Memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa dengan Buku-Buku Ini!

Memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa dengan Buku-Buku Ini!

Selamat Hari Sumpah Pemuda, Grameds! ❤️🤍

Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Di tahun 2024 ini, Sumpah Pemuda sudah diperingati sebanyak 96 kali, sejak pertama kali diikrarkan pada Kongres Pemuda Kedua di Batavia (Jakarta), tanggal 28 Oktober 1928. Saat itu, para pemuda dari seluruh Indonesia bersatu dan berkumpul. Momentum ini juga dinilai sebagai momen persatuan Indonesia yang saat itu masih terpecah-pecah.

Sumpah Pemuda memiliki tiga ikrar, yang berbunyi sebagai berikut:

Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda mengandung banyak harapan bagi persatuan bangsa. Sumpah Pemuda juga senantiasa menjadi pengingat bagi generasi muda, para pemuda dan pemudi yang menjadi penerus bangsa, untuk terus ikut memperjuangkan dan memaknai kemerdekaan yang sudah diraih oleh Indonesia.

Bersamaan dengan semarak peringatan sumpah pemuda, yuk kita sama-sama mengenang perjuangan pemuda-pemudi Indonesia dalam membangun negara puluhan dan ratusan tahun lalu! Mari kita #MenolakLupa dengan sejarah perjuangan Indonesia dan jasa-jasa pahlawan kita. Berikut ini adalah buku-buku tentang perjuangan Indonesia, jangan lupa dibaca, Grameds! 💪🏻

Buku tentang Perjuangan Indonesia untuk Memperingati Hari Sumpah Pemuda

1. Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

BukuBaca Sekarang di Sini!

Buku Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer merupakan catatan Pramoedya Ananta Toer tentang derita gadis-gadis Indonesia yang menjadi korban kekejaman tentara Jepang pada masa Perang Dunia Kedua di Pulau Buru serta kelanjutan nasib para Jugun Ianfu yang ditinggalkan begitu saja setelah Jepang menyerah pada tahun 1945.

Tahun 1943, Pemerintahan Pendudukan Balatentara Dai Nippon di Jawa mengeluarkan perintah kepada para remaja perempuan untuk melanjutkan sekolah di Tokyo dan Shonanto. Perintah ini tidak pernah diumumkan secara resmi juga tidak masuk dalam Osamu Serei (Lembaran Negara).

Jepang sengaja melakukannya untuk menghilangkan jejak dan para perawan remaja yang telah diberangkatkan meninggalkan kampung halaman serta keluarga mereka untuk menempuh perjalanan yang berbahaya. Bukan untuk disekolahkan, tetapi mereka dipaksa untuk memenuhi impian seks serdadu Jepang.

“ ... kalian para perawan, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu. Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat…”
- PRAMOEDYA ANANTA TOER-

2. Perempuan Bersampur Merah

BukuBaca Sekarang di Sini!

Tragedi tahun 1998 tidak akan pernah hilang dari ingatan Sari. Tak hanya kehilangan bapak yang tertuduh sebagai dukun santet, Sari juga kehilangan paman sekeluarga—yang seketika pergi meninggalkan kampung lantaran mendapat stigma.  

Untuk mencari jawaban atas kematian bapaknya, Sari menuliskan daftar nama orang yang ikut mengarak pembantaian bapaknya pada selembar kertas. Karena mengharapkan bantuan, ia bagikan kertas tersebut kepada dua sahabatnya, Rama dan Ahmad.  

Pencarian itu rupanya tidak hanya membawa Sari bergabung dalam sanggar tari gandrung yang penuh rahasia, tetapi juga mengubah persahabatan Sari-Rama-Ahmad menjadi kisah cinta yang rumit. Cinta yang akhirnya menuntun mereka bertiga kembali pada tragedi di tahun kelam itu.

3. Namaku Alam

BukuBaca Sekarang di Sini!

Siapa di sini yang pecinta karya-karya fiksi sejarah Leila S. Chudori? Pasti sudah nggak asing dengan nama Sagara Alam. Setelah novel berjudul Pulang yang menceritakan empat wartawan Indonesia yang tak bisa kembali ke tanah air setelah peristiwa tragedi 1965, ia kemudian melanjutkannya dengan Namaku Alam.

Inilah yang kubayangkan detik-detik terakhir Bapak: 18 Mei 1970. Hari gelap. Langit berwarna hitam dengan garis ungu. Bulan bersembunyi di balik ranting pohon randu. Sekumpulan burung nasar bertengger di pagar kawat. Mereka mencium aroma manusia yang nyaris jadi mayat bercampur bau mesiu. Terdengar lolongan anjing berkepanjangan.

Empat orang berbaris rapi, masing-masing berdiri dengan senapan yang diarahkan kepada Bapak. Hanya satu senapan berisi peluru mematikan. Selebihnya, peluru karet. Tak satu pun di antara keempat lelaki itu tahu siapa yang kelak menghentikan hidup Bapak. Pada usianya yang ke-33 tahun, Segara Alam menjenguk kembali masa kecilnya hingga dewasa. Semua peristiwa tertanam dengan kuat.

Karena memiliki photographic memory, Alam ingat pertama kali dia ditodong senapan oleh seorang lelaki dewasa ketika masih berusia tiga tahun; pertama kali sepupunya mencercanya sebagai anak ‘pengkhianat negara’; pertama kali Alam berkelahi dengan seorang anak pengusaha besar yang menguasai sekolah; dan pertama kali dia jatuh cinta.

4. Amba

BukuBaca Sekarang di Sini!

Amba merupakan novel karangan Laksmi Pamuntjak yang mengisahkan kehidupan Amba yang saat itu berusia 18 tahun dan memiliki keinginan untuk mengejar pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tahun 2006 Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari seorang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali.

Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. "Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua." Tapi ia meninggalkan kotanya. Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.

5. Burung-burung Manyar

BukuBaca Sekarang di Sini!

Burung-burung Manyar merupakan roman yang ditulis Y.B. Mangunwijaya dengan penuh keberanian dan kejujuran tentang kehidupan manusia-manusia yang terlibat peperangan, baik fisik maupun batin. Roman ini telah mendapat tanggapan positif dari kritikus sastra, penulis resensi dari berbagai media massa, dan para sastrawan.

Buku ini sudah diterjemahkan dalam edisi bahasa Jepang berjudul Arasi no Naka no Manyar (1987), dalam bahasa Belanda Het boek van de Wevervogel (1987), dalam bahasa Inggris The Weaverbirds (1989).

Y.B. Mangunwijaya dengan novelnya Burung-burung Manyar mencoba melihat revolusi Indonesia dari segi yang objektif bahkan agak cenderung melihatnya dari segi Belanda, dengan memasang protagonis orang Indonesia yang anti-Republik. Nilai buku ini terutama terletak pada keberanian pengarang untuk mengisahkan konflik jiwa seorang anti-Republik semasa revolusi, segi informasinya tentang kehidupan tentara KNIL dan gaya humor pengarang yang kadang-kadang terselip ejekan yang penuh kejutan. (Jakob Sumardjo).

6. Pasung Jiwa

BukuBaca Sekarang di Sini!

Apa itu kebebasan?
Apakah kehendak bebas benar-benar ada?
Apakah manusia bebas benar-benar ada?

Okky Madasari mengemukakan pertanyaan-pertanyaan besar yang dimiliki oleh manusia dan kemanusiaan di dalam novelnya yang berjudul Pasung Jiwa ini.

Melalui dua tokoh utamanya yang bernama Sasana dan Jaka Wani, Okky Madasari berusaha untuk menghadirkan berbagai pergulatan yang dirasakan oleh manusia di dalam mencari kebebasan dan melepaskan diri dari segala kungkungan yang ada. Mulai dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, atau bahkan dominasi ekonomi dan belenggu kekuasaan.

7. Semua untuk Hindia

BukuBaca Sekarang di Sini!

Semua untuk Hindia merupakan sebuah buku kumpulan cerita yang ditulis oleh Iksaka Banu. Buku ini menghadirkan tiga belas cerita berbeda dengan sudut pandang dari tokoh utama yang berbeda-beda. Bahasa yang memikat dan cerita yang solid dimiliki oleh seluruh cerita Iksaka Banu di buku ini. Seluruh cerita yang disajikan dalam buku ini terasa solid dengan gaya bahasa yang dihadirkan.

Menulis buku dalam konteks sejarah, tidak seharusnya banyak mengumbar kata-kata indah. Semua cerita di buku ini masuk ke dalam inti pesan yang ingin disampaikan. Pembaca dapat merasakan rasa keseriusan dari penulis dalam melakukan riset sejarah yang ingin ditulis sebelum dituangkan dalam cerita fiksi.  

“Sejak terbitnya karya Buru oleh Pramoedya A.Toer di tahun 1980-an, inilah karya sastra Indonesia yang pertama dan mungkin satu-satunya yang secara radikal menjungkir-balik sejarah nasional.”-Ariel Heryanto (Profesor di Universitas Monash, Melbourne)

8. Notasi

BukuBaca Sekarang di Sini!

Rasanya, sudah lama sekali sejak aku dan dia melihat pelangi di langit utara Pogung. Namun, kembali ke kota ini, seperti menyerukan semua ingatan tentangnya; tentang janji yang terucap seiring jemari kami bertautan.

Segera setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menghubungimu lagi. Itulah yang dikatakannya sebelum dia pergi. Dan aku mendekap erat-erat kata-kata itu, menanti dalam harap. Namun, yang datang padaku hanyalah surat-surat tanpa alamat darinya. Kini, di tempat yang sama, aku mengurai kembali kenangan-kenangan itu….


Baca juga: Meramaikan Bulan Bahasa, Ini Buku Sastra Terbaru yang Wajib Dibaca!


Selain mempersatukan rakyat Indonesia, Sumpah Pemuda juga menyatukan bahasa yang resmi digunakan sebagai bahasa ibu kita, yaitu Bahasa Indonesia. Penjajahan dari Belanda dan Jepang terhadap Indonesia menjadikan Bahasa Indonesia tersisihkan dan belum menjadi bahasa resmi sampai Sumpah Pemuda diikrarkan. Oleh karena itu, bulan Oktober–sebagai bulan ketika Sumpah Pemuda diperingati–dirayakan pula sebagai Bulan Bahasa.

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari waktu ke waktu. Perubahan pada Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah yang mengubah bentuk bahasa, baik secara bunyi, tata bahasa, maupun makna.

Buku tentang Bahasa Indonesia untuk Merayakan Bulan Bahasa

1. Makan Kapal Selam

Tahukah kamu bahwa kata-kata OK merupakan kata bahasa Inggris yang diserap dari bahasa Jawa? Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana mungkin? Melalui esai pembuka dalam buku Makan Kapal Selam, Samsudin Adlawi menuliskan argumennya mengenai asal-usul kata 'OK' dalam sebuah kisah yang akan membuat kamu tercengang-cengang.

BukuBaca Sekarang di Sini!

Dalam bukunya ini, Samsudin Adlawi akan mengajak kamu untuk berselancar mengikuti perkembangan Bahasa Indonesia yang unik lewat kumpulan esainya yang sebelumnya sudah pernah dimuat di beberapa media cetak. Kamu akan menemukan banyak fakta tidak terduga tentang asal-usul kata atau peribahasa, perubahan makna atau bunyi dari sebuah kata, atau penggunaan rangkaian kata yang kreatif dalam kehidupan masyarakat.

Buku ini bisa kamu dapatkan dalam bentuk e-book di sini >>> Makan Kapal Selam.

2. Recehan Bahasa

Terkenal sebagai 'ahli' Bahasa Indonesia, Ivan Lanin aktif menggunakan laman Twitter-nya sebagai tempatnya menyebarkan ilmu-ilmu mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kiprahnya di dunia maya cukup menuai perhatian netizen, yang kemudian menjadikan akun Twitter Ivan Lanin (@ivanlanin) sebagai lapak untuk tanya jawab mengenai penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai KBBI dan peraturan yang berlaku saat itu.

BukuBaca Sekarang di Sini!

Dalam bukunya yang berjudul Recehan Bahasa, Ivan Lanin mengumpulkan macam-macam kata dan kalimat yang berserakan di media sosial dan menganalisis cara para netizen berbahasa dengan narasi yang ringan dan lucu. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi berbentuk komik agar lebih seru untuk diikuti.

Melalui buku ini, Ivan Lanin mengajak pembacanya untuk memerhatikan cara penggunaan Bahasa Indonesia. Sesuai tajuk di cover-nya, "Baku Tak Mesti Kaku", kamu dapat belajar menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa perlu terlihat kaku atau terlalu formal. Isi buku ini dinilai para pembacanya sebagai buku yang informatif dan aplikatif. Plus, sesuai judulnya, receh!😂

3. Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?

Masih dari Ivan Lanin, dalam bukunya ini, beliau mempertanyakan kenapa banyak orang cenderung menggunakan bahasa asing, alih-alih Bahasa Indonesia. Kebiasaan masyarakat ini menjadikan Bahasa Indonesia tersisihkan dan banyak kesalahan penulisan atau penggunaan kata, yang bahkan juga dilakukan oleh pengguna bahasa seperti wartawan!

BukuBaca Sekarang di Sini!

Buku ini bermaksud untuk menjawab ketidaktahuan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dinarasikan dengan gaya bahasa yang ringan dan persuasif, buku ini cocok dibaca untuk kamu yang ingin mempelajari penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4. Konsep Dasar Bahasa Indonesia

Masih dengan tujuan untuk mengajak masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar, Yunus Abidin menulis buku ini dengan pembahasan yang lebih serius. Dalam buku ini, kamu akan diajak untuk memahami terlebih dahulu konsep kebahasaan Bahasa Indonesia, kemudian belajar membiasakan diri untuk menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

BukuBaca Sekarang di Sini!

Kamu akan dipandu untuk berbahasa dengan baik dan sesuai aturan, yang dijelaskan dengan detail dalam buku ini. Kamu akan mempelajari secara lengkap dalam penjelasan-penjelasan terstruktur di buku ini mengenai ilmu linguistik Bahasa Indonesia.


Nah, itu dia Grameds, buku-buku yang membahas mengenai sejarah perjuangan pemuda Indonesia sekaligus buku-buku tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai pemuda dan pemudi Indonesia, sudah selayaknya kita menerapkan 3 sumpah pemuda: bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan. 🤞🏻

Sekali lagi, selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa, ya, Grameds! Bersama-sama, mari kita menjadi pemuda pemudi harapan bangsa yang lebih baik! ❤️🤍

Mau belanja lebih hemat? Dapatkan promo-promo menarik hanya di sini!

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Sumber gambar header: Dok. Gramedia

Penulis: Puteri C. Anasta, Btari Najwa Naila


Enter your email below to join our newsletter