Review Buku Festival Hujan: Patah Hati Jadi Momen untuk Mencintai Diri Sendiri
“Apa yang kamu lakukan sehari setelah patah hati?”
Kalau tiba-tiba ada yang menanyakan kamu pertanyaan seperti itu, kira-kira jawabanmu akan seperti apa, Grameds? Mengurung diri seharian di kamar? Berpura-pura tidak terjadi apa-apa? Bersikap seperti biasanya? Menangis dan terjaga semalaman? Yang jelas, setiap orang selalu punya cara yang berbeda dalam menyembuhkan patah hatinya. 💔
Begitu juga seperti yang dilakukan Rania, gadis lugu yang baru berulang tahun kedua puluh sekaligus diputuskan sepihak oleh pacarnya, dalam buku berjudul Festival Hujan. Minggu-minggu setelah putus dengan pacarnya, Rania mengalami beberapa fase duka, atau istilah zaman sekarangnya, five stages of grief: denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance.
Namun pada akhirnya, dari patah hati yang beberapa kali--dari percintaan dan hubungan keluarganya yang kurang beruntung--Rania menemukan dirinya sendiri. Rania belajar menerima dirinya dengan segala ketidaksempurnaan yang ia miliki.
Festival Hujan merupakan karya dari penulis Seribu Wajah Ayah, Azhar Nurunala. Festival Hujan diterbitkan oleh Penebit Grasindo tahun 2023. Ditulis dengan gaya khas Azhar Nurunala, Festival Hujan—seperti Tuhan Maha Romantis dan Seribu Wajah Ayah—ringan untuk diikuti alur ceritanya. Hal-hal dalam novel juga sangat dekat dan melekat dalam kehidupan sehari-hari. Desain kover Festival Hujan juga terlihat menawan sehingga sangat layak untuk dikoleksi.
Ini adalah kisah tentang hujan, buku, keluarga, cinta, persahabatan, dan berbagai upaya meraih bahagia. Selengkapnya tentang novel Festival Hujan, Grameds bisa melihat sinopsis dan review-nya di bawah ini, ya! Siapa tahu, buku fiksi ini bisa memeluk kamu yang sedang berada di posisi yang sama seperti Rania. ☔🫂
Sinopsis Buku Festival Hujan
“Apa yang kamu lakukan pada hari pertama setelah patah hati?”
Itu adalah pertama kalinya bagi Rania. Pertama kalinya ia memiliki hubungan spesial dengan seorang lelaki. Juga pertama kalinya ia merasakan patah hati oleh seorang lelaki. Hari-hari setelah patah hati dihabiskannya mengurung diri di kamar, membaca artikel-artikel seputar move-on, bertanya-tanya apa yang salah, mengapa takdir sedemikian menyakitkan untuknya.
Biah, sahabat Rania, juga tak bisa berbuat banyak untuk menghibur Rania. Sebuah toko buku kecil yang baru buka di samping rumah, rupanya mampu menjadi pelarian Rania. Ia pun mengajak Biah ke toko buku itu, melihat-lihat koleksi buku, dan berkenalan dengan pemiliknya, Tama.
Rania yang mulanya tidak hobi membaca buku, tiba-tiba mampu menamatkan banyak bacaan. Tama mengizinkan Rania membaca semua koleksi di toko bukunya. Setiap selesai membaca buku, Rania dan Tama duduk di toko buku itu dan mendiskusikannya. Rania bersyukur atas hadirnya Tama dan toko bukunya dalam kehidupan Rania.
Setelah ayah dan ibunya bercerai, Rania tinggal dengan ayahnya. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan Rania saat tinggal bersama ayahnya. Kini, ada Tama di sebelah rumahnya. Namun ternyata Rania tidak benar-benar tahu siapa Tama. Satu persatu hal yang tidak Rania ketahui tentang Tama muncul. Rania mulai meragukan arti kehadiran Tama untuknya. Ia mulai takut patah hati kembali.
Review Buku Festival Hujan
Buku ini mengambil premis yang cukup menarik, yang dibuka dengan satu pertanyaan: “Apa yang kamu lakukan pada hari pertama setelah patah hati?”
Bagi sebagian orang yang sudah pernah mengalaminya, mungkin akan menjadi mengingat-ingat kembali apa yang pernah mereka lakukan. Namun, untuk orang-orang yang belum pernah, pertanyaan ini jadi pertanyaan yang membingungkan harus dijawab seperti apa.
188 halaman dari buku Festival Hujan rasanya sangat bisa dinikmati untuk seluruh kalangan, untuk menjadi teman untuk dibaca sebelum tidur, atau saat senggang dan ingin mencari hiburan. Apalagi para remaja seumuran Rania yang sering galau-galau dan ingin membaca bacaan tentang patah hati. Buku ini juga menyajikan ilustrasi gemas nan cantik untuk beberapa adegan dalam novelnya, yang tentu saja memanjakan mata dan sangat diminati oleh anak-anak zaman kini.
Akan tetapi, lebih dari sekadar cerita tentang perempuan yang patah hati, Nurunala membawa kita untuk mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri berarti menerima diri seperti apa pun bentuk tubuh kita, merawat diri, dan melakukan hal-hal positif yang bisa membuat diri kita jadi pribadi yang lebih baik.
Seperti dalam sebuah dialog antara Rania dan Tama,
“... Tapi gini, Pak Dosen, aku masih belum terlalu paham. Kalau Pak Dosen mencintai diri sendiri, dengan cara apa misalnya?”
“Saya? Ya contohnya baca buku, nambah wawasan, olahraga, pokoknya hal-hal yang kiranya bikin diri ini lebih sehat, lebih baik dari waktu ke waktu.”
Dari segi penulisan, Festival Hujan ditulis dengan kata-kata yang sederhana, ringan, dan mudah dipahami. Untuk pembaca pemula atau mau mencoba membaca karya-karya Nurunala setelah Seribu Wajah Ayah, buku yang satu ini bisa banget kamu coba baca!
Gramin rasa, kamu yang baca buku ini akan bisa habis dalam satu duduk. Alur ceritanya mengalir, karakter-karakternya yang dengan mudah bisa kamu cintai dan bisa kamu ambil pelajaran di dalamnya, dan adegan-adegan yang relateable dengan anak-anak muda. Cerita move on-nya Rania dan lika-likunya dalam menangani kesedihan yang terjadi di dalam hidupnya ini cukup menarik untuk kamu ikuti.
Selain tentang insecurity dan perihal mencintai diri, ada banyak banget pesan yang disampaikan penulis dalam Festival Hujan. Pesan-pesan tentang hidup, cinta, keluarga, dan bahkan persahabatan. Intinya, Gramin sangat merekomendasikan buku ini buat kamu yang ingin membaca buku fiksi ringan tapi kaya akan pelajaran hidup! 🤗
Pada Akhirnya, Kita Hanya Harus Mencintai Diri Sendiri
“Kita bisa melindungi orang lain kalau diri kita sendiri kuat, kita bisa berbagi sama orang lain kalau kita punya sesuatu untuk dibagi, dan kita baru bisa mencintai orang lain kalau kita punya banyak cinta di dalam diri kita. So, yes, betul, sebisa mungkin kita harus kaya, termasuk kaya cinta. Dan orang pertama dan utama yang harus memberi diri kita cinta yang banyak adalah kita sendiri.”
Awalnya, mungkin kamu akan bertanya-tanya, mengapa judulnya harus Festival Hujan? Namun, lambat laun kamu akan menyadari bahwa 'hujan' adalah kesedihan dan luka-luka yang ada di hidup kita. Atau di dalam buku ini, Rania.
Rania melewati dan 'disiram' oleh banyak hujan di hidupnya. Luka dari ibunya yang meninggalkannya, luka dari Tahta, kekasihnya yang juga meninggalkannya, luka karena ia tidak merasa seperti kebanyakan perempuan lainnya (cantik, langsing, dan lainnya), luka dari Tama, seorang yang tadinya ia percaya tetapi mengecewakannya.
Festival Hujan mengajarkan kita untuk melepas dan menerima, atau bahkan, merayakan luka dan seluruh sedih itu. Sebab tiap manusia selalu punya gilirannya untuk terluka. Dari luka itu, kita tumbuh dan belajar jadi manusia yang lebih baik dari kemarin hari. Dari luka itu, Tuhan akan melihat seberapa besar kemauan kita untuk bertahan. Dan luka adalah bagian dari hidup.
Buku ini mengajak dan mengingatkan kita bahwa yang harus kita cintai pertama kali adalah diri kita sendiri. Ketika kita sudah bisa mencintai dan menerima diri kita sepenuhnya, maka kita akan siap mencintai hal-hal lain atau juga orang lain.
Sampai pada akhirnya nanti, yang kita punya hanyalah diri kita sendiri. Jadi jangan menggantungkan kebahagiaan dan garis takdir kita di telapak tangan orang lain. Sebab berharap pada manusia--atau menciptakan ekspektasi-ekspektasi di dalam kepala terhadap manusia--adalah hal yang sia-sia.
Kutipan-Kutipan dari Buku Festival Hujan, Siapa Tahu Relateable!
Meskipun tadi Gramin bilang buku ini ditulis dengan kata-kata yang ringan dan mudah dipahami, Festival Hujan punya banyak sekali kutipan bagus yang ditulis sesuai porsinya--tidak berlebihan dan menjadi reminder buat para pembacanya. Berikut ini beberapa kutipan yang Gramin suka banget! Ada yang relate sama kamu, gak, Grameds? ^_^
“William Shakespeare bilang gini, 'Expectation is the root of all heartache.' Ekspektasi itu akar dari semua sakit hati. Kenapa kita merasa kecewa? Karena apa yang terjadi enggak sesuai ekspektasi. Kenapa kita kecewa sama seseorang? Karena perlakuan orang itu enggak sesuai sama yang kita harapkan. Betul enggak, Ran?”
“Yang bisa kita atur kadarnya itu cuma ekspektasi kita. Ekspektasi kita pada hasil. Ekspektasi kita pada seseorang.”
“Hidup ini ajaib banget. Kadang-kadang, untuk ngasih kita satu pelajaran berharga, kita dipaksa buat ngelewatin banyak hal dulu. Dan kadang-kadang, untuk ketemu dengan orang yang tepat, kita dipertemukan dulu sama orang-orang yang salah.”
“Bahwa mencintai itu pekerjaan yang dilakukan dengan tulus. Perihal orang yang dicintai balas mencintai atau enggak, yah bukan masalah besar. Perihal bisa bersama atau enggak dengan yang dicintai, ya enggak terlalu khawatir. Kalau iya, cintanya berbalas, bisa bersama, itu bonus aja.”
“Jangan pernah mengorbankan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita, demi ngejar materi, atau kesenangan lain yang semu.”
Dunia ini penuh tipu daya, Rania. Kita perlu cermat memilah beban: mana yang harus dipikul, mana yang selayaknya dilepaskan. Abaikan indah fatamorgana, temukan oase yang sesungguhnya.
Dan berhentilah, Rania. Jangan lagi meletakkan garis takdirmu di telapak tangan orang lain.
Profil dan Karya Lainnya dari Penulis
Nurunala atau Azhar Nurun Ala jatuh cinta pada dunia menulis di usia tujuh belas ketika tengah menempuh kuliah di Jurusan Gizi Universitas Indonesia. Berawal dari menulis rutin di blog, kini ia sudah menerbitkan belasan judul buku, beberapa di antaranya Seribu Wajah Ayah (2020) dan Jangan Dulu Patah (2022).
Saat ini, Azhar tinggal bersama keluarga kecilnya di Depok, Jawa Barat. Berinteraksi dengan Azhar bisa melalui instagram @azharnurunala atau surat elektronik dengan alamat azharnurunala@live.com. Berikut ini adalah deretan karya terbaik lainnya dari Nurunala:
1. Seribu Wajah Ayah
Buku Seribu Wajah Ayah mengajak pembaca untuk merefleksikan kasih orang tua kepada anaknya. Di balik kasih orang tua, terdapat pengorbanan yang dilakukan orang tua agar dapat memberikan kehidupan yang bahagia bagi anak-anak. Selain merefleksikan, buku ini juga mengajak pembaca untuk bersyukur atas orang-orang tersayang yang Tuhan hadirkan di dalam hidup kita.
2. Jangan Dulu Patah
Jangan Dulu Patah merupakan sebuah buku antologi prosa yang terdiri dari 70 judul yang berisi serpihan renungan tentang hidup, cinta, dan kesendirian. Prosa yang ditulis berdasarkan kegelisahan hidup yang dirasakan dan dialami Sang Penulis membuat pesan yang disampaikan tepat sasaran ke hati tiap-tiap yang membacanya.
3. Janji untuk Ayah
Janji untuk Ayah merupakan novel bertema keluarga yang ditulis baru pada tahun 2024. Karakter dibangun dengan rapi dan kuat sepanjang petualangan cerita. Tidak membosankan sebab alurnya begitu dinamis dan menyajikan hal-hal baru di setiap episode.
4. Tuhan Maha Romantis
Tuhan Maha Romantis adalah sebuah novel bergenre romance-religi. Cerita yang sederhana dan ringan, dikemas dalam 200 halaman sehingga pas dibaca dalam waktu yang padat. Ditulis oleh penulis yang familier dengan kehidupan dan organisasi keislaman kampus saat itu, novel ini terbilang begitu dekat dengan pembaca mahasiswa.
Nah, itu dia review dari Gramin untuk buku karya Nurunala yang berjudul Festival Hujan! Semoga kita semua bisa jadi Rania yang menerima diri sendiri dan berdamai dengan keadaan, yaa, Grameds! Mencintai diri sendiri dulu, baru kita bisa membagi cinta kita kepada orang lainnya. ❤️🩹
Festival Hujan dan sejumlah karya tulis dari Nurunala bisa kamu dapatkan di Gramedia.com, tentunya dengan berbagai diskon terbaik dan termurah untuk kamu! Ada diskon mulai dari 20% untuk buku-buku terbaik Nurunala!
Yuk, dapatkan penawaran spesial dan berjumpa dengan tulisan-tulisan indah dari Nurunala! Belanja gak perlu mahal kalau dengan Gramedia! 😉
Header: Dok. Gramedia
Penulis: Btari Najwa Naila