3 Body Problem: Series Baru Netflix Adaptasi Serial 'Trisurya', Beda Banget dari Novel!
Penggemar sci-fi merapaaat!🤖 Gramin punya rekomendasi series Netflix dan series novel buat kamu!
Tepat di tanggal 21 Maret 2024, Netflix meluncurkan season pertama series 3 Body Problem yang lahir dari tangan tiga sineas hebat, yaitu David Benioff, D.B. Weiss, dan Alexander Woo, serta disutradai oleh Derek Tsang. Per hari ini, 26 Maret 2024, belum seminggu berselang dari diluncurkan, 3 Body Problem telah meraih rating rata-rata sebesar 7,8/10 berdasarkan IMDb.
Penasaran nggak, sih, series ini ceritanya tentang apa?🤔
Yuk, kita bahas bareng, Grameds!
Sinopsis Series '3 Body Problem'
Dibagi ke dalam 8 episode dengan durasi rata-rata 50–60 menit, series '3 Body Problem' diawali dengan pecahnya Revolusi Kebudayaan di Tiongkok tahun 1960-an. Ye Wenjie, seorang akademisi, harus menyaksikan ayahnya tewas dibunuh di depan matanya. Kekacauan akhirnya mendamparkan perempuan jenius ini ke kehidupan yang kejam. Perjalanan panjang Ye Wenjie membuatnya menginjakkan kaki di sebuah laboratorium di Tiongkok yang bertujuan untuk mengontak kecerdasan lain di luar Bumi. Di sanalah Ye Wenjie mengambil sebuah keputusan yang tidak hanya mengubah hidupnya, tapi juga mengubah masa depan dunia.
Di masa kini, polisi digegerkan oleh kasus bunuh diri sejumlah ilmuwan di London. Kasus bunuh diri yang ganjil itu kemudian diselidiki oleh Da Shi (Benedict Wong), dan melibatkan lima ilmuwan yang bersahabat: Jin Cheng (Jess Hong), Auggie Salazar (Eiza Gonzalez), Will Downing (Alex Sharp), Saul Durand (Jovan Adepo), dan Jack Rooney (John Bradley).
Keterlibatan lima ilmuwan ini berlangsung tanpa disengaja. Awalnya, Auggie Salazar tiba-tiba mendapat penglihatan aneh berupa sederetan angka hitung mundur yang tak bisa hilang bahkan jika ia menutup mata. Diteror oleh angka yang semakin lama semakin mendekati nol, Auggie mendapat kisikan dari seorang wanita misterius yang muncul entah dari mana, bahwa untuk menghilangkan angka hitung mundur tersebut, ia perlu menghentikan proyeknya yang berkaitan dengan bidang nanomaterial.
Di saat yang bersamaan, Jin Cheng menemukan sebuah helm VR canggih di rumah mendiang dosennya, Vera Ye, yang tewas karena bunuh diri. Penasaran dengan alasan Vera memainkan video game yang aneh tersebut, Jin Cheng tenggelam dalam sebuah permainan aneh yang membawanya berkelana ke sebuah dunia yang memiliki tiga matahari. Permainan yang sama juga dimainkan oleh Jack Rooney. Bersama-sama, Cheng dan Rooney memecahkan permasalahan di game tersebut.
Anomali di dunia fisika, kasus bunuh diri para ilmuwan, angka hitung mundur, video game misterius dengan teknologi yang terlalu canggih untuk Bumi; semuanya berkaitan dengan satu keputusan fatal yang diambil oleh Ye Wenjie puluhan tahun lalu.
Apa yang dilakukan oleh Ye Wenjie? Siapa sebenarnya dalang dari segala keganjilan ini?😲
Trisurya karya Liu Cixin, Mahakarya Sci-fi yang Mindblowing
Dalam trilogi yang diberi tajuk Remembrance of Earth's Past, Liu Cixin menerbitkan buku pertama dengan judul The Three-Body Problem di tahun 2006, menyusul buku keduanya dengan judul The Dark Forest di tahun 2008, dan buku terakhir berjudul Death's End di tahun 2010. Trilogi ini telah mengantarkan Liu Cixin memenangkan beberapa penghargaan bergengsi, seperti Hugo Award, Locus Award, dan lainnya. Di tahun yang sama dengan tahun terbitnya, tiga buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Cina oleh Ken Liu.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Oni Suryaman, trilogi ini masing-masing memiliki judul Trisurya, Belantara, dan Pralaya.
Berawal dari kisruh Revolusi Kebudayaan tahun 1960-an di Tiongkok, keputusan yang diambil Ye Wenjie mengubah dunia sampai ratusan tahun ke depan. Perubahan itu datang dalam bentuk anomali di dunia fisika. Kasus bunuh diri para ilmuwan memaksa polisi bekerja sama dengan seorang peneliti nanomaterial bernama Wang Miao. Terdesak oleh sikap polisi yang terlihat sangat ketakutan akan fenomena ini, Wang menyanggupi ajakan tersebut.
Namun, keanehan juga mulai dirasakan Wang ketika ia mulai memiliki penglihatan aneh berupa angka hitung mundur yang tak mau hilang dari matanya. Konsultasinya dengan seorang ilmuwan dari Frontiers of Science kemudian membuatnya menghentikan penelitiannya dan mulai memainkan sebuah video game aneh yang menempatkannya di sebuah dunia mengerikan yang memiliki tiga matahari.
Meskipun sarat dengan konteks dan istilah fisika, alur cerita dalam buku Trisurya tetap mudah dipahami dan akan menantang imajinasi kamu, Grameds!
Belantara
Apa yang akan dilakukan oleh penghuni Bumi jika mengetahui mereka akan kedatangan 'tamu' dalam empat abad lagi?
Bangsa Trisurya (San-Ti) mengirim sebuah teknologi canggih untuk mengumpulkan informasi tentang manusia di Bumi. Satu-satunya informasi yang tak dapat diakses oleh teknologi ini adalah pemikiran manusia. Oleh karena itu, sejumlah ilmuwan dikumpulkan untuk mengatur strategi perang dengan bangsa Trisurya, dan diberi nama Penghadap Tembok (Wallfacer). Tantangan tidak hanya datang dari ancaman yang terus diberikan oleh bangsa Trisurya, tapi juga dari perpecahan antarnegara dan antarideologi yang harus bersatu menghadapi musuh bersama ini.
Dalam buku kedua ini, kamu akan menikmati peliknya konflik para ilmuwan dalam beradu strategi dengan bangsa Trisurya. Ada banyak kejutan dalam buku ini yang membuat plot cerita semakin menarik dan menegangkan.
Pralaya
Teori Belantara Gelap mendorong Bumi dan bangsa Trisurya untuk melakukan gencatan senjata. Selama itu pula mereka saling mempelajari satu sama lain, dari segi budaya dan teknologi; menciptakan kemungkinan kedua peradaban dapat hidup bersisian dengan damai. Namun, tentu tak ada yang bisa menebak maksud satu sama lain.
Sesudah melakukan kontak dengan peradaban luar Bumi dan menjelajah ke luar tata surya, manusia mulai menjajaki berbagai kemungkinan dan menyadari konsekuensi berada di alam semesta yang jauh lebih besar dan berbahaya daripada yang dibayangkan. Dan di keluasan alam semesta, sepertinya bukan hanya satu peradaban asing—Trisurya—yang perlu manusia khawatirkan. Akankah umat manusia meraih bintang-bintang, atau tertelan kegelapan antariksa?
Sebuah penutup yang sempurna bagi trilogi sci-fi yang kaya akan kejutan, Pralaya menghadirkan keraguan sekaligus harapan bagi masa depan Bumi. Tidak hanya mengacak-acak hukum fundamental fisika, Liu Cixin juga mengacak-acak perasaan pembaca!
Three Body Problem Series Netflix vs Novel, Banyak Bedanya!
Alih wahana dari novel ke film tentunya tidak mudah, apalagi film serial. Terlebih, dunia yang digambarkan oleh Liu Cixin di trilogi Trisurya yang bukunya tebal-tebal merupakan dunia di masa depan yang belum ada contoh nyatanya. Selain itu, media yang berbeda antara kertas dan layar kaca juga menuntut perubahan untuk kenyamanan pengalaman penikmat kisah ini.
Dilansir dari website Netflix.com, tiga kreator series 3 Body Problem, (masing-masing sudah berpengalaman dalam alih wahana novel, seperti Game of Thrones dan The Immortal Life of Henrietta) telah berkonsultasi secara langsung dengan Liu Cixin, selaku penulis dari trilogi originalnya, dan mendapatkan restu dari sang penulis untuk mengubah beberapa narasi. Misalnya, perubahan secara kronologis, penyesuaian karakter, serta peluasan dan penambahan komponen cerita.
Gramin sudah rangkum beberapa perbedaan yang akan kamu jumpai antara series 3 Body Problem di Netflix dan di novelnya, nih! Meskipun secara fundamental adaptasi series Netflix masih setia dengan premis cerita, namun ada beberapa perubahan yang menarik untuk kita bahas.
1. Perubahan latar tempat, dari China jadi Inggris
Seluruh latar tempat yang digunakan oleh Liu Cixin dalam bukunya adalah Tiongkok. Namun, dalam adaptasinya, konflik utama cerita berlangsung di Inggris. Kisah hidup Ye Wenjie di masa lalu mudah dikenali dari tone warna yang berbeda dan penggunaan bahasa Cina dalam dialog. Sementara itu, Ye Wenjie yang punya peran besar di cerita ini dikisahkan akhirnya bebas dari belenggu sejarah berdarah negaranya dan mengunjungi teman lamanya di Inggris. Untuk melaksanakan niat rahasianya, Ye Wenjie melanjutkan hidupnya di Inggris.
Selain karena kepindahan Ye Wenjie, kira-kira apa lagi, ya, alasan para kreator series 3 Body Problem memindahkan setting utama cerita ke Inggris?🤔
2. Pemecahan, peleburan, dan penambahan karakter
Dalam buku pertama trilogi ini, Trisurya, kamu akan mengikuti kisah Wang Miao sebagai sang ilmuwan yang bekerja sama dengan kepolisian untuk menguak fenomena aneh yang terjadi. Wang Miao merupakan seorang peneliti nanomaterial yang dihantui angka hitung mundur secara tiba-tiba sekaligus ilmuwan yang memecahkan permasalahan utama dalam video game misterius. Di series, karakter yang menjalankan 'tugas' ini diperankan oleh tiga karakter yang berbeda, yaitu Jin Cheng, Auggie Salazar, dan Jack Rooney. Namun, dalam episode berikutnya, karakter Jin Cheng justru semakin dekat dengan tokoh bernama Cheng Xin dari buku ketiga, Death's End.
Hal serupa juga terjadi pada karakter-karakter lain yang merupakan hasil dari pemecahan, peleburan, atau penambahan karakter dari karakter-karakter original di buku. Misalnya, di series Netflix, kamu akan menjumpai sosok pengusaha bernama Mike Evans dan gadis misterius yang bisa menghilang bernama Tatiana. Kedua karakter ini tidak muncul dalam cerita original yang ditulis oleh Liu Cixin.
3. Plot secara kronologi
Adegan pembuka 3 Body Problem, baik versi series Netflix maupun novel, sama-sama menyorot titik ketika kehidupan Ye Wenjie hancur–pembunuhan sang ayah di depan massa, ketika pemberontakan Revolusi Kebudayaan pecah. Sampai saat Ye Wenjie dibawa ke laboratorium rahasia, plot cerita dalam series dan novel masih persis sama. Kemudian, ketika latar waktu mulai berpindah ke masa kini, meskipun terdapat perubahan di sana-sini, kronologi cerita tetap mengikuti garis besar cerita di buku Trisurya.
Selepas episode 5, kamu akan mendapati bahwa kronologi cerita diambil dari perpaduan buku kedua, Belantara, dan buku ketiga, Pralaya. Misalnya, kelompok Penghadap Tembok atau Wallfacer yang baru dikenalkan di buku kedua sudah muncul di episode terakhir series Netflix.
Menarik banget, ya, Grameds! Buat kamu penggemar sci-fi, kamu wajib banget ikutan baca dan nonton series 3 Body Problem!😉 Selain karya idenya yang segar dan brilian, trilogi ini juga akan memberikan kamu hiburan yang mengasah otak.
Buat kamu yang penasaran dengan diskusi terkait fenomena sains yang dibahas dalam trilogi Trisurya, kamu bisa ikutan diskusi serunya bareng editor trilogi Trisurya dari Penerbit KPG bersama pembicara-pembicara keren, seperti Oni Suryaman (penerjemah trilogi Trisurya), Nabilah Hana (penikmat fiksi ilmiah dan Master of Science in Theoretical Nuclear and Particle Physics dari Universitas Indonesia), Prasydianto (komunikator sains, mantan Head of Tutor di Zenius Education), Hasyemi Rafsanjani (front-end developer) dari Bookish Couple, dan Andya Primanda (editor buku-buku sains KPG, termasuk trilogi Trisurya).
Diskusi seru ini dibagi menjadi tiga episode, masing-masing dengan pembicara yang berbeda dan topik yang berbeda-beda juga. Hmm... menarik, ya! Tentunya dengan adanya diskusi dari Penerbit KPG ini, kamu bisa jauh lebih paham tentang teori-teori sains yang ada di trilogi Trisurya.
Baca artikelnya sudah, nonton diskusinya sudah, nggak lengkap dong tanpa membaca buku dan menonton series-nya.🤭
Yuk, segera dapatkan trilogi Trisurya karya Liu Cixin hanya di Gramedia.com! Dapatkan harga spesial dengan mengeklik banner di bawah ini, ya, Grameds!🤖
Sumber gambar header: imdb.com
Penulis: Puteri C. Anasta