Kata penelitian tentu sangat sudah sangat familiar bagi mahasiswa. Sebab, di sepanjang masa kuliah, mahasiswa seringkali bersinggungan langsung dengan penelitian ataupun hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Banyak mata kuliah yang memakai penelitian sebagai dasar pembelajaran. Baik itu sebagai studi literatur, tugas, dan penelitian yang dilakukan sendiri seperti pengerjaan tugas akhir ataupun skripsi. Pada artikel kali ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai paradigma penelitian.
Daftar Isi
Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan metode ilmiah supaya bisa menguasai dan memperoleh solusi dari suatu permasalahan yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran yang mempunyai karakter kesahihan ilmiah. Ada banyak sekali kebenaran yang dapat dibuktikan dengan metode ilmiah, umumnya apapun kebenaran yang sifatnya metafisik ataupun estetik. Misalnya saja adalah kebenaran pada agama ataupun keindahan yang subjektif. Kebenaran ilmiah tersebut adalah kebenaran yang berlandaskan indera dan daya rasional. Sehingga kebenaran ilmiah cukup terbatas dan bukan kebenaran yang hakikat. Jadi, kebenaran ilmiah tersebut mempunyai perilaku tentatif ataupun tidak tetap. Jika disimpulkan, maka kebenaran ilmiah yang dulu pernah ditemukan adalah kebenaran yang sifatnya tidak abadi. Sebab, kebenaran dapat diuji ulang berdasarkan temuan terdahulu.
Pengertian Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah kerangka berpikir yang dipakai oleh para peneliti dalam memandang realita suatu permasalahan dan juga teori ataupun ilmu pengetahuan. Menurut penuturan dari Guba (1990), paradigma penelitian merupakan seperangkat keyakinan dan juga persetujuan bersama antara ilmuwan satu dengan ilmuwan lainnya tentang bagaimana sebuah masalah harus ditangani dan juga dipahami.
Secara umum, terdapat dua kelompok paradigma yang sering digunakan oleh para peneliti. Dimana paradigma yang kerap digunakan oleh para peneliti adalah paradigma kuantitatif dan kualitatif. Kedua paradigma tersebut mempunyai kriteria dan juga metode tersendiri. Baik itu paradigma penelitian kuantitatif ataupun kualitatif. Keduanya mempunyai karakteristik dan juga kelebihan serta kekurangannya sendiri.
Selain kedua paradigma itu, ada juga paradigma penelitian lainnya yang mendasari. Beberapa paradigma itu antara lain paradigma positivisme, paradigma konstruktivisme, paradigma pragmatisme, paradigma kritis, dan juga paradigma subjektivisme.
– Konstruktivisme: Artinya adalah percaya bahwa tidak ada kebenaran atau realitas yang sifatnya tunggal. Realitas tersebut harus ditafsirkan dan setia penafsiran pasti berbeda. Pendekatan yang ada di dalam paradigma ini memakai pendekatan kualitatif.
– Positivisme: Percaya bahwa ada kebenaran tunggal dari suatu kejadian ataupun pandangan. Realitas yang ada di positivisme dapat diukur dengan metode yang valid dan terpercaya. Pendekatan yang dipakai pada paradigma tersebut adalah pendekatan kuantitatif.
– Pragmatis: Itu artinya adalah percaya bahwa kenyataan ataupun realitas yang ada dapat diperdebatkan dan diinterpretasikan. Oleh karena itu, cara yang paling baik yang bisa digunakan dalam penelitian adalah menemukan solusi dari setiap masalah yang datang. Pendekatan pada paradigma pragmatis merupakan perpaduan dari kuantitatif dan kualitatif.
– Subjektivisme: percaya bahwa kenyataan merupakan apa yang dipercaya peneliti sebagai sebuah realita yang nyata. Sehingga subjektivis berpendapat bahwa pengetahuan merupakan perkara sudut pandang. Dimana paradigma subjektivis memakai pendekatan arkeologis, dekonstruktif, dan juga analisis wacana.
– Kritis: Percaya bahwa kenyataan merupakan wujud yang dikonstruksikan sehingga selalu di bawah hubungan kuasa yang berkelanjutan. Paradigma tersebut umumnya menggunakan cara kritik ideologi, etnografi, kritis, dan analisis wacana.
Selain itu, paradigma juga memiliki beberapa terminologi filosofis yaitu epistemologi, ontologis, metodologis, dan juga aksiologis.
a. Epistemologi: artinya bagaimana sesuatu itu bisa diketahui.
b. Ontologi: artinya apa yang ingin diketahui, umumnya berhubungan dengan realita yang ada.
c. Aksiologi: artinya menjelaskan mengenai sebuah nilai dari penelitian.
d. Metodologi: artinya bagaimana para ilmuwan mencari tahu.
Mengapa Hal Itu Penting?
Adanya epistemologi dan juga ontologi di sebuah masalah dapat dipandang secara holistik atau menyeluruh mengenai bagaimana sebuah pengetahuan dipandang dan bagaimana kita para peneliti dapat melihat diri kita sendiri dalam kaitannya dengan pengetahuan dan juga strategi metodologis yang akan dipakai untuk mengungkapnya. Dengan adanya kesadaran mengenai asumsi filosofis, peneliti akan dapat meningkatkan kualitas penelitian dan dapat berkontribusi pada perkembangan sebuah penelitian.
Jenis-jenis Paradigma Penelitian
Untuk mempermudah kita dalam memahami paradigma penelitian saat akan menyusun sebuah karya ilmiah yang akan kita kerjakan, maka alangkah lebih baik jika memahami tentang jenis-jenis paradigma penelitian. Berikut adalah penjelasan lengkapnya:
1. Paradigma Penelitian Kuantitatif
Paradigma kuantitatif adalah paradigma yang dilandasi oleh filsafat positivisme, dimana tidak mengakui adanya unsur teologi dan juga metafisik. Paradigma yang satu ini meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan satu-satunya pengetahuan yang valid. Pengetahuan yang dimaksud tersebut yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang sudah kita lalui. Dimana pengalaman itu kita rasakan oleh indera kita yang nantinya akan diolah oleh pikiran kita sendiri.
Karena berawal dari pengalaman pribadi, maka objek penelitian biasanya tidak jauh dari hubungan dan sebab akibat antara pengalaman yang sudah kita lalui dan fenomena yang ada. Walaupun berasal dari pengalaman yang kita lalui, penelitian tetap saja berdasarkan fakta yang ada. Selain itu, penelitian juga dapat dilandasi oleh asumsi dengan melihat fakta yang ada. Sehingga, paradigma tersebut menggunakan asumsi kita yang telah kita bangun dari fakta yang kita dapatkan dari proses berpikir kita terkait fenomena ataupun kejadian tertentu.
Selain itu, paradigma kuantitatif juga mempunyai pandangan bahwa sumber ilmu salah satunya yaitu pemikiran rasional data empiris. Pemikiran tersebut didasari dari kesesuaian dengan teori terdahulu yang umumnya disebut sebagai koherensi. Dimana di dalam prosesnya, diawali dari asumsi ataupun yang biasanya kita sebut sebagai perumusan hipotesis. Untuk kemudian diverifikasi supaya mendapatkan teori baru. Dalam memandang sebuah peristiwa, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa variabel yang ada didalamnya bisa saja berubah bergantung dengan kondisi dan situasi. Oleh sebab itu, pada penelitian kuantitatif hanya memakai variabel tertentu saja. Dimana variabel yang dipakai umumnya hanya yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
2. Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma penelitian kualitatif adalah penelitian yang menempatkan manusia sebagai subjek penelitian. Paradigma tersebut termasuk menganut model humanistik karena menjadikan manusia sebagai subjek penelitian di dalam fenomena ataupun peristiwa yang akan kita teliti. Selain itu, paradigma kualitatif percaya bahwa manusia yang nantinya menentukan perilaku dirinya sendiri dan juga peristiwa sosial yang terjadi. Filsafat fenomenologis miliki Edmund Husserl yang nantinya dikembangkan dalam sosiologi oleh Max Weber menjadi landasan dari paradigma tersebut.
Pandangan itu menilai bahwa perilaku manusia dilandasi oleh pemikiran ataupun doktrin yang dimiliki oleh individu itu. Sehingga saat kita menggunakan paradigma kualitatif, suatu peristiwa tak hanya dipandang secara tunggal. Namun banyak unsur, aspek, dan hal lainnya yang membentuk perilaku tersebut. Intinya, kita bisa menyebutnya sebagai alasan apa saja yang menggerakkan manusia untuk bertindak. Baik hal tersebut disadari ataupun tidak disadari oleh individu tersebut.
Pada intinya, paradigma ini percaya bahwa manusia mempunyai kontrol untuk menentukan pilihan perilaku mereka. Selain menekankan pada individu tersebut, paradigma kualitatif juga menilai bahwa fenomena atau peristiwa harus dilihat secara menyeluruh. Tak cukup hanya dengan melihat fenomena tersebut tanpa melihat alasan ataupun penyebab dari peristiwa yang terjadi. Saat kita ingin melihat peristiwa yang terjadi disertai dengan penyebab terjadinya, maka paradigma kualitatif dapat menjadi pilihan yang tepat untuk Anda gunakan.
Berbeda dengan paradigma penelitian kuantitatif, paradigma penelitian kualitatif tidak terbatas pada pengujian hipotesis dengan memakai teori sebelumnya. Tapi harus menemukan teori baru yang ada dengan sistematis. Jadi, paradigma tersebut tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan. Namun, tidak dipakai untuk memverifikasi. Sebab, di dalam sebuah penelitian dengan paradigma ini berusaha untuk menggali faktor di balik fenomena, maka dari itu proses penelitian dianggap lebih penting dibandingkan dengan hasil penelitian yang diperoleh.
Itulah penjelasan mengenai apa itu paradigma penelitian dan jenis-jenis paradigma, mulai dari kuantitatif hingga paradigma penelitian kualitatif. Semoga bermanfaat!
- Abstrak
- Analisis Komparatif
- Cara Membuat Abstrak
- Cara Menentukan Judul Skripsi
- Contoh Kata Pengantar Skripsi
- Contoh Kata Pengantar Karya Ilmiah
- Ciri-Ciri Teks Laporan Hasil Observasi
- Contoh Teks Laporan Hasil Observasi
- Cara Review Jurnal
- FGD
- Hipotesis Komparatif
- Identifikasi Masalah
- Jurnal
- Pengertian Identifikasi
- Karya Ilmiah Populer
- Langkah-langkah Metode Ilmiah
- Langkah Mempersiapkan Wawancara
- Contoh Outline Skripsi
- Laporan Teks Percobaan
- Metode Komparatif
- Notasi Ilmiah
- Objek Penelitian
- Observasi
- OSIS
- Panduan Menulis Kata Pengantar Proposal
- Penalaran Kuantitatif
- Penelitian Deskriptif
- Pendekatan Holistik
- Pendekatan Kelingkungan
- Penelitian Komparatif
- Pendekatan Konstruktivisme
- Pendekatan Kuantitatif
- Perbedaan Artikel dan Jurnal
- Studi Kasus
- Studi Komparatif
- Study Plan
- Studi Pustaka
- Tahapan Penelitian Sejarah
- Uji Asumsi Klasik
- Variabel Penelitian
- Wawancara
\