Tokoh yang Diberi Gelar Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan 2021
Saat itu Surabaya kembali dikepung dan terjadi pertempuran hebat pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ancaman dari Inggris untuk menggempur Surabaya pada 10 November 1945, menjadi tonggak awal Hari Pahlawan ditetapkan.
Dikutip dari Kompas.com (2021), sejak tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan 10 November menjadi Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959. Peringatan tahunan ini jadi penghargaan atas jasa dan pengorbanan mereka, yang berjuang pada pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.
Pada tahun 2021 ini, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan, bahwa akan memberikan penghargaan berupa gelar Pahlawan Nasional kepada empat tokoh yang telah memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan Indonesia. Beliau akan menganugerahkan gelar pahlawan ini tepat pada Hari Pahlawan, 10 November 2021 di Istana Bogor.
“Pahlawan nasional yang nanti akan diserahkan secara resmi kepada keluarga para almarhum di Istana Bogor. Kalau tidak berubah persis pada Hari Pahlawan 10 November 2021" -Mahfud MD, Menkopolhukam dan Ketua Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan dalam Konferensi Pers Pemberian Gelar Pahlawan Nasional (28 Oktober 2021)
Lalu, siapa saja tokoh-tokoh yang akan diberikan gelar Pahlawan? Dari pendiri Tangerang hingga Bapak Perfilman Indonesia, ini dia daftarnya.
4 Tokoh yang Diberikan Gelar Pahlawan Nasional pada Tahun 2021
1. Tombolotutu dari Sulawesi Tengah
Sebagai orang terpandang dan merupakan salah satu raja di Kabupaten Parigi, Mountong, Sulawesi Tengah, beliau ikut dalam perjuangan melawan Belanda, bahkan di garis terdepan. Sebetulnya, sejak tahun 1990-an lalu Tombolotutu sudah diupayakan untuk menjadi Pahlawan Nasional, namun karena karena kurangnya data menjadikan hal tersebut tertunda.
Dikutip dari merahputih.com (2021), Tombolotutu lahir di tahun 1857. Beliau telah dinobatkan menjadi Raja Moutong keempat pada usianya yang ke-20 tahun. Berdasarkan buku “Bara Perlawanan di Teluk Tomini: Perjuangan Melawan Belanda”, Tombolotutu begitu kuat menahan gempuran Belanda.
Ada banyak kisah yang menunjukkan perlawanan beliau terhadap Belanda. Sampai-sampai membuat mereka harus menurunkan pasukan Marsose sebanyak 170 pasukan. Marsose adalah pasuka elite Belanda yang juga pernah diturunkan pada Perang Diponegoro dan Perang Aceh.
Jika kalian ingin mengetahui lebih lanjut terkait pasukan Marsose dari Belanda ini, kamu bisa baca buku Korps Marsose dan Perang Belanda di Aceh, yang menceritakan bagaimana kewalahannya Belanda menangani pertahanan rakyat Aceh, dan mengeluarkan pasukan mereka yang dikatakan lebih kuat dari serdadu biasa.
Baca juga: Buku Biografi Tokoh-Tokoh Bangsa yang Menginspirasi
2. Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur
Dikutip dari Kompas.com (2021), tokoh berikut merupakan Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, yang memerintah kesultanan sejak tahun 1735 hingga 1778. Beliau ikut dalam perang melawan VOC bersama rakyat Bugis di Tanah Wajo, Sulawesi Selatan. Medan perang bahkan menjadi tempat terakhirnya di dunia, karena gugur dalam pertempuran.
Beliau adalah tokoh yang anti kolonialisme dan anti pola perdagangan monopoli, seperti yang dilakukan oleh VOC. Selain itu, beliau berperan dalam perubahan status kerajaan yang digunakan oleh Kertanegara menjadi kesultanan. Sehingga ia merupakan pemimpin pertama Kutai Kartanegara, yang memerintah dengan gelar Sultan.
Yuk, baca lebih lanjut melalui e-book Jelajah Wisata Budaya Negeriku: Provinsi Kalimantan Timur.
Baca juga: Film Indonesia Adaptasi dari Novel Best-Seller
3. Usmar Ismail dari DKI Jakarta
Kita semua sudah mengenal beliau sebagai Bapak Perfilman Indonesia. Kontribusi beliau dalam memproduksi film-film asli Indonesia, menjadi cikal bakal tak kalah unggulnya film-film dalam negeri. Ia menjadi pelopor pembuat film pertama yang diproduksi Indonesia setelah merdeka. Pria kelahiran tahun 1921 ini telah membuat karya epik sebanyak 30 film sepanjang hidupnya.
Film Lewat Djam Malam (1954), Tiga Dara (1956), dan Pedjuang (1960), jadi beberapa film beliau yang cukup terkenal. Dikutip dari Kompas.com (2021), film Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) adalah film Indonesia pertama yang diproduksi pada tahun 1950. Dan hari pertama syutingnya dijadikan Hari Film Nasional oleh BJ Habibie, yaitu tanggal 30 Maret.
Tak hanya itu, beliau juga salah satu tokoh yang memajukan teater di tanah air. Bukan hanya film, tapi ia menulis naskah drama dan juga puisi. Naskah drama beliau yang diangkat menjadi film, Tjitra (1949), dijadikan sebagai nama piala pada ajang Festival Perfilman Indonesia. Maka dari itu, Komite Festival Film Indonesia (FFI) mengusulkan beliau untuk diangkat menjadi Pahlawan Nasional, karena jasanya dalam bidang perfilman.
By the way, hingga saat ini sudah ada banyak sekali film-film box office Indonesia dengan jutaan penonton yang ceritanya diangkat dari sebuah buku. Kita bisa lihat dari film Dilan, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Bumi Manusia, Imperfect, dan masih banyak yang lain.
Terbaru, buku dari Eka Kurniawan yang berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berhasil dijadikan film dan masuk ke banyak festival film internasional. Kamu pun bisa menontonnya di bioskop pada bulan Desember 2021.
Kamu bisa baca dalam versi e-book di sini >>> Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Baca juga: Novel Populer Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Kini Diangkat Menjadi Film
4. Raden Aria Wangsakara dari Banten
Bagi kalian yang tinggal di daerah Tangerang wajib mengenal beliau, karena ia adalah pendiri dari tempat yang kalian diami sekarang. Dikutip dari Tempo.co (2021), selain pejuang, ia juga penyebar agama Islam yang merantau ke Tangerang lewat Sungai Cisadane, pada tahun 1640 bersama saudaranya, Aria Yuda Negara dan Aria Santika, karena keluarganya telah berpihak pada VOC.
Menetap di tepian sungai, beliau akhirnya membangun pesantren di Kawasan Grendeng Karawaci. Pemimpin Kesultanan Banten, Sultan Maulana Yusuf, kala itu memercayakan Aria Wangsakara untuk menjaga wilayah yang kini dikenal sebagai Tangerang.
Adanya pesantren tersebut sangat tidak disetujui oleh Belanda, dan membuat pertempuran pun terjadi. Pihak VOC menganggap penyebaran agam Islam yang beliau lakukan itu berbahaya, sampai membuat Belanda mendirikan benteng di sebelah timur Sungai Cisadane. Wangsakara berhasil bertempur bersama rakyat Tangerang selama 7 bulan, untuk mempertahankan daerah dari serangan VOC.
Kalian yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kota Tangerang, bisa baca e-book Riwayat Kota-Seluk Beluk Kota Tangerang dari Litbang Kompas.
Baca juga: Rekomendasi Novel Terbaik Berlatarkan Kisah Kelam Sejarah Indonesia
Nah, itu dia tokoh-tokoh yang akhirnya digelari Pahlawan Nasional. Perjuangan beliau tidak main-main dan begitu besar untuk mempertahankan dan memajukan Indonesia. Yuk, rayakan Hari Pahlawan sebagai tanda balas kita terhadap jasa yang sudah mereka berikan.
Untuk lihat info promo lainnya dari Gramedia.com yang lebih lengkap sekaligus pilihan buku-bukunya, bisa langsung klik di bawah ini ya.
Saatnya serbu dan borong buku sekarang juga sebelum nanti menyesal. Saat ini belanja di Gramedia.com bisa dikirim dan diambil di beberapa toko Gramedia yang tersebar di Jabodetabek, lho. Belanja jadi makin asyik, tanpa ribet, hemat ongkir, dan cepat sampai rumah!
Lihat juga artikel lainnya di sini:
- 7 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia Selain Soekarno-Hatta
- 15 Quotes Heroik Pahlawan Nasional Indonesia yang Melegenda
- 7 Pahlawan di Balik Kemerdekaan Indonesia yang Sering Terlupakan
- Kata Bijak Tentang Perjuangan dan Semangat Muda
Sumber foto header: Kementerian Sosial Republik Indonesia, FKIP UNTAD, Diskominfo Kaltim, Museum Penerangan, Pemprov Banten