(REVIEW BUKU) The Naked Traveler 8: Akhir Perjalanan Trinity?

Buku The Naked Traveler 8: The Farewell dimulai dengan pengumuman dari penulisnya, Trinity:

"Dengan sedih dan berat hati, saya menyatakan bahwa ini akan menjadi buku terakhir dari seri The Naked Traveler ."

Duh,  sedih ya.  Ada apa sih kok sampai segitunya? Sebelum menjawabnya, mari sejenak menengok seri The Naked Traveler dan sosok Trinity.

Seri ini awalnya adalah tulisan-tulisan Trinity di blog-nya pada pertengahan dekade 2000-an.  Sekitar tahun-tahun itu nge-blog sedang tren. Ada macam-macam blog, dari mulai review buku, review film, kuliner, fashion, dan lainnya.

Trinity memilih membuat blog pengalamannya berwisata ke berbagai penjuru dunia. Blog-nya populer. Lantas datang tawaran dari penerbit untuk membukukan blog-nya.

Pada 2009 seri pertama The Naked Traveler. Sebelas tahun kemudian ia telah melahirkan 14 buku  catatan perjalanan, termasuk delapan seri The Naked Traveler.

Tulisan perjalanannya yang informatif sekaligus menghibur telah menginspirasi banyak orang untuk traveling,  tidak hanya ke luar negeri, melainkan juga ke berbagai pelosok Indonesia.

Atas kontribusinya itu Trinity pernah dianugerahi Indonesia Travel & Tourism Award 2010 sebagai "Indonesia's Leading Travel Writer" serta terpilih sebagai "5 Orang Penting dalam Dunia Pariwisata Indonesia" oleh DetikTravel Reader's Choice 2014.

(Foto: Muhammad Fachrio Alhadar/Gramedia.com)

Jika Trinity begitu berpengaruh bagi dunia travel kita,  kenapa ia sendiri memilih mundur dari jagat travel writing? Apa mau dikata,  zaman telah berubah.

Seperti diuraikan Trinity di pengantar bukunya, akibat industri penertiban yang terdisrupsi segala serba digital, toko buku (fisik) satu per satu tutup. Kalaupun ada, ruangannya diperkecil dan ruang buku dipersempit didesak aneka barang lain non-buku.

Apa pembaca buku beralih ke e-book alih-alih bentuk kertas?  Tidak juga. E-book pun,  katanya, masih kecil pendapatannya. Artinya, pembaca buku kian sedikit.

Sementara itu,  sebagai travel writer yang semata mengandalkan penghasilan dari menulis, royalti dari penjualan bukunya tak bisa lagi mencukupi untuk traveling.

"Boro-boro travelling,  untuk hidup aja berat?" tulisnya. (hal. 3)

Cerita di Buku Terakhir

Buku seri terakhir The Naked Traveler yang ditulis Trinity

Duh, miris ya. Lantas apa yang disuguhkan Trinity di buku terakhir seri The Naked Traveler? Dikatakan, sampai buku kedelapan terbit,  Trinity telah melancong ke hampir seluruh provinsi Indonesia dan 88 negara di dunia.

Buku kedelapan mengisahkan perjalanannya ke berbagai negara, mulai dari Iceland,  Denmark, Italia, negara-negara berakhiran "stan" di Asia Tengah, sampai Iran.  

Selain negara-negara yang jarang dikunjungi orang Indonesia tersebut, ia juga bercerita perjalanannya ke negeri yang relatif touristy atau biasa jadi tempat kunjungan wisata seperti Maldives alias Maladewa, Vietnam, dan Taiwan.

Pelosok Indonesia juga di buku ini tak luput ia singgung. Kali ini ia mengajak kita ke Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau. Anambas adalah sebuah surga wisata yang masih perawan. Pulau-pulau di sana, katanya, punya pantai yang kece.

Trinity menulis,  tiap melewati pantai ia langsung nyanyi lagu Coldplay: "Para para paradise... Para para paradise!"

Bukan buku The Naked Traveler namanya kalau tak memuat cerita kesialan Trinity yang kocak banget saat dibaca, tapi kasihan bila dibayangkan kejadiannya.

Misalnya kala di Belgia ia kesulitan cari toilet padahal kebelet BAB. Atau ketika di Asia Tengah mengunjungi Kazakstan, Uzbekistan, dan Kirgistan, ia mendapati toilet-toilet terburuk yang jorok dan bau.  

Yang unik juga ada. Di Iran,  misalnya, Trinity yang penganut Kristen bercerita pengalaman berjilbab. Iran juga bukan negara yang seram.  Penduduknya ramah. Ia bercerita sering diminta foto bareng oleh orang-orang Iran.

Pengalaman lain,  Trinity yang jomblo mencoba kencan online selama jalan-jalan di Eropa. Ia bertemu beberapa cowok dan hasilnya... Hm, kamu lebih baik cari tahu sendiri.

What's Next,  Trinity?

The Naked Traveler 8: The Farewell tak sekadar menceritakan petualangan Trinity ke berbagai negara. Sebagai akhir kisah catatan perjalanannya, ia merefleksi bagaimana orang bepergian dahulu dan kini.  

Ia membuat daftar perbedaan traveling zaman dulu dengan zaman now.  Dulu, tulisnya, tiket pesawat tebalnya segepok dan bentuknya mirip buku kuitansi. Sekarang tiket tersimpan di ponsel.

Yang paling menonjol, tulisnya lagi,  dulu orang traveling ingin menikmati suasana baru, melihat keindahan dan keunikan di daerah atau negara lain. Sekarang, orang traveling untuk mengisi feed atau timeline medsos.

Dulu orang menikmati pemandangan dengan tenang, sekarang orang sibuk foto-foto dan nge-vlog.  Sebagai pakar jalan-jalan ia tak luput pula membagi tips buat anak-anak baru alias newbie. Tipsnya mencakup panduan lengkap packing, bagaimana tidur nyaman di pesawat kelas ekonomi padahal perjalanan jauh, sampai pentingnya asuransi perjalanan saat traveling.

Tidak cuma itu. Ia juga berbagi opini soal dunia traveling. Di buku ini kita menemukan pandangannya soal wisata ke tempat mainstream dan anti-mainstream alias touristy versus non-touristy.

Ada pula opininya soal traveler perempuan serta apa Indonesia negeri yang aman buat turis. Opininya bernas, jernih dan jelas.

Yang belum jelas justru nasib Trinity sendiri. Industri buku yang terpuruk mematahkan semangatnya. Ia terpikir untuk pensiun. Berbagai alternatif cara mendapat penghasilan tengah ia pikirkan, termasuk kembali jadi MMK (Mbak-mbak Kantoran) atau selebgram.  

Di tengah kegalauan itu,  Trinity mendapat beasiswa dari pemerintah untuk Residensi Penulis 2018 ke Peru. Pengalamannya di Peru ia ceritakan di akhir buku ini.

Ia ke Peru untuk meriset setelah mendapati Indonesia yang penduduk beragama Katolik-nya minoritas, ternyata "pengekspor" terbesar pastor dan suster ke Peru yang mayoritas penduduknya Katolik.

Itu jelas tema menarik untuk ditulis jadi buku. Kita berharap saja versi bukunya segera terbit. Sejatinya penulis seperti Trinity adalah aset bangsa yang harus kita dukung. Jangan sampai semangatnya menulis patah.

Seri The Naked Traveler boleh berakhir. Tapi karier kepenulisan Trinity sepatutnya jangan.

Untuk kamu yang penasaran dengan bukunya, seri terakhir The Naked Traveler ini bisa kamu dapatkan di Gramedia.com.

***

THE NAKED TRAVELER: The Farewell
Penulis: Trinity
Penerbit: B First (PT Bentang Pustaka)
Tahun: 2019
Isi: vi + 250 halaman