Kemasan – Grameds pasti sudah tidak asing dengan keberadaan kemasan ‘kan? Yap, kemasan alias wadah pembungkus suatu produk memiliki beragam jenisnya bergantung isinya. Bahkan mungkin saja Grameds pernah mendesain sebuah kemasan yang diperuntukkan untuk suatu produk, baik itu ketika sekolah atau ketika bekerja seperti saat ini. Keberadaannya yang umumnya sebagai wadah dari suatu produk ini tidak akan lepas dari kehidupan manusia.
Kemasan yang diproduksi suatu perusahaan atau industri besar biasanya perlu melewati beberapa tahapan terlebih dahulu, terutama untuk menentukan desain dan warnanya. Hal tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsinya yang sebagai wadah saja tetapi ternyata juga berdampak pada psikologis calon konsumen. Maka dari itu, setiap wadah dari suatu produk itu tidak hanya dibuat berdasarkan tren saja, tetapi perlu mempertimbangkan banyak hal. Lalu sebenarnya apa sih kemasan itu? Mengapa pula harus diperhatikan sedemikian rupa padahal fungsi dasarnya hanya sebagai wadah? Bagaimana sejarah perkembangannya hingga dapat beragam jenisnya seperti yang ada di zaman sekarang ini?
Nah, supaya Grameds tidak bingung, yuk simak ulasan berikut ini!
Daftar Isi
Pengertian Kemasan
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kemasan adalah suatu bungkus pelindung ada di suatu produk barang dan berasal dari hasil aktivitas pengemasan. Hal ini ternyata berhubungan langsung dengan desain kreatif yang didasarkan pada kreativitas manusia. Menurut Klimchuk dan Krasovec (2006), mengungkapkan bahwa kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan pada bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain disertai dengan informasi produk itu sendiri supaya dapat mudah dipasarkan.
Istilah “kemasan” ini berasal dari kata dasar “kemas” yang berarti teratur (terbungkus) secara rapi. Di dalam dunia niaga, kemasan dapat diartikan sebagai bungkus pelindung produk niaga. Meskipun hanya sebagai bungkus pelindung produk, keberadaannya tidak main-main lho… Sebab wadah harus dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif dan bersedia membeli produk tersebut. Maka dari itu, tujuan akhir dari aktivitas pengemasan adalah untuk menciptakan sebuah penjualan.
Kemasan bahkan sering disebut-sebut sebagai “the silent sales-man/girl”, sebab keberadaannya bertindak seolah mewakili ketidakhadiran pelayan dalam menunjukkan kualitas produk. Namun supaya sebuah wadah dapat disebut demikian, haruslah memiliki informasi yang mampu mengkomunikasikan antara penjual (perusahaan) dengan pembeli (sebagai konsumen). Bahkan, banyak pula para ahli pemasaran menyebut bahwa keberadaan desain wadah dapat menjadi pesona dari suatu produk (the product charm), sebab kemasan memang pada dasarnya berada di tingkat akhir dari suatu proses produksi. Berhubung wadah berada di tingkat akhir dari suatu produksi, maka bentuknya juga harus memikat mata (eye-catching) sekaligus memikat pemakaian (usage attractiveness).
Hingga saat ini, terdapat tiga alasan utama mengapa perusahaan atau pabrik produksi melakukan aktivitas pengemasan, yakni:
- Memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan, yang mana mampu melindungi produk dari hal apapun (termasuk kerusakan karena cuaca) dalam perjalanan dari pihak produsen menuju ke konsumen.
- Dapat melaksanakan program pemasaran, sebab efektif sebagai cara perusahaan dalam membedakan produknya.
- Dapat meningkatkan laba perusahaan, terlebih lagi jika pembuatannya dilakukan semenarik mungkin.
Sejarah Perkembangan Kemasan
Apakah Grameds tahu bahwa aktivitas pengemasan ini telah ada sejak abad 8000 SM? Yap, kala itu memang masih berada di zaman purba sehingga pengemasan dilakukan secara alami yakni menggunakan bahan-bahan alam berupa tanah liat, kulit binatang, daun-daunan, buluh bambu, pelepah pisang, dan masih banyak lagi. Lalu, bagaimana ya perkembangannya sehingga berbagai wadah produk di zaman sekarang dapat menarik untuk dilihat? Nah, berikut adalah ulasannya!
Sejarah Awal Kemasan
Sejarah awal desain kemasan disebut-sebut berawal dari 8000 SM, yakni dimana manusia sudah memiliki barang dan berpikir untuk menutupi sekaligus menyimpannya menggunakan bahan-bahan alami seperti anyaman rumput, kulit pohon, daun, kulit kerang, dan masih banyak lagi. Berhubung kala itu manusia sudah mampu berpikir bahwa produk atau barang-barang mereka harus disimpan sedemikian rupa supaya tidak hancur, mereka menggunakan bagian labu yang berongga dan kandung kemih binatang sebagai wadah dasarnya.
Lama-kelamaan, semakin berkembang pula pemakaian botol, toples, dan tempayan yang terbuat dari tanah sebagai wadah produk mereka.
Sejarah Tulisan Pada Kemasan
Keberadaan tulisan yang ada sekarang ini tidak lantas ada begitu saja, tetapi melewati perkembangannya terlebih dahulu. Simbol-simbol Sumerian atau Piktograf disinyalir sebagai komunikasi bahasa tertulis yang kemudian berkembang sepanjang waktu, yakni menjadi simbol suku kata sehingga dapat digunakan sebagai komunikasi oleh banyak budaya selama hampir 2000 tahun.
Selanjutnya, berkembang pula bahasa Semit yang berasal dari budaya Phoenicia Kuno tentang simbol berbunyi tunggal hingga menjadi abjad. Simbol-simbol tersebut pada zaman dahulu juga digunakan untuk mengidentifikasi wadah dari suatu produk meskipun kemasannya masih sederhana, yang mana untuk mengidentifikasi mengenai identitas sosial (siapa), kepemilikan (siapa pemiliknya), dan asal mula (siapa pembuatnya).
Awal Mula Dicantumkannya Merk Dagang Pada Kemasan
Setelah masa transisi dari abad pertengahan menuju dunia modern, yakni masa renaissance, muncul konsep desain grafis. Pada tahun 1500, seorang pengusaha pabrik kertas bernama Andreas Bernhard menjadi sosok pertama yang mencantumkan nama mereka (sebagai merk dagang) di atas produknya dengan wadah tercetak. Kemasan yang sekaligus pembungkus itu disebut-sebut sebagai desain kemasan yang pertama kali ada di dunia.
Masa Industrialisasi
Pada abad ke-18, di wilayah Eropa terjadi ekspansi komersial secara besar-besaran, beriringan dengan pertumbuhan kota yang tinggi sekaligus distribusi kemakmuran yang meluas. Tidak hanya itu saja, pemasaran akan produk perawatan tubuh juga meningkat dan bahkan pada desain wadah untuk produk sabun juga mencerminkan nilai kemewahan. Pada kala itu, kotak kayu dan kantong serat digunakan sebagai material utama dalam pembuatan kemasan.
Berhubung permintaan barang dari konsumen semakin meningkat, maka berkembang pula adanya kaleng, kaca, aluminium, dan kantong kertas sebagai bahan dasar pembuatan kemasan. Selanjutnya pada tahun 1798, Nicholas Louis Robert berhasil menemukan mesin pembuat kertas sehingga mampu memproduksi kertas secara lebih cepat dan harga yang murah. Lalu, pada tahun 1817, kotak kardus komersial juga dibuat pertama kalinya di Inggris hingga berkembang menjadi karton bergelombang dengan kualitas yang lebih tahan lama.
Masa Ekonomi Baru
Sekitar abad ke-19, muncul metode produksi dan distribusi dalam hal pengemasan. Tepatnya pada tahun 1899, Henry G. Eckstein berhasil menciptakan wadah berlapis lilin sehingga memberikan kesempatan emas bagi para produsen untuk tetap mendistribusikan produknya dan lebih tahan segar dalam waktu yang lama.
Abad Ke-20
Pada tahun 1906, muncul Undang-Undang Federal Food and Drugs Act yang mana melarang adanya pemalsuan label atau penulisan yang tidak sesuai dengan isi produknya. Perundang-undangan tersebut menjadi peraturan yang pertama kali membahas mengenai desain wadah. Selanjutnya, penggunaan aluminium foil juga turut dikembangkan terutama ketika pabrik aluminium pertama kalinya dibuka di Swiss pada tahun 1910. Penggunaan aluminium foil sebagai wadah ternyata efektif untuk menjaga produk makanan dan obat-obatan dari pengaruh luar.
Perkembangan Bisnis Desain Kemasan
Pada awal tahun 1930, keberadaan wadah produk berkembang menjadi industri besar. Bahkan beberapa perusahaan industri mendirikan departemen khusus untuk mengembangkan wadah produknya. Kemudian disusul dengan adanya agen-agen periklanan yang menyediakan jasa desain.
Muncul Aturan Perlindungan Konsumen
Pada tahun 1962, presiden AS, J.F. Kennedy, berpidato dalam kongresnya yang pertama kalinya membahas mengenai perlindungan konsumen. Dalam pidatonya, Beliau mengakui bahwa konsumen berhak atas keamanan, informasi pilihan, kesegaran, hingga kenyamanan. Alhasil, banyak negara-negara yang juga mengatur adanya perlindungan konsumen ini, salah satunya Indonesia.
Kemajuan di Bidang Desain
Berhubung adanya perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknis dan pengetahuan ilmiah, maka tentu saja akan berpengaruh pada kemajuan material dan teknologi wadah. Mulai muncul kotak permen berukuran kecil, bubuk kering beku, tube aluminium yang dapat dipencet, hingga kemasan minuman yang terbuat dari laminasi foil. Perkembangan dalam hal wadah produk itu dinilai mampu memberikan perlindungan, kenyamanan akses, dan membuat produk (terutama makanan) menjadi lebih tahan lama.
Kemudian pada tahun 1990-an, banyak wadah produk yang menyertakan merk dagang mereka. Kala itu, perusahaan-perusahaan juga menyadari adanya kebutuhan lebih terhadap wadah produk sehingga mereka mulai mendirikan tim khusus sebagai bagian dari pemasaran untuk mengembangkan produk sekaligus mendesain kemasan. Hingga akhirnya pada abad ke-21 seperti saat ini, wadah produk sudah banyak yang berkembang dengan warna, tipografi, dan bentuk yang semakin unik tetapi tidak meninggalkan fungsi dasarnya yakni untuk melindungi produk supaya lebih awet.
Fungsi Kemasan
Pada dasarnya, kemasan memang berfungsi sebagai wadah produk supaya lebih awet. Namun, ternyata semakin berkembangnya zaman, keberadaan kemasan tidak hanya berfungsi demikian tetapi sekaligus sebagai alat promosi. Nah, berikut adalah fungsi dari kemasan sebuah produk.
1. Fungsi Protektif Kemasan
Fungsi ini berkaitan sebagai pelindung atau keamanan produk dari hal-hal yang sekiranya dapat merusak produk tersebut. Mulai dari cuaca iklim, debu, bakteri, dan masih banyak lainnya. Dari adanya wadah produk ini diharapkan dapat meminimalisir adanya kerusakan dan risiko cacat pada produknya, yang mana mampu merugikan baik pada pihak pembeli maupun penjual.
2. Fungsi Promosional Kemasan
Menurut Kotler (1999), kemasan dari suatu produk memenuhi empat fungsinya, salah satunya sebagai alat pemasaran.
- Self Service: kemasan produk dapat berfungsi untuk menegaskan ciri khas dari suatu produk yang hendak dijual. Maka dari itu, setiap produk pasti akan memiliki bentuk kemasan yang berbeda.
- Consumer Affluence: konsumen dinilai bersedia membayar lebih mahal lagi untuk adanya kemudahan, penampilan, dan prestise dari kemasan suatu produk.
- Company and Brand Image: kemasan merupakan suatu brand image perusahaan alias identitas perusahaan supaya dapat lebih dikenal oleh masyarakat.
- Innovation Opportunity: kemasan produk yang inovatif terbukti mampu memberikan manfaat kepada konsumen sekaligus menguntungkan perusahaan.
Fungsi Umum Kemasan
- Sebagai pelindung produk dari faktor kerusakan, baik itu disebabkan oleh faktor biologi, kimia, maupun fisika.
- Memudahkan dalam pengiriman dan pendistribusian.
- Memudahkan penyimpanan produk.
- Memudahkan penghitungan, terutama ketika tengah melewati tahap pengemasan jumlah.
- Sarana informasi sekaligus promosi dari produk yang dijual.
Klasifikasi Kemasan
Berdasarkan Struktur Isi
1. Kemasan Primer
Yakni dengan bahan kemasnya langsung mewadahi produknya, biasanya bahan pangan berupa kaleng susu, botol minuman, dan lain-lain.
2. Kemasan Sekunder
Yakni yang digunakan untuk melindungi kemasan primer supaya tidak terjadi kerusakan pada produknya. Contoh: karton, kardus, tali, plastik, dan lain-lain.
3. Kemasan Tersier
Yakni yang digunakan untuk melindungi kemasan sekunder, terutama ketika melakukan pengiriman produk ke jarak jauh. Contoh: kayu, cardboard, dan lain-lain.
Berdasarkan Frekuensi Pemakaian
1. Kemasan Sekali Pakai (Disposable)
Yakni jenis yang langsung dibuang setelah dibuka demi menggunakan produknya. Misalnya bungkus plastik, bungkus daun, dan lain-lain.
2. Kemasan yang Dapat Digunakan Lagi (Multi Trip)
Yakni yang biasanya tidak dibuang langsung oleh konsumen, tetapi akan digunakan kembali. Bahkan biasanya, perusahaan akan memberikan produk dalam bentuk refill untuk mendukung penggunaan ulang tersebut. Contoh: botol minuman, botol kecap, botol pembersih lantai, dan lainnya.
3. Kemasan yang Tidak Dapat Dibuang (Semi Disposable)
Yakni jenis yang biasanya akan digunakan lagi untuk kepentingan lainnya. Dalam wadah ini, perusahaan jarang memberikan produk refill untuk produk yang sama. Misalnya kaleng biskuit yang dapat digunakan kembali sebagai tempat rengginang.
Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pakai
1. Kemasan Siap Pakai
Yakni jenis yang memiliki bahan kemas untuk siap diisi dengan bentuk yang telah sempurna, terutama setelah keluar dari pabrik. Contoh: botol dan kaleng.
2. Kemasan Siap Dirakit
Yakni yang masih memerlukan proses perakitan sebelum diisi dengan produk. Contoh: kaleng yang masih dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel.
Mengenal Apa Itu Label Kemasan
Sebelumnya, telah disebutkan adanya label yang biasanya tercantum bersama merk dagang pada kemasan. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), label dalam kemasan dapat memiliki variasi, mulai dari tanda pengenal produk yang sederhana hingga grafik keterangan gizi. Pada tingkatan terakhir, label dapat mengidentifikasikan produk atau merk dagang.
Tidak hanya itu saja, label juga dapat menjelaskan mengenal hal-hal yang berkaitan dengan produk, mengenai siapa yang membuatnya, dimana lokasi pembuatannya, kapan waktu pembuatannya, bagaimana bentuk isi produknya, bagaimana produk tersebut digunakan, hingga keterangan waktu kadaluarsanya.
Fungsi Warna Dalam Kemasan
Apakah Grameds menyadari bahwa warna dalam kemasan produk itu beragam? Yap, warna menjadi aspek penting dalam desain kemasan dan bahkan mampu memberikan dampak psikologis bagi konsumen. Konsumen dinilai lebih mengidentifikasi warna pada kemasan terlebih dahulu, baru setelah itu melihat tulisan yang memuat informasi produk. Penggunaan warna yang tepat disinyalir dapat menarik perhatian dan memungkinkan membuat perbedaan dari kompetitor terutama ketika diletakkan di sebuah rak ritel.
Dalam konsep asosiasi warna yang diterapkan pada wadah produk, setiap warna ternyata mampu menggambarkan sekaligus mengkomunikasikan informasi kepada konsumen. Berikut beberapa asosiasi warna yang dapat diterapkan pada wadah produk.
- Warna merah sangat sering diterapkan dalam wadah produk sebab sangat menarik perhatian konsumen. Warna ini melambangkan intensitas rasa (panggang, pedas, panas) atau kekayaan rasa buah misalnya strawberry, apel, dan ceri.
- Warna oranye, dapat mengkomunikasikan merk yang kuat dan energi untuk informasi akan rasa segar, pedas, atau buah-buahan.
- Warna kuning dalam wadah produk sangat menstimulasi mata sehingga sangat menarik perhatian. Dalam produk makanan, warna kuning ini sering digunakan untuk mengkomunikasikan adanya rasa jeruk atau adanya kandungan mentega.
- Warna hijau dalam wadah produk biasanya untuk melambangkan rasa mint, asam, apel, dan jeruk nipis. Namun, warna hijau juga dapat menandakan bahwa produk tersebut bermanfaat bagi kesehatan.
- Warna ungu biasanya digunakan untuk wadah produk dan mengkomunikasikan rasa buah beri, misalnya anggur dan blueberry.
Nah, itulah ulasan mengenai apa itu kemasan dan sejarah perkembangannya hingga akhirnya dapat mengalami kemajuan seperti saat ini.
Baca Juga!
- Pengertian dan Tingkatan Brand Loyalty
- Siapa Pendiri Indomaret?
- Perjalanan Kisah Pendiri Alfamart
- Apa Itu Teori Produksi?
- 13 Tujuan Promosi dan Cara Mewujudkannya
- Pengertian dan 7 Jenis Pemasaran
- Apa Itu Direct Marketing?
- Mengenal Sales Promotion Sebagai Trik Jitu Penjualan Produk
- Definisi Copywriting dan Teknik Pembuatannya
- Pengertian dan Tolok Ukur Brand Awareness