Merenungi Arti Hidup: Review Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya

Ditulis oleh: Gheani Kirani
Grameds, mungkin kamu sudah tidak asing dengan kutipan yang bilang kalau Generasi Z itu bermental tempe. Namun, apakah benar demikian faktanya? Hmm.. mari kita telisik bersama.
Generasi Z—yang lahir antara tahun 2000 hingga 2010—sering disebut sebagai harapan besar untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Namun, di balik optimisme itu, ada realitas yang memprihatinkan: kesehatan mental banyak anak muda dari generasi ini berada dalam situasi yang kritis. Gangguan kecemasan, depresi, dan perasaan putus asa terus-menerus menjadi masalah yang signifikan. Tidak sedikit dari mereka yang merasa kewalahan menghadapi tekanan sosial, ekspektasi tinggi, dan tuntutan hidup yang semakin kompleks.
Data menunjukkan bahwa hampir dua per tiga atau 65% dari Gen Z mengalami gangguan kesehatan mental selama dua tahun terakhir. Sebanyak 42% siswa sekolah menengah melaporkan perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus, sementara 47% lainnya sering merasa cemas. Tak hanya itu, satu dari lima anak muda di generasi ini mengalami depresi berat. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesehatan mental Gen Z berada dalam situasi kritis. Persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.
Buku terbaru karya dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ, menawarkan perspektif segar untuk memahami persoalan ini. Rupanya perkara kesehatan mental masih luput dari atensi generasi di atas Gen Z, lho. Nah, melalui buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya, dr. Andreas menyingkap fakta dan perspektif lain tentang kesehatan mental.
Dengan gaya penulisan yang puitis dan reflektif, buku ini menyentuh berbagai sisi kesehatan mental, mulai dari kecemasan hingga rasa kehilangan. Alih-alih menggunakan bahasa yang berat dan penuh teori, dr. Andreas justru membawa pembaca menyelami perasaan mereka melalui perumpamaan sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Bagi Gen Z yang sedang mencari pemahaman atau sekadar butuh "teman bicara," buku ini adalah pilihan yang relevan sekaligus menginspirasi.
Kamu penasaran mau tahu lebih banyak tentang buku ini, Grameds? Yuk, simak apa saja hal menarik dan hal yang mungkin terlewatkan dari buku ini, tetapi sebelumnya kenalan dulu dengan dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ!
Sedikit Cerita tentang dr. Andreas
dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ, yang lebih dikenal di media sosial sebagai @dr.ndreamon di Instagram dan @ndreamon di X, adalah seorang psikiater lulusan Universitas Indonesia. Di dunia maya, ia sering disebut sebagai "psikiater yang suka bercanda" karena gaya komunikasinya yang santai dan humoris. Dari kesehariannya di ruang praktik, ia mengumpulkan berbagai pertanyaan menarik yang sering muncul dari pasiennya. ✨✨
Melalui pendekatan yang hangat dan mudah dipahami, dr. Andreas berusaha menyampaikan wawasan tentang kehidupan dan manusia. Ia membahas bagaimana emosi dan pikiran manusia bisa terasa begitu rumit, tetapi sebenarnya juga sederhana. Berangkat dari refleksi tersebut, ia pun menulis sebuah buku yang mengeksplorasi tema kebahagiaan dan penyesalan, yaitu Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya.😊
Hal-Hal Menarik dari Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya

Salah satu kelebihan utama buku ini adalah gaya bahasanya yang puitis dan estetik. Dr. Andreas merangkai kalimat dengan indah, menciptakan narasi yang tidak hanya informatif tetapi juga memikat hati pembaca. Pemilihan diksi yang beragam dan gaya penulisannya yang reflektif membuat buku ini terasa seperti percakapan personal yang hangat dan penuh makna. Melalui narasi yang penuh empati, pembaca merasa dipahami dan diajak untuk merenungi pengalaman hidupnya dengan cara yang lembut.
Dr. Andreas juga berhasil menghadirkan tema berat seperti kesehatan mental dengan pendekatan yang berbeda. Alih-alih menyajikan deskripsi yang penuh teori, ia menggunakan perumpamaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari pembaca. Perumpamaan seperti ini tidak hanya membuat isu kesehatan mental lebih mudah dipahami, tetapi juga menyentuh hati pembaca. Pendekatan ini membuat buku terasa sangat relatable, terutama bagi mereka yang sering bergumul dengan overthinking atau mencari arti kebahagiaan.
Narasi dalam buku ini juga terasa sangat seimbang. Meski topik yang diangkat kompleks, gaya penyampaian yang ringan dan proporsi tiap paragraf yang pas membuat pembaca tidak mudah bosan. Cerita-cerita yang dihadirkan pun mengalir dengan baik sehingga menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan. Selain itu, dr. Andreas menggunakan kisah-kisah nyata yang menyentuh dan menyisipkan humor halus sehingga pembaca dapat memahami isu mental health tanpa merasa terbebani.
Keunggulan lain buku ini adalah relevansinya dengan kehidupan pembaca masa kini. Sebagai psikiater yang memahami keresahan generasi muda, dr. Andreas memberikan sentuhan personal yang menjawab kebutuhan para #sobatoverthinking. Buku ini menjadi teman yang menenangkan dan penuh inspirasi bagi siapa saja yang merasa terjebak dalam ekspektasi sosial atau perasaan tidak cukup baik. Buku ini tidak hanya sebuah bacaan, tetapi juga refleksi mendalam tentang kehidupan dan kebahagiaan.
Hal-Hal yang Terlewatkan dari Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya
Meski memiliki banyak kelebihan, tema yang diangkat dalam buku ini tetap terasa cukup berat bagi sebagian pembaca. Secara gamblang, buku ini membahas berbagai emosi, seperti kekecewaan dan penyesalan. Kumpulan emosi yang dituturkan dalam buku ini bisa memicu perasaan tertentu bagi mereka yang sedang berjuang dengan kesehatan mental. Meski ditulis dengan bahasa yang ringan, tema-tema ini mungkin tetap menantang bagi pembaca yang rentan terhadap pemicu emosional.
Buku ini juga menonjolkan narasi reflektif yang kuat sehingga pembaca perlu melakukan perenungan mendalam untuk memahami setiap pelajaran hidup yang sedang dituturkan. Pendekatan ini tentu membutuhkan kesabaran dan keterbukaan dari pembaca untuk mencerna maknanya secara menyeluruh. Narasi tersebut justru menjadi kekuatan utama buku ini, tetapi bagi sebagian pembaca mungkin terasa sedikit menantang jika tidak terbiasa dengan gaya reflektif semacam ini.
Kesimpulan
Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya menawarkan refleksi mendalam tentang kebahagiaan dan penyesalan dengan gaya bahasa puitis dan empati. dr. Andreas Kurniawan menyampaikan isu kesehatan mental dengan cara yang relatable, menjadikannya bacaan yang inspiratif bagi mereka yang sering overthinking.✨✨
Meski penuh makna, tema yang diangkat bisa terasa berat bagi sebagian pembaca. Narasi reflektifnya juga menuntut kesabaran dalam memahami setiap pesan. Namun, justru inilah yang membuat buku ini lebih dari sekadar bacaan—ia menjadi teman untuk memahami diri sendiri.😊
Itulah ulasan tentang buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya. Buku ini akan segera terbit dan tersedia di Gramedia.com pada 12 Februari 2025. Tandai kalendermu dan jangan lewatkan kesempatan untuk membacanya, Grameds!📆🤗
Selagi menunggu, kamu bisa cek Semesta Buku Online dan dapatkan diskon hingga 70%, lho! Yuk, buruan meluncur ke Gramedia.com sekarang dan berjumpa dengan buku-buku incaran kamu! Ketuk gambar di bawah dan selamat berbelanja, Grameds! 👇🛒
Dapatkan Promo Semesta Buku di Sini!
Penulis: Gheani Kirani (@gheaniikirani)
Penyunting: Laila Wulanalfi
Sumber Data: Kompas.id, Suarakampus.com, CDC (Survei Perilaku Risiko Remaja, 2021), Gallup (Survei 2023), Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas, 2018)
Header: dokumen Gramedia