Kokokan Mencari Arumbawangi: Dongeng Indah dengan Kenyataan Pahit
Grameds, pernahkah kamu mendengar dongeng yang indah, tetapi justru menyimpan kenyataan pahit di baliknya? Novel Kokokan Mencari Arumbawangi adalah salah satu kisah yang membawa kita ke dunia penuh keajaiban, sekaligus menampar dengan realitas yang tak selalu ramah.
Novel yang ditulis oleh penulis buku kumpulan puisi, Cyntha Hariadi akan mengajak kamu menyelami cerita yang terasa magis, namun tetap dekat dengan kehidupan nyata—tentang keluarga, keberanian, dan perjuangan mempertahankan apa yang berharga.🤧
Dengan bahasa yang puitis dan alur yang mengalun seperti dongeng, Kokokan Mencari Arumbawangi menghadirkan suasana yang begitu hidup. Jadi, siap untuk terhanyut dalam kisah yang indah sekaligus menggetarkan ini? Yuk, cek sinopsisnya di artikel ini!🤗👇
Tentang Cyntha Hariadi
Cyntha Hariadi (@cynthafnu) adalah penulis puisi dan prosa asal Indonesia yang menetap di Jakarta dan Bali. Ia telah melahirkan berbagai karya sastra, di antaranya Ibu Mendulang Anak Berlari, Manifesto Flora, Mimi Lemon, serta CICA, kumpulan puisi yang berisi 96 sajak reflektif tentang kenangan, identitas, dan jejak sejarah yang sering kali terabaikan.🤩
Gaya penulisannya yang puitis dan penuh nuansa juga terasa dalam Kokokan Mencari Arumbawangi, novel debutnya di dunia literasi. Berbeda dari dongeng yang manis dan penuh keajaiban, novel ini menghadirkan kisah yang lebih membumi—sebuah cerita yang ia tulis seolah sedang menuturkannya langsung kepada anaknya sebelum tidur.🌙
Sinopsis Kokokan Mencari Arumbawangi
Dua bayangan tubuh mencangkul tanah, disoroti mata purnama yang sedang bulat-bulatnya. Kelihatan bentuk mereka kecil-kecil dan kurus-kurus. “Sana, Rum, temani Nanamama, aku bisa sendiri.” Dari wajah Kakaputu menderas keringat selebat hujan ke dadanya yang telanjang, cokelat, mengkilap, setipis papan cuci. Arumbawangi merasa kasihan pada kakak satu-satunya itu. Culun. Tapi, mengingat betapa kuda tenaganya, Arumbawangi kembali bangga. “Jangan, Ka. Lebih cepat selesai, lebih baik. Ingat pesan Nanamama.” Kakaputu dapat merasakan yang dicemaskan sekaligus dipendam adiknya. Dada Arumbawangi sebetulnya sesak penuh air, maka ia ingin bergerak terus.
Gali, gali, gali, supaya air itu tidak keluar melalui mata tapi dari pori-pori kulitnya. Ia sedang membutuhkan tenaga untuk menggali, bukan menangis. Melaksanakan keinginan orang yang paling dicintai lebih penting daripada meratapi diri sendiri. Kakaputu pun merasakan yang sama. Ia menabahkan diri sendiri supaya adiknya juga kuat.
Seorang anak dikirim dari langit, dibawa oleh kokokan, dan dijatuhkan ke kebun bawang merah milik Nanamama. Anak itu kotor sekali, tapi sangat lucu. Kakaputu yang melihatnya langsung sayang dan membawanya pulang. Nanamama memberinya nama Arumbawangi.
Sejak itu hidup mereka bertiga penuh kegembiraan, sampai suatu ketika datanglah seorang pengusaha hendak mendirikan hotel di tengah sawah. Saat seluruh warga desa sepakat untuk menjual lahan, hanya Nanamama yang bergeming. Tanah adalah denyut nadi bagi Nanamama.
Walau keserakahan manusia kadang lebih berkuasa dari akal sehat, Nanamama bersama Kakaputu dan Arumbawangi dengan gagah berani mempertahankan tanah mereka.
Baca juga: Siap-Siap Baper! Inilah 5 Novel Terbitan GPU yang Penuh Drama dan Emosional!
Special Offer Kokokan Mencari Arumbawangi
Grameds, ada kabar spesial buat kamu yang suka kisah dongeng penuh keajaiban dan perjuangan! Kokokan Mencari Arumbawangi adalah novel debut Cyntha Hariadi yang menghadirkan cerita unik tentang Arumbawangi, anak yang turun dari langit, dan perjuangannya bersama Nanamama serta Kakaputu melawan keserakahan manusia.
Kini, kamu bisa mendapatkan novel ini dengan harga spesial Rp 105.000! Nggak cuma itu, ada BONUS tanda tangan penulis yang akan membuat koleksimu semakin istimewa! ✨
Jangan sampai terlewat, Grameds! Special offer ini hanya berlangsung sampai 8 Maret 2025 dan eksklusif di Gramedia.com! Langsung pesan sekarang dengan ketuk gambar di bawah! 📚👇
Kumpulan Buku Cyntha Hariadi Lainnya
Manifesto Flora
la pencerita yang dingin, mengajak kita mengintip dalam sunyi. Keheningan yang mencekam, yang disampaikan oleh cerita yang nyaris tanpa dialog, tapi kemudian sejenis dentum bisa datang menghantam kapan saja. Bahkan di cerita seperti Dua Perempuan di Satu Rumah, dentum itu menjadi teror dan horor. - Eka Kurniawan
Jika bahasa bermula dari kata, maka susastra bermula dari bahasa. Tetapi bahasa tidak akan menjadi susastra jika tak mampu menyeruak dari keberbahasaan mapan nan mati, tetapi masih dipakai juga membuat sebagai mayat hidup yang disebut zombie - itulah yang bahasa susastra menghidupkan kembali kata demi kata dengan pembermaknaan baru. Itulah yang dilakukan Cyntha Hariadi dengan Manifesto Flora. - Sena Gumira Ajidarma
Ada sumur di gereja, satu-satunya di seluruh tanah merah sejauh mana kakinya kuat melangkah. Ia menimba seember dan menuangnya ke ember miliknya, hijau dan pinggirnya bergerigi digigiti Sapi, anjing milik semua orang. Kakinya yang beralaskan sandal jepit terasa sejuk menerima ceceran air yang tumpah dari ember.
Di sekeliling pinggiran sumur, bahkan di antara celah bebatuan dindingnya, mendesak keluar tumbuh bunga-bunga kecil putih dan kuning. Hatinya selalu bernyanyi melihat ini, sungguh, terngiang lagu bunga bakung yang dikasihi Tuhan. Dan juga pasal di Injil tentang burung pipit —ia Grata— yang akan selalu dihidupiNya.
Grata mengangkat ember hijau itu ke depan dadanya, menjepit tali sandal erat-erat dengan jari kakinya dan mengambil satu langkah. Selangkah demi selangkah, pelan-pelan, air tak mau diam, ia keluar dari gereja, menyongsong terik matahari yang membakar tanah di bawah sandalnya namun tak menghanguskan keinginannya untuk membawa seember air ini tepat sampai ke depan rumahnya yang bahkan setitik pun belum nampak di depan mata.
Ia gegas melewati tanah retak seakan tanah ini akan meregang dan menelannya bila ia lamban sedikit. Ia mempercepat langkah seolah matahari akan menguapkan airnya. Ia menapaki berpuluh gundukan bebatuan yang padanya tumbuh ilalang dan menuruni ragam lembah yang padanya pasir berbisik supaya berburu.
CICA
semakin besar kami menyadari maksud baik orangtua
orang-orang yang ditandai sebagai sapi dan kambing
karena layak diperah dan dimasukkan daftar hitam
adalah orang-orang yang menyerupai kami
sepanjang hidup kami mempersiapkan diri
yang niat sekolah tinggi-tinggi, yang ulet bekerja sampai pagi
yang liat menumpuk harta
supaya semua bisa terbang menyelamatkan diri
di udara, kami melayang-layang bahagia
pesawat yang kami tumpangi membawa ke mana pun kami suka
hanya satu yang orangtua kami rahasiakan
sekali pesawat ini lepas ia tak lagi mendarat
mulailah kami hidup antara langit dan bumi
tak tahu mana kepala mana kaki
senantiasa rindu asal, kepalang pergi
mendoakan tanah yang menyimpan ari-ari kami
CICA berisi 96 puisi yang ditulis sejak 2016 hingga 2020 oleh Cyntha Hariadi. Ada kenangan yang tersimpan, pertanyaan atas identitas, juga peristiwa yang berusaha dihapus oleh kekuasaan dalam larik-larik puisi di buku ini.
Novel Kokokan Mencari Arumbawangi bukan sekadar novel dongeng biasa. Novel ini menyajikan kisah yang indah sekaligus menggugah, mengajak pembaca merenungkan tentang keberanian, kehilangan, dan perjuangan mempertahankan apa yang berharga. Kalau Grameds lagi mencari bacaan yang memiliki cerita unik dengan sentuhan puitis khas Cyntha Hariadi, novel ini wajib masuk dalam daftar bacaanmu di bulan Maret ini!😊👍
Kamu bisa dapatkan novelnya melalui special offer yang tersedia di Gramedia.com. Jangan lupa, penawaran hanya berlangsung sampai 8 Maret 2025, pastikan kamu sudah memesannya sebelum tanggal itu, ya! Cek penawaran spesial lainnya hanya di Gramedia.com atau ketuk gambar di bawah!⤵️🛒
Header: Kolase @sastragpu, Gramedia.com