sikap puitis sekaligus menyebalkannya. Yap, tahun 2018 adalah tahunnya Dilan 1990, yang berhasil menempati posisi pertama dengan perolahan 6.3 juta penonton.
Selain, Dilan, film adaptasi Danur 2: Maddah, juga berhasil berada di tiga teratas. Film horor yang diadaptasi dari buku karya Risa Saraswati ini berada di posisi ketiga dengan 2.5 juta penonton.
2019
Apakah tahun ini masih akan didominasi oleh film-film adaptasi? Setidaknya di tiga bulan pertama ini, memang begitu. Karena Dilan 1991, film adaptasi novel karya Pidi Baiq ini, memimpin dengan perolehan 5.2 juta penonton.
Percaya kan kalau film-film adaptasi memegang peranan penting dalam perkembangan perfilman Tanah Air?
Ngomong-ngomong sudah kah kalian membaca versi bukunya dari film-film adaptasi yang bersinar selama satu dekade terakhir ini? Jangan lupa dibaca ya, biar tahu perbedaannya. Jangan lupa juga pesan bukunya di Gramedia.com.
Sumber foto header: pexels.com