Daftar Isi
Negara yang Pernah Menjajah Indonesia

sumber: News24
1. Portugis (1509 – 1595)
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menjajah Indonesia, khususnya di wilayah Maluku, setelah tiba pada awal abad ke-16. Pada tahun 1511, Portugis berhasil merebut Malaka dari Kesultanan Malaka, yang saat itu merupakan pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara.
Setelah menguasai Malaka, Portugis melanjutkan ekspansinya ke Kepulauan Maluku, pusat penghasil cengkeh dan pala, dengan tujuan mengontrol perdagangan rempah-rempah yang sangat bernilai di pasar Eropa. Mereka menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan lokal seperti Ternate dan Tidore, namun juga menimbulkan konflik karena sikap mereka yang sering memaksakan monopoli perdagangan dan penyebaran agama Katolik.
Akibat perlakuan Portugis yang keras dan sewenang-wenang, terjadi perlawanan dari masyarakat setempat, termasuk dari Kesultanan Ternate. Pada akhirnya, kekuatan Portugis di Indonesia melemah dan mereka terusir dari Maluku setelah serangan gabungan antara rakyat Ternate dan Belanda pada tahun 1575.
Salah satu pahlawan yang berhasil melawan Portugis adalah Sultan Baabullah dari Ternate. Setelah Portugis menguasai Maluku dan mendirikan benteng di Ternate pada awal abad ke-16, mereka mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mencampuri urusan politik kerajaan setempat.
Ayah Sultan Baabullah, Sultan Khairun, awalnya menjalin hubungan dengan Portugis, tetapi kemudian ditipu dan dibunuh oleh mereka pada tahun 1570. Peristiwa ini memicu kemarahan Baabullah, yang kemudian memimpin rakyat Ternate dalam perang selama lima tahun melawan Portugis.
Dengan strategi perlawanan yang cerdik dan dukungan dari kerajaan-kerajaan sekitar, Sultan Baabullah akhirnya berhasil mengusir Portugis dari Maluku pada tahun 1575, menjadikan Ternate kembali berdaulat. Keberhasilan ini menjadikannya salah satu pahlawan terbesar dalam sejarah Indonesia yang berhasil melawan penjajah dan mempertahankan kedaulatan wilayahnya.
Meskipun tidak bertahan lama, kehadiran Portugis meninggalkan jejak budaya dan dampak yang dapat dirasakan hingga saat ini, salah satunya adalah:
1. Dampak Negatif:
- Monopoli Perdagangan Rempah-Rempah
Portugis menguasai perdagangan cengkeh, pala, dan rempah lainnya dengan sistem monopoli, yang merugikan pedagang lokal dan membatasi kebebasan ekonomi rakyat Maluku.
- Konflik dengan Kerajaan Lokal
Portugis sering terlibat konflik dengan kerajaan-kerajaan seperti Kesultanan Ternate dan Tidore karena sikap mereka yang ingin mengontrol perdagangan dan campur tangan dalam politik kerajaan.
- Pemaksaan Agama Katolik
Selain berdagang, Portugis juga membawa misionaris Katolik untuk menyebarkan agama. Dalam beberapa kasus, mereka menggunakan cara paksa, yang menyebabkan ketegangan sosial dan perlawanan dari masyarakat yang beragama Islam dan kepercayaan lokal.
- Pemberontakan dan Perlawanan Rakyat
Akibat perlakuan Portugis yang keras dan sewenang-wenang, rakyat Maluku, terutama Kesultanan Ternate, melakukan perlawanan sengit yang akhirnya berhasil mengusir Portugis dari wilayah tersebut pada tahun 1575.
2. Dampak Positif:
- Pengenalan Teknologi dan Senjata Api
Portugis memperkenalkan teknologi persenjataan seperti meriam dan senjata api yang kemudian digunakan oleh kerajaan-kerajaan lokal dalam peperangan mereka.
- Pengaruh dalam Bahasa dan Budaya
Banyak kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari Portugis, seperti “meja,” “sepatu,” dan “mentega.” Selain itu, beberapa musik tradisional di daerah seperti Maluku dan Flores memiliki pengaruh Portugis.
- Persebaran Agama Katolik
Agama Katolik berkembang di beberapa wilayah seperti Flores, Timor, dan Maluku akibat pengaruh Portugis. Hingga saat ini, daerah-daerah tersebut masih memiliki populasi penganut Katolik yang cukup besar.
2. Spanyol (1521 – 1692)
Spanyol pernah menjajah beberapa wilayah di Indonesia, terutama Maluku, pada awal abad ke-16. Kedatangan mereka berawal dari ekspedisi Ferdinand Magellan pada tahun 1521 yang berusaha mencari jalur perdagangan rempah-rempah.
Sama halnya dengan masa penjajahan Portugis, Spanyol kemudian mendirikan pos perdagangan di Maluku, bersaing dengan Portugis yang sudah lebih dulu menguasai wilayah tersebut. Namun, konflik dengan Portugis akhirnya diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa p ada tahun 1529, yang menetapkan bahwa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan perdagangannya di Filipina.
Masuknya Spanyol ke Indonesia memberikan dampak positif dan negatif bagi Bangsa Indonesia. Berikut adalah dampak dari penjajahan Spanyol:
1. Dampak Negatif
- Konflik dengan Portugis dan Ketidakstabilan Wilayah
Kedatangan Spanyol di Maluku menyebabkan persaingan dengan Portugis, yang memicu konflik bersenjata dan membuat kehidupan masyarakat lokal terganggu.
- Eksploitasi Rempah-Rempah
Spanyol, seperti bangsa Eropa lainnya, datang ke Nusantara untuk mengambil keuntungan dari perdagangan rempah-rempah. Hal ini menyebabkan eksploitasi sumber daya alam dan rakyat Maluku.
- Pelemahan Kedaulatan Lokal
Dengan adanya pengaruh Spanyol, kerajaan-kerajaan di Maluku semakin kehilangan kedaulatan mereka karena harus menghadapi campur tangan asing dalam urusan politik dan ekonomi.
2. Dampak Positif:
- Penyebaran Agama Katolik
Spanyol membawa misionaris yang menyebarkan agama Katolik di wilayah yang mereka kuasai, terutama di Maluku. Hingga kini, pengaruh Katolik masih kuat di beberapa daerah seperti Kepulauan Maluku dan Flores.
- Bagian dari Perdagangan Global
Meskipun ada eksploitasi, perdagangan yang dilakukan Spanyol turut memperkenalkan Indonesia ke dalam jaringan perdagangan dunia, yang pada akhirnya mempercepat perkembangan ekonomi di beberapa daerah.
3. Belanda (1602 – 1942)
Belanda mulai menjajah Indonesia sejak awal abad ke-17 setelah kedatangan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada tahun 1602. VOC didirikan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara, terutama di Maluku.
Dengan strategi adu domba (devide et impera), Belanda berhasil menguasai banyak wilayah dan mengendalikan kerajaan-kerajaan lokal. Setelah VOC dibubarkan pada 1799 akibat kebangkrutan, kekuasaan Belanda di Indonesia beralih ke pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada abad ke-19, mereka menerapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang sangat menyengsarakan rakyat karena harus menyerahkan hasil bumi kepada pemerintah kolonial.
Meskipun pada awal abad ke-20 kebijakan ini mulai berubah dengan Politik Etis, penderitaan rakyat tetap berlangsung, yang memicu munculnya pergerakan nasional. Penjajahan Belanda berakhir ketika Jepang merebut Indonesia pada tahun 1942.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda masih berusaha merebut kembali kekuasaannya melalui agresi militer, tetapi akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949 setelah perundingan Konferensi Meja Bundar.
Perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajahan Belanda berlangsung dalam berbagai bentuk, mulai dari perlawanan fisik hingga pergerakan diplomasi. Pahlawan seperti Sultan Agung dari Mataram berusaha mengusir Belanda dengan menyerang Batavia pada abad ke-17, meskipun akhirnya gagal.
Di Sumatra, Tuanku Imam Bonjol memimpin Perang Padri melawan Belanda yang berusaha menguasai Minangkabau. Sementara itu, Pangeran Diponegoro memimpin Perang Diponegoro (1825-1830) sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi kolonial dan ketidakadilan terhadap rakyat Jawa.
Raden Ajeng Kartini memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan sebagai bagian dari perlawanan intelektual terhadap sistem kolonial yang mengekang rakyat pribumi. Di era modern, Soekarno, Hatta, dan Sutan Sjahrir berjuang melalui jalur politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama lebih dari 300 tahun dan meninggalkan berbagai dampak, baik negatif maupun positif, bagi bangsa Indonesia, yakni:
1. Dampak Negatif
- Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Manusia
Belanda menerapkan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel), yang memaksa rakyat menanam komoditas tertentu seperti kopi dan tebu untuk kepentingan kolonial, sementara rakyat sendiri mengalami kelaparan dan kemiskinan.
- Kerusakan Sosial dan Budaya
Sistem devide et impera (politik adu domba) memecah belah kerajaan-kerajaan di Nusantara, yang melemahkan persatuan bangsa. Banyak budaya lokal yang terpinggirkan karena pengaruh budaya Eropa yang dibawa oleh Belanda.
- Minimnya Akses Pendidikan bagi Pribumi
Pendidikan hanya diperuntukkan bagi kaum elite dan keturunan Belanda, sementara rakyat biasa sulit mendapatkan pendidikan yang layak.
- Kesenjangan Sosial dan Diskriminasi
Belanda menerapkan sistem kasta sosial berdasarkan ras, di mana orang Eropa berada di lapisan tertinggi, diikuti oleh keturunan Timur Asing (Tionghoa, Arab, India), sementara pribumi berada di posisi paling bawah.
- Perampasan Tanah dan Hak Rakyat
Banyak tanah rakyat disita oleh Belanda untuk kepentingan perkebunan dan infrastruktur kolonial, memiskinkan banyak petani.
2. Dampak Positif:
- Pembangunan Infrastruktur
Belanda membangun jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, dan irigasi yang masih digunakan hingga saat ini.
- Pengenalan Sistem Administrasi dan Hukum Modern
Indonesia mengenal sistem pemerintahan terstruktur dan beberapa sistem hukum yang kemudian diadaptasi dalam pemerintahan setelah kemerdekaan.
- Awal Munculnya Pendidikan Modern
Meski terbatas, beberapa sekolah modern seperti STOVIA dan HIS didirikan, yang melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno dan Hatta.
- Meningkatnya Kesadaran Nasionalisme
Penindasan yang dilakukan Belanda memicu semangat perlawanan rakyat dan melahirkan gerakan nasionalisme yang akhirnya membawa Indonesia ke gerbang kemerdekaan.
4. Perancis (1806 – 1811)
Penjajahan Perancis di Indonesia terjadi pada periode 1806-1811, saat Perancis menguasai Belanda di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte. Pada saat itu, Belanda berada di bawah kendali Perancis melalui Kerajaan Belanda yang dipimpin oleh Louis Bonaparte, adik Napoleon.
Karena Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, otomatis wilayah ini juga berada di bawah pengaruh Prancis. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels ditunjuk untuk memimpin Hindia Belanda dan memperkuat pertahanan, terutama menghadapi ancaman Inggris.
Salah satu peninggalan penting dari masa ini adalah pembangunan Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan), yang bertujuan mempercepat mobilitas militer dan administrasi. Namun, kepemimpinan Prancis tidak berlangsung lama karena pada tahun 1811, Inggris berhasil merebut Jawa dari tangan Belanda-Perancis dalam Perang Jawa, yang menandai berakhirnya pengaruh Perancis di Indonesia.
Meskipun masa pendudukan Perancis singkat, kebijakan yang diterapkan Daendels, terutama dalam infrastruktur dan sistem administrasi, meninggalkan dampak bagi pemerintahan kolonial selanjutnya.
Penjajahan Prancis di Indonesia membawa berbagai dampak, baik negatif maupun positif. Meskipun masa pendudukan ini relatif singkat, kebijakan yang diterapkan, terutama oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan pemerintahan kolonial di Indonesia.
1. Dampak Negatif:
- Kerja Paksa (Rodi)
Daendels menerapkan kerja paksa dalam pembangunan Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan), menyebabkan banyak rakyat menderita dan meninggal akibat kondisi kerja yang keras.
- Eksploitasi Sumber Daya
Rakyat dipaksa menyerahkan hasil bumi kepada pemerintah kolonial, yang semakin membebani kehidupan ekonomi masyarakat lokal.
- Penindasan terhadap Kesultanan Lokal
Kesultanan Yogyakarta dan Banten mengalami tekanan besar karena Daendels ingin menghapus kekuasaan mereka dan memperkuat kendali kolonial.
- Militerisasi dan Kekerasan
Daendels memperkuat militer di Hindia Belanda untuk menghadapi Inggris, termasuk dengan merekrut pribumi secara paksa ke dalam tentara kolonial.
- Kehancuran Sosial dan Politik
Kebijakan otoriter Daendels membuat banyak pemimpin pribumi kehilangan kekuasaan dan haknya, menciptakan ketidakstabilan sosial.
2. Dampak Positif:
- Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Jalan Raya Pos (Anyer-Panarukan) yang masih digunakan hingga kini sebagai jalur transportasi utama.
- Reformasi Administrasi Pemerintahan
Daendels menerapkan sistem administrasi baru yang lebih tersentralisasi, yang kemudian berpengaruh terhadap sistem pemerintahan kolonial berikutnya.
- Penguatan Pertahanan Wilayah
Meningkatkan benteng pertahanan di daerah pesisir untuk menghadapi ancaman dari Inggris, yang memperkuat sistem militer di Hindia Belanda.
- Modernisasi Sistem Hukum
Beberapa sistem hukum kolonial mulai diperkenalkan, yang kemudian menjadi dasar bagi hukum pemerintahan kolonial di Indonesia.
5. Inggris (1811 – 1816)
Penjajahan Inggris di Indonesia berlangsung singkat, yaitu pada tahun 1811 hingga 1816, setelah mereka berhasil menguasai wilayah Hindia Belanda dari tangan Belanda yang saat itu berada di bawah kekuasaan Prancis akibat Perang Napoleon di Eropa. Inggris, di bawah kepemimpinan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles, menerapkan sejumlah perubahan signifikan dalam administrasi pemerintahan, sistem hukum, dan ekonomi di Indonesia.
Salah satu kebijakan terkenalnya adalah menghapus sistem tanam paksa yang diterapkan Belanda serta memperkenalkan sistem sewa tanah (landrent) yang lebih liberal. Pada tahun 1816, Inggris mengembalikan wilayah Indonesia kepada Belanda melalui Konvensi London, dan Belanda kembali melanjutkan penjajahannya hingga Indonesia merdeka pada 1945.
Meskipun penjajahan Inggris di Indonesia berlangsung singkat, tetap ada dampak yang ditinggalkan, baik positif maupun negatif, yaitu:
1. Dampak negatif
- Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Manusia
Meskipun sistem tanam paksa dihapus, Inggris tetap mengeksploitasi hasil bumi Indonesia untuk kepentingan mereka, terutama dalam sektor pertanian dan perdagangan.
- Beban Pajak yang Berat
Sistem sewa tanah yang diterapkan oleh Raffles justru memberatkan rakyat karena banyak dari mereka yang tidak memiliki bukti kepemilikan tanah, sehingga tetap harus membayar pajak yang tinggi.
- Perang dan Ketidakstabilan Politik
Inggris terlibat dalam beberapa konflik lokal dengan penguasa pribumi yang menolak kebijakan baru mereka. Setelah Inggris menyerahkan kembali Indonesia kepada Belanda pada 1816, rakyat harus menghadapi kembali penjajahan yang lebih lama dan lebih ketat oleh Belanda.
- Dampak Terbatas karena Waktu yang Singkat
Reformasi yang diterapkan oleh Inggris tidak berjalan maksimal karena mereka hanya berkuasa selama sekitar lima tahun.Setelah Inggris pergi, Belanda kembali menerapkan sistem yang lebih menekan rakyat.
2. Dampak Positif
- Penghapusan Sistem Tanam Paksa
Raffles menghapus sistem tanam paksa yang sebelumnya diterapkan Belanda dan menggantinya dengan sistem sewa tanah (landrent system), meskipun pelaksanaannya tidak berjalan maksimal.
- Reformasi Administrasi dan Hukum
Inggris membagi Pulau Jawa menjadi beberapa wilayah administratif untuk mempermudah pengelolaan pemerintahan. Sistem hukum Belanda yang kaku pun mulai digantikan dengan sistem yang lebih modern.
- Peningkatan Ilmu Pengetahuan
Raffles mendokumentasikan sejarah, budaya, dan kekayaan alam Indonesia dalam bukunya History of Java, yang menjadi salah satu referensi penting mengenai Nusantara.
Penemuan kembali Candi Borobudur dan peningkatan kajian tentang sejarah serta budaya Jawa.
- Perdagangan Lebih Terbuka
Inggris memperkenalkan sistem perdagangan yang lebih bebas dibandingkan dengan Belanda yang menerapkan monopoli ketat.
6. Jepang (1942 – 1945)
Penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung selama tiga setengah tahun (1942–1945) setelah mereka berhasil mengusir Belanda dari Hindia Belanda pada Perang Dunia II.
Awalnya, kedatangan Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia karena mereka mengklaim sebagai “saudara tua” yang akan membebaskan bangsa Asia dari penjajahan Barat. Namun, kenyataannya, Jepang menerapkan pemerintahan militer yang keras dan menindas.
Jepang mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia secara besar-besaran untuk kepentingan perang mereka, termasuk melalui kerja paksa atau romusha, yang menyebabkan penderitaan luar biasa bagi rakyat Indonesia.
Meskipun demikian, penjajahan Jepang juga membawa dampak positif, seperti pembentukan organisasi semi-militer seperti PETA (Pembela Tanah Air) yang kemudian menjadi cikal bakal TNI, serta penghapusan pengaruh Belanda dalam sistem pemerintahan dan pendidikan.
Selain itu, Jepang membuka peluang bagi para pemimpin nasional untuk lebih aktif dalam pergerakan politik, yang akhirnya mempercepat proses menuju kemerdekaan. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada Agustus 1945, Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Penjajahan Jepang di Indonesia (1942–1945) membawa dampak yang signifikan, baik negatif maupun positif.
1. Dampak Negatif
- Kerja Paksa (Romusha)
Rakyat dipaksa bekerja membangun infrastruktur militer Jepang dengan kondisi yang sangat buruk, menyebabkan banyak kematian akibat kelaparan dan penyakit.
- Eksploitasi Sumber Daya Alam
Jepang menguras hasil bumi Indonesia, seperti beras, karet, dan minyak, untuk keperluan perang, yang menyebabkan kelangkaan bahan makanan dan ekonomi rakyat yang semakin terpuruk.
- Penderitaan Rakyat Akibat Kelaparan dan Kemiskinan
Sistem ekonomi Jepang mengutamakan kebutuhan perang, menyebabkan harga barang naik drastis dan rakyat sulit mendapatkan makanan serta kebutuhan pokok lainnya.
- Kekejaman Militer Jepang
Jepang menerapkan pemerintahan militer yang keras, dengan hukuman kejam bagi yang dianggap melawan, termasuk penyiksaan dan eksekusi tanpa pengadilan.
- Penindasan Terhadap Perempuan (Jugun Ianfu)
Banyak perempuan Indonesia yang dipaksa menjadi pekerja paksa atau jugun ianfu (budak seks) bagi tentara Jepang, yang meninggalkan trauma mendalam bagi para korban.
2. Dampak Positif
- Munculnya Organisasi Militer dan Semi-Militer
Jepang membentuk organisasi seperti PETA (Pembela Tanah Air), Heiho, dan Seinendan, yang melatih pemuda Indonesia dalam bidang militer, yang kemudian menjadi cikal bakal TNI.
- Penghapusan Pengaruh Belanda dalam Pemerintahan
Jepang menggantikan sistem pemerintahan kolonial Belanda dengan sistem yang lebih mengikutsertakan pribumi, sehingga memberi pengalaman bagi rakyat Indonesia dalam administrasi negara.
- Meningkatnya Semangat Nasionalisme
Jepang memperbolehkan bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi, serta memberi kesempatan bagi pemimpin nasional untuk bergerak dalam organisasi seperti PUTERA dan BPUPKI, yang akhirnya membantu proses kemerdekaan Indonesia.
- Pendidikan Mulai Diperluas
Walaupun terbatas, Jepang mulai memperluas akses pendidikan bagi rakyat pribumi, yang sebelumnya banyak dibatasi oleh Belanda.
- Mempercepat Proklamasi Kemerdekaan
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, kekosongan kekuasaan memberi kesempatan bagi Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Penjajahan yang terjadi di Indonesia selama berabad-abad membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan bangsa. Namun, di balik penderitaan itu, ada juga dampak positif yang secara tidak langsung membantu perkembangan Indonesia hingga saat ini. Mari kita perkaya lagi sejarah akan Indonesia untuk memperkuat rasa nasionalisme melalui buku-buku terbaik di Gramedia.com.
Penulis: Widya Glenisa
- 6 Negara yang Pernah Menjajah Indonesia
- Dewi Sartika
- Fatmawati
- Contoh Historiografi Kolonial
- Kelebihan dan Kekurangan Orde Lama
- Kelebihan Masa Orde Lama
- Kolonialisme dan Imperialisme: Dampaknya yang Masih Terasa Hingga Kini
- Kongres Pemuda Pertama
- Pahlawan dari Sumatera Barat
- Pahlawan dari Sumatera Utara
- Peninggalan Hindu Budha
- Penyimpangan pada Masa Orde Lama
- Perbedaan BPUPKI dan PPKI
- Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
- Sejarah Pendudukan Jepang di Hindia Belanda 1942–1945