Pasta Kacang Merah, Novel Laris Jepang yang Bagikan Manisnya Persahabatan
Buat kamu yang sebelumnya pernah baca Sweet Bean Paste atau An (あん), Admin punya kabar bagus karena Sweet Bean Paste akan terbit di Indonesia! Novel karya Durian Sukegawa ini akan terbit di Indonesia dengan judul Pasta Kacang Merah.
Novel ini merupakan salah satu novel best seller international dan mendapatkan ulasan baik tentang ceritanya yang sangat menyentuh. Pada tahun 2017, buku ini memenangkan Le Prix des Lecteurs du Livre de Poche kategori Pilihan Pembaca. Le Prix des Lecteurs du Livre de Poche merupakan acara penghargaan yang diadakan oleh salah satu penerbit Perancis yaitu Le Livre de Poche.
Novel ini juga sudah diadaptasi menjadi film layar lebar yang disutradarai dan ditulis oleh Naomi Kawase pada tahun 2017. Film ini dibintangi oleh Kirin Kiki dan Masatoshi Nagase sebagai pemeran utama. Film ini pertama tayang di Cannes Film Festival pada 14 Mei 2015 dan tayang di Jepang dua minggu kemudian pada tanggal 30 Mei 2015.
Mengenal Sang Penulis, Durian Sukegawa
Penulis dari novel ini adalah Tetsuya Sukegawa atau yang lebih dikenal dengan nama Durian Sukegawa. Sukegawa lahir pada 17 Juni 1962 di Tokyo dan besar di Kobe. Ia berkuliah di Universitas Waseda jurusan Filsafat Timur. Setelah lulus, ia agak kesulitan untuk mencari pekerjaan dikarenakan tidak ada yang menerima orang dengan buta warna. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk memulai karir independen dengan menulis untuk majalah, televisi, dan radio.
Nama panggung Durian Sukegawa muncul saat dia menjadi seorang penyiar. Selama lima tahun sejak tahun 1995 sampai 2000, ia menjadi pembawa acara program radio tengah malam, di mana ia sangat digemari anak muda yang menelpon untuk meminta saran karena sifatnya yang tidak menghakimi. Ia juga memiliki pekerjaan lain di bidang radio pada tahun 1996 sampai 1998, yaitu menjadi pembawa program bernama Kimpachi Sensei yang mengenalkan lagu rock berbahasa Inggris, dengan konsep mempelajari bahasa Inggris melalui musik.
Ia juga sempat bergabung ke dalam band bernama Sakebu Shijin No Kai, namun bandnya akhirnya bubar karena salah satu anggotanya ditangkap karena narkoba. Setelah band itu bubar, Sukegawa pindah ke New York dan menetap di sana selama dua tahun. Sekembalinya ke Jepang, ia mulai menulis dan menerbitkan beberapa karya dengan nama pena Tetsuya Akikawa, sebelum akhirnya kembali ke nama Durian Sukegawa.
Dibalik Penulisan Novel Pasta Kacang Merah
Ide penulisan buku Pasta Kacang Merah muncul saat Sukegawa menjadi penyiar radio pada tahun 1996. Suatu hari ia bertanya ke pendengarnya.
“Apakah ada makna dalam hidup?”
Jawaban para pendengarnya pun hampir sama.
“Kita semua harus berguna di masyarakat. Kalau tidak berguna, apa gunanya hidup?”
Jawabannya itu pun membuat ia tidak nyaman dan membuatnya berpikir kalau pendengarnya dibebani oleh pemikiran bahwa orang dewasa harus berguna untuk masyarakat.
Ia pun memikirkan betapa banyaknya masyarakat yang didiskriminasi karena dianggap tidak berguna untuk masyarakat. Kala itu, di Jepang sempat ada suatu hukum yang seakan mengucilkan orang yang menderita suatu penyakit kulit, dengan menjauhkannya dari masyarakat bahkan setelah sembuh pun perlu diisolasi di sanatorium.
Memikirkan banyaknya diskriminasi yang dihadapi oleh orang yang terkena penyakit kulit tersebut, membuat dirinya memutuskan untuk menulis novel yang diharapkan dapat membuat pembacanya menemukan makna hidup dan menghargai kehidupan.
Sukegawa mulai menulis novel Pasta Kacang Merah pada tahun 2006 saat ia berkenalan dengan mantan pasien penyakit kulit yang sudah sembuh, dan dirinya diajak ke salah satu sanatorium oleh mereka. Dengan mengunjungi sanatorium, ia mempelajari lebih banyak dan mewawancarai para pasien tentang penyakit tersebut untuk bahan tulis novelnya.
Kunjungan itu membuat pasta kacang jadi bagian penting dari cerita ini, karena ia memerhatikan banyaknya manisan yang dibuat di sanotorium tersebut. Pasta kacang merah sendiri merupakan salah satu bahan utama untuk membuat manisan Jepang, maka dari itu ia merasa pasta kacang merah adalah hal yang tepat untuk dijadikan bagian penting dari cerita.
Baca juga: Rekomendasi Novel Jepang Terjemahan yang Seru Abis!
Sinopsis Novel Pasta Kacang Merah
Novel ini bermula dari Sentaro, seorang pria yang mempunyai impian menjadi penulis. Namun, sayangnya impian itu harus dikubur karena dirinya terlibat masalah dan terpaksa menghabiskan waktu di penjara.
Setelah bebas, ia pun merasa sangat gagal dalam hidup. Ia memiliki catatan kriminal dan tidak bisa lepas dari alkohol. Ia pun melanjutkan kehidupannya yang monoton dengan mengurus toko dorayaki yang ada di bawah pohon sakura. Pekerjaannya dilakukan untuk membayar utang judi dari masa lalunya yang kelam.
Hidupnya berubah ketika ia sedang mencari pekerjaan baru dan muncullah seorang nenek tua dengan jemarinya yang terlihat aneh. Nenek yang bernama Tokue itu menawarkan diri untuk bekerja di sana. Awalnya tidak yakin dengan kemampuan Tokue, ia pun diyakinkan setelah Tokue membuat pasta kacang merah yang enak, dan Sentaro pun menerimanya dengan syarat jangan sampai dirinya terlihat, karena takut akan pandangan orang-orang terhadap jemarinya.
Di saat pertemanan mereka mulai terjalin, tekanan mulai muncul dari para masyarakat setelah mengetahui penyebab jemari Tokue yang terlihat aneh. Rahasia yang sudah disimpan rapat oleh Tokue pun terancam terbongkar. Apakah pertemanan mereka yang terjalin akan terancam?
Untuk tahu jawabannya, kamu bisa segera membeli bukunya karena sedang ada penawaran spesial! Penawaran ini berlaku hingga 9 Oktober 2022 dengan harga spesial novel Pasta Kacang Merah menjadi seharga Rp64.000 saja. Jadi, segera check out sebelum kehabisan!
Masih ada banyak novel best seller internasional baik dari Jepang maupun negara lain yang bisa kamu dapatkan di Gramedia.com. Yuk, cek juga berbagai promo menarik dari Gramedia.com di bawah ini agar belanja buku jadi lebih hemat! ⤵️
Baca juga:
5 Rekomendasi Novel Thriller Jepang yang Penuh dengan Teka-Teki
Rekomendasi Buku Favorit Idol KPop dari Karya Penulis Asal Jepang
Sumber foto header: Dok. Gramedia.com
Penulis: Mohammad Fachrul Rozy