Rekomendasi Buku yang Mengangkat Isu Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual kini kembali ramai diperbincangkan dan masih menjadi topik panas. Tentunya hal ini bisa membuat kita geram terhadap perlakuan pelaku terhadap para korban.
Tindakan kekerasan ini sangat melanggar hak asasi manusia, dan memberikan dampak psikis maupun fisik yang besar terhadap hidup dan masa depan korban. Penyembuhannya pun tidak mudah serta membutuhkan proses yang lama. Maka dari itu, kita perlu ikut menyuarakan perlawanan terhadap tindakan tak terpuji ini.
Pengetahuan yang mendalam tentang kekerasan seksual sangat diperlukan. Salah satu caranya lewat membaca buku-buku yang membuka pemahaman kita akan kekerasan seksual. Penerbit Gramedia Pustaka Utama telah menerbitkan beberapa karya yang mengangkat isu ini. Membaca karya-karya ini bisa jadi cara untuk membangun kesadaran kita bersama dalam melawan kejadian tersebut.
Rekomendasi Buku yang Mengangkat Isu Kekerasan Seksual
1. Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
Buku ini mengangkat tema kawin paksa berdasarkan pengalaman para korban budaya kawin tangkap di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Mengisahkan tentang Magi Diela, gadis yang bercita-cita tinggi ingin membangun Sumba, namun impiannya pupus kala ia diculik dan dipaksa mengikuti tradisi kawin tangkap. Banyak adegan dalam buku ini yang berdasarkan kisah nyata para penyintas kawin tangkap.
Magi menghadapi banyak tantangan, ia kini harus melawan orang tua, masyarakat kampung, dan adat yang ingin merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan, setelah Leba Ali telah menodai dirinya secara paksa. Walaupun begitu, Magi tetap berjuang meski berbahaya, untuk memperjuangkan keadilan, dan kembali mendapatkan kebebasan serta kehidupan yang lebih baik.
Buku yang mampu membuat emosimu teraduk-aduk ini sangat kritis dalam memperlihatkan budaya yang merugikan perempuan, serta seolah hanya dijadikan objek, tak punya pilihan, tidak boleh memiliki kebebasan, dan memperlihatkan kita bahwa masih banyak isu yang membelenggu dalam hidup bermasyarakat.
2. Kitab Kawin
Berisi 12 cerita pendek tentang hal-hal ironis dalam hidup seorang perempuan, termasuk kekerasan dan pelecehan. Tokoh ceritanya datang dari berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari karyawan biasa, ibu-ibu borju, perempuan kelas menengah di ibukota Jakarta, hingga yang tinggal di kota kecil dan desa.
Isu perempuan dan perkawinan yang dibahas dalam buku ini akan memberikan kita pencerahan terhadap kondisi para tokoh perempuannya. Mereka yang merasa sepi, ataupun ingin bebas dari keterikatan, hingga jiwa-jiwa feminis yang berani memberontak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
Berbagai kisah disampaikan dalam buku ini, mulai dari masalah perselingkuhan, pernikahan, kekerasan, trauma dan dendam, hingga berbagai emosi lainnya yang mampu membuatmu tercengang atas apa yang bisa terjadi di luar sana.
3. Scars and Other Beautiful Things
Harper Simmons adalah gadis remaja berusia 17 tahun yang begitu berprestasi di sekolahnya. Dari ikut klub debat, memenangkan banyak perlombaan, mempunyai keluarga yang selalu mendukung, dan pacar yang tak kalah menyayanginya. Tapi semua kebahagiaan itu perlahan sirna, dan Harper kerap menemui mimpi buruknya setiap hari. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana perjuangan seorang korban kekerasan seksual lewat karakter Harper. Ia berjuang mengalahkan trauma akibat diperkosa seorang mahasiswa Universitas Stanford.
Sang penulis, Winna Efendi, memang menulis berdasarkan kisah nyata dan menjadikan buku ini sebagai tempat untuk menyuarakan kegundahan. Karya Winna menyuarakan pedihnya kenyataan pahit bahwa pelaku kekerasan seksual biasaya tidak mendapatkan hukuman yang setimpal, sementara pihak korban justru dihujani tekanan alih-alih dukungan.
Harper yang perlu mengikuti sesi konseling berkali-kali demi memulihkan diri menjadi gambaran untuk kita dalam merasakan terpuruknya jadi korban. Perjuangan Harper untuk sembuh dan bangkit juga bisa menjadi teman yang bisa saling menguatkan.
4. Obsessive Loves
Buku ini secara gamblang memperlihatkan seperti apa dahsyatnya tekanan batin yang biasanya dialami para korban kekerasan seksual. Luka-luka yang bahkan dapat membuat korban tidak mampu menyuarakan hal-hal keji yang telah menimpa dirinya.
Kamu akan melihat bagaimana dampak psikis yang dialami Syaira pasca kejadian dan bagaimana luka yang tak berdarah itu seringkali justru lebih sulit diobati. Buku ini juga dibalut oleh plot twist yang mencengangkan dalam proses mengungkap pelaku.
5. Mereka Bilang Saya Monyet
Novel perdana Djenar Maesa Ayu yang begitu berani menyuarakan pembelaan terhadap kaum perempuan ini langsung menyabet penghargaan Khatulistiwa Literary Award. Kumpulan cerpen ini juga membangun kesadaran bahwa tingkat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak-anak begitu tinggi, minimnya edukasi mengenai topik kekerasan seksual di negeri ini, serta fakta memprihatinkan bahwa banyak sekali korban yang tidak berani melapor.
Buku mengenai persoalan perempuan ini pun telah diangkat ke layar lebar pada tahun 2008 dan memenangkan berbagai penghargaan di festival film internasional. Diangkat dari cerpennya yang berjudul ‘Lintah’ dan ‘Melukis Jendela’, memperlihatkan cerita tentang Adjeng yang merupakan seorang penulis cerita anak-anak.
Adjeng selalu diperlakukan seperti anak kecil oleh ibunya. Suatu saat, ia mengingat kejadian memilukan yang dilakukan pacar sang ibu terhadapnya saat ia remaja. Kisah-kisahnya pun ia tuliskan dan diterbitkan. Alih-alih bangga akan pencapaian Adjeng, ibunya malah marah besar dan menyalahkannya karena membuat ayahnya pergi dari rumah.
6. Represi
Anna adalah gadis SMA yang hidupnya baik-baik saja. Karena ia adalah anak tunggal, ia pun dekat dengan sang ibu, dan ia mempunyai sahabat yang begitu menyayanginya. Sampai suatu ketika, ia mempunyai pacar bernama Sky yang begitu posesif. Sifat tersebut membuat Sky menyuruh Anna menjauh dari sahabat-sahabatnya, dan ia pun menuruti hal itu.
Keadaan makin berubah, Anna menjauh dari semua, hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ternyata, ada banyak luka yang disimpan rapat oleh Anna, bahkan sejak dirinya masih kecil. Tak hanya dengan pelecehan, tapi juga tentang hubungan yang abusive.
Novel remaja yang mengangkat isu kesehatan mental ini menjadi cahaya tentang konsultasi psikologi. Bahwa datang ke psikolog itu bukan hal yang tabu, dan siapapun bisa mengetahui bagaimana proses konsultasi bersama psikolog dalam buku ini, dalam menyembuhkan luka yang terpendam bertahun-tahun.
Baca juga: Ini Dia Rekomendasi Buku Sastra Terpopuler Terbitan GPU
Karya-karya di atas diharapkan bisa memberikan pencerahan untuk kita semua, terutama menjadi perwakilan suara kawan-kawan, baik korban maupun penyintas, yang belum terdengar, masih terbungkam, atau sedang berjuang untuk didengar.
“Diam bukan pilihan. Ini adalah perjuangan bersama.” -GPU-
Sumber foto header: Unsplash