Sosial Budaya

Difusi Budaya Adalah: Pengertian, Jenis, Bentuk, dan Proses Terjadinya

Difusi budaya adalah – Grameds, apakah kamu suka makan soto? Soto mana yang jadi favoritmu, nih? Apakah soto betawi, soto lamongan, soto bogor, atau soto bikinan ibu di rumah? Apapun jawabannya, ternyata pada dasarnya semua jenis soto yang ada di Indonesia itu sama saja karena berasal dari sebuah makanan Chinese yang bernama caudo atau jao to.

Lalu, bagaimana makanan ini bisa sampai di Indonesia yang jaraknya terpaut puluhan ribu kilometer? Jawabannya karena adanya difusi budaya, sehingga soto yang tadinya hanya ada di daratan Tiongkok bisa ada di Indonesia dan menjadi makanan favorit kita saat ini.

Difusi budaya adalah hal yang sudah terjadi sejak manusia masih hidup secara nomaden. Namun, apa yang dimaksud dengan difusi budaya? Simak uraian dalam artikel ini untuk menemukan jawabannya.

Pengertian Difusi Budaya

pixabay.com/DariuszSankowski

Budaya merupakan suatu pola hidup yang sifatnya abstrak, kompleks, luas dan ikut berperan dalam menentukan perilaku komunikasi serta kegiatan sosial manusia. Ada juga yang mengartikan budaya sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan, rasa, dan karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan kata lain, budaya meliputi apa saja yang dipelajari oleh masyarakat dari pola perilaku, pikiran, dan tindakan. Satu hal yang menarik dari budaya ini adalah dia dapat “bergerak” atau “berpindah” dari satu tempat ke tempat lain. Pergerakan atau perpindahan inilah yang disebut dengan difusi. Lebih tepatnya lagi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikannya sebagai penyebaran atau perembesan sesuatu–bisa kebudayaan, teknologi, ide, dsb–dari satu pihak ke pihak lain.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa difusi budaya adalah penyebaran budaya dari satu tempat ke tempat lain melalui perantara manusia. Lebih jauh lagi, Koentjaraningrat mengartikannya sebagai penyebaran unsur-unsur kebudayaan–seperti ide, keyakinan, hasil kebudayaan, dan lain sebagainya–dari satu individu/golongan/masyarakat ke yang lainnya.

Perpindahan budaya ini dapat mempengaruhi kehidupan suatu masyarakat, terutama sistem kebudayaannya sehingga menjadi lebih kompleks dan variatif. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa penyebaran budaya diikuti dengan penyatuan sosial budaya masyarakat asli dengan masyarakat lain yang datang dari wilayah berbeda.

Belajar tentang kebudayaan manusia memang tak pernah ada habisnya. Melalui buku Antropologi Budaya ini, kamu bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang difusi budaya. Jadi, tunggu apalagi segera dapatkan buku ini hanya dengan klik gambar saja, Grameds.

button rahmad jpg

Jenis-Jenis Difusi Budaya

unsplash.com

Jika dilihat dari proses penyebarannya, difusi budaya bisa dibagi ke dalam dua jenis, yaitu difusi relokasi dan difusi ekspansi. Difusi relokasi adalah penyebaran budaya yang terjadi akibat adanya perpindahan masyarakat dari satu lokasi ke lokasi lain. Contohnya seperti yang terjadi di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Masyarakat yang tinggal di sana dapat berkomunikasi dalam bahasa Spanyol, Inggris, Prancis, dan Portugis karena dulu banyak imigran dari Eropa yang datang ke daerah tersebut.

Sementara itu, difusi ekspansi merupakan proses penyebaran informasi, materi, dan sebagainya dari satu daerah ke daerah lainnya lewat suatu populasi tanpa adanya perpindahan populasi tersebut. Difusi ekspansi ini dibagi lagi menjadi tiga macam, yakni difusi kaskade atau hirarki, difusi menjalar, serta difusi stimulus. Berikut penjelasan singkatnya:

Difusi kaskade atau difusi hirarki

Ini adalah difusi budaya yang berlangsung secara bertahap. Biasanya dimulai dari satu orang atau sekelompok orang kepada orang atau kelompok lainnya.

Difusi kaskade ini bisa juga diartikan sebagai penyebaran budaya yang terjadi di tempat yang sangat padat penduduk, kemudian jarang, hingga semakin jarang. Karena prosesnya terjadi secara bertahap, maka budaya tersebut tidak tersebar secara langsung atau spontan.

Difusi menjalar

Difusi menjalar adalah sebuah difusi yang berlangsung sangat cepat karena setiap orang bisa melihat atau memaknai budaya secara bersamaan, mirip seperti penyebaran sebuah penyakit. Contohnya seperti penyebaran budaya yang terjadi saat ini, baik itu musik, makanan, pakaian, atau yang lainnya.

Difusi Stimulus

Jenis yang terakhir ini adalah proses penyebaran sebuah budaya namun budaya utamanya tidak tersebar. Dalam difusi ini, suatu kebudayaan bisa berpindah ke daerah lain yang jaraknya cukup jauh dengan cara yang tidak langsung.

Artinya, budaya yang berpindah tersebut akan melewati budaya-budaya atau suku bangsa lain sebelum sampai ke tempat tujuannya. Karena itu, dalam difusi stimulus satu budaya bisa berubah menjadi berbagai macam jenis. Contohnya seperti penyebaran soto tadi. Meski sumbernya satu, namun ketika sampai di daerahmu sudah mengalami banyak perubahan karena terpengaruh oleh budaya-budaya lainnya.

Bentuk-Bentuk Difusi Budaya

Menurut Kroeber, salah satu dampak yang ditimbulkan dengan adanya difusi budaya adalah perubahan bagi kebudayaan yang menyebar. Menariknya, penyebaran kebudayaan ini bisa dilihat dari dua sudut pandang.

Pertama dari pergerakan unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kemudian yang kedua dari proses penerimaan suatu kebudayaan yang dibawa individu-individu tertentu oleh masyarakat yang sudah mempunyai kebudayaan sendiri.

Penyebaran kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain oleh kelompok manusia terjadi puluhan ribu tahun lalu, saat manusia masih hidup dengan cara berburu dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari buruan. Sementara itu, yang dimaksud dengan “individu-individu” tertentu dalam penyebaran kebudayaan dari sudut pandang yang kedua tadi adalah pedagang, pelaut, dan juga ahli agama.

Nah berkaitan dengan pertemuan antara individu tersebut dengan masyarakat lain bisa berlangsung melalui empat cara–yang kemudian dikenal sebagai empat bentuk difusi budaya. Adapun keempat cara atau bentuk difusi budaya tersebut adalah sebagai berikut:

Hubungan Simbiotik

Hubungan simbiotik merupakan sebuah hubungan yang terjadi tanpa mengubah bentuk kebudayaan dari masing-masing pihak. Contohnya seperti yang terjadi saat proses barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito.

Saat itu, hubungan yang terjalin di antara kedua suku tersebut hanya berhenti pada barter barang-barang hasil buruan dan hasil hutan saja. Sementara itu, kebudayaan dari masing-masing suku tidak ada yang berubah sama sekali.

Penetration pacifique (pemasukan secara damai)

Bentuk difusi budaya yang kedua ini lebih sering terjadi dalam konteks perdagangan. Menariknya, penyebaran budaya melalui perdagangan ini akibatnya justru lebih jauh dan bertahan lama dibanding hubungan simbiotik. Misalnya seperti penyebaran agama Islam di Indonesia yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, Persia dan Arab. Saat itu, mereka membawa unsur-unsur agama Islam dan kebudayaannya secara tidak sengaja dan tanpa paksaan.

Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)

Berbanding terbalik dengan yang sebelumnya, penetration violante dilakukan dengan cara yang tidak damai. Biasanya hubungan ini terjadi karena penaklukan atau peperangan. Yup, penaklukan atau penjajahan dapat menjadi cara penyebaran kebudayaan secara paksa. Seperti budaya Belanda yang masuk ke Indonesia di jaman sebelum kemerdekaan dulu.

Stimulus diffusion

Stimulus diffusion merupakan proses difusi budaya yang terjadi lewat rangkaian pertemuan antar suku bangsa. Bentuk difusi yang terakhir ini terkadang digunakan saat ada unsur kebudayaan yang dibawa masuk ke dalam kebudayaan lain kemudian unsur itu merangsang munculnya unsur-unsur yang dianggap sebagai kebudayaan baru oleh masyarakat yang menerimanya.

Apakah kamu sudah paham dengan bentuk-bentuk difusi budaya? Tak perlu cemas, lewat buku Antropologi SMA Kelas 11, kamu akan mengetahui lebih banyak tentang difusi budaya dan bentuk-bentuknya lebih dalam lagi.

button rahmad jpg

Proses Difusi Budaya

Dari penjelasan mengenai pengertian, jenis, dan bentuk-bentuk difusi budaya di atas, bisa disimpulkan bahwa proses difusi budaya terjadi dalam dua bentuk. Pertama secara langsung dan yang kedua secara tidak langsung.

Proses difusi secara langsung berarti unsur-unsur suatu kebudayaan langsung menyebar di tempat masyarakat yang menerimanya. Misalnya kebudayaan Sunda dan Jawa yang secara geografis lokasinya berdekatan–dapat “saling meminjam” satu sama lain dengan adanya pernikahan, perdagangan maupun bentuk interaksi lain antara suku Sunda dan suku Jawa.

Sementara itu, difusi tidak langsung berarti unsur-unsur suatu kebudayaan singgah dulu dan berkembang ke suatu wilayah lalu masuk ke dalam lingkungan masyarakat penerimanya. Misalnya seperti seblak yang pada awalnya hanya terbuat dari kerupuk yang direndam di air panas. Setelah basah, kemudian dimasak dengan bumbu halus berupa bawang putih, kencur, dan cabai rawit.

Ternyata, sebagian besar perubahan sosial yang ada pada masyarakat merupakan hasil dari proses difusi budaya. Artinya perubahan sosial tersebut muncul karena unsur-unsur kebudayaan yang menyebar dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Apalagi, difusi sendiri dapat berlangsung di dalam kelompok maupun antar-kelompok.

Seperti musik Jazz yang dulunya berasal dari kalangan pemusik kulit hitam New Orleans. Dari situ, musik ini menyebar ke kelompok lain yang ada dalam masyarakat kulit hitam. Lama kelamaan, musik tersebut mulai menyebar ke masyarakat lain hingga dikenal di seluruh pelosok dunia.

Jadi, bisa dikatakan, difusi akan terus terjadi selama masyarakat saling berhubungan satu sama lain. Namun bukan berarti, masyarakat atau suatu kelompok tidak dapat menghindar dari difusi budaya, ya. Suatu masyarakat atau kelompok dapat menghindar dari difusi budaya dengan cara menolak melakukan interaksi dengan masyarakat lain. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Baduy Dalam saat ini. Mereka tetap berpegang pada ajaran leluhurnya dan menolak menerima kebudayaan modern yang ada di Indonesia.

Di sisi lain, difusi budaya juga bisa terjadi secara besar-besaran hingga sebagian besar kebudayaan suatu masyarakat berasal dari masyarakat lainnya. Misalnya seperti kebudayaan orang Amerika yang mayoritas berasal dari imigran yang datang ke negara tersebut. Dua fenomena tadi, menunjukkan bahwa difusi budaya adalah proses yang terjadi secara dua arah. Unsur-unsur kebudayaan tidak bisa menyerap jika tidak ada kontak antar manusia. Sebab dari kontak tersebut akan lahir difusi di kedua belah pihak.

Namun, di saat yang sama pertukaran ini kerap terjadi secara tidak seimbang. Terutama jika terjadi pada dua masyarakat yang status sosialnya berbeda jauh. Biasanya dalam kasus seperti ini, masyarakat dengan status sosial lebih rendah akan lebih banyak menyerap kebudayaan masyarakat berstatus sosial tinggi.

Misalnya, para budak di zaman dulu lebih banyak menyerap kebudayaan dari para majikannya. Sedangkan budaya para budak tersebut akan terlupakan dan tersisihkan dengan sendirinya.

Prinsip yang sama berlaku juga pada kontak yang terjadi antara dua masyarakat dengan tingkat teknologi yang berbeda. Masyarakat yang teknologinya lebih sederhana akan menyerap kebudayaan dari masyarakat dengan teknologi yang lebih tinggi.

Kemudian, difusi juga merupakan sebuah proses selektif yang bisa ditolak dan diterima. Suatu kelompok masyarakat bisa menerima beberapa unsur kebudayaan dari kelompok lainnya dan pada saat yang sama menolak beberapa unsur lainnya. Seperti masyarakat Indonesia yang menerima banyak jenis makanan India namun menolak agama mereka. Atau orang-orang india yang menerima kuda-kuda dari orang kulit putih tapi tidak dengan sapinya.

Selain itu, pada akhirnya difusi budaya akan disertai dengan modifikasi tertentu agar sesuai dengan kehidupan masyarakat penerimanya. Suatu budaya mempunyai prinsip, fungsi, bentuk, serta maknanya masing-masing. Nah salah satu atau semua segi ini bisa mengalami perubahan saat diserap oleh masyarakat lainnya.

Contohnya seperti orang Eropa yang menerima tembakau India dengan cara menghisapnya menggunakan pipa. Saat itu, mereka tidak mengubah bentuk awal tembakaunya, namun menambahkan bentuk lain, yaitu cerutu rokok batangan, tembakau kunyah, serta tembakau sedot.

Selain itu, mereka juga mengubah makna dan fungsi dari tembakau tersebut. Orang-orang India saat itu merokok tembakau untuk keperluan ibadah keagamaan. Namun orang-orang Eropa menggunakannya sebagai obat dan alat untuk bergaul atau mendapatkan kepuasan pribadi.

Perubahan ini terjadi juga pada agama Islam yang masuk ke Indonesia. Secara umum, bentuk luar dari agama Islam banyak diserap dan disesuaikan oleh masyarakat kita namun fungsi dan maknanya tetap sama. Hasilnya saat ini ada banyak adat atau budaya yang digabungkan dengan unsur-unsur agama Islam. Misalnya seperti tradisi malam satu suro yang digelar setiap tanggal 1 Muharram di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Contoh Lain Difusi Budaya yang Ada di Indonesia

Bahasa

Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi yang selalu kita gunakan setiap hari. Dalam bahasa Indonesia, ada banyak kata serapan dari bahasa Belanda dan bahasa Inggris yang bisa kita temukan. Berikut ini beberapa contoh kata serapan dari bahasa Belanda yang sudah tidak asing lagi:

  • Apotek: dari kata “apotheek”
  • Pabrik: dari kata “fabriek”
  • Handuk: dari kata “handdoek”
  • Kantor: dari kata “kantoor”
  • Arloji: dari kata “horloge”

Sistem Pemerintahan

Sebelum bangsa Belanda datang ke Indonesia dan membawa unsur-unsur kebudayaannya, masyarakat kita telah akrab dengan kebudayaan dari agama Hindu dan Buddha. Misalnya seperti sistem pemerintahan yang menggunakan sistem kerajaan. Saat ini, sistem kerajaan masih digunakan di beberapa daerah, seperti Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan lain-lain.

Tradisi

Di Indonesia tradisi berbagi rezeki masih sering dilakukan ketika ada sebuah pesta atau perayaan. Ternyata tradisi ini lahir atas pengaruh kebudayaan Islam dan Tiongkok. Itulah mengapa, kita senang berbagi rezeki secara ikhlas saat lebaran. Bentuk rezekinya bisa bermacam-macam, mulai dari uang, makanan, oleh-oleh, hasil alam, pakaian, dan lain sebagainya.

Seni Sastra

Sebagian besar prasasti kuno yang ditemukan di Indonesia mendapatkan pengaruh dari kebudayaan Hindu dan Buddha. Hal ini bisa dilihat dari bahasa yang digunakan dalam prasasti-prasasti tersebut, yaitu bahasa Sansekerta serta huruf Pallawa.

Selesai sudah pembahasan tentang difusi budaya yang cukup panjang ini. Sebagai penutup, perlu kamu ingat difusi budaya adalah proses yang dapat mendatangkan dampak baik dan buruk. Oleh karena itu, kamu harus pandai memilih dan memilah mana unsur kebudayaan yang bermanfaat baik dan mana yang tidak.

Dengan begitu, unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia dan daerah tempat tinggalmu tidak akan tergerus oleh kebudayaan yang baru. Sebab, kita masih punya kewajiban untuk melestarikan dan mengajarkan kebudayaan Indonesia kepada generasi selanjutnya.

Jika ingin mencari buku yang berkaitan dengan kebudayaan atau antropologi budaya, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana Putra

Sumber:

https://prezi.com/p/zzn2drqr81om/difusi-budaya/

Pratama, H., N., Manalu, N., A., Rozak, A., (2022) Difusi Kebudayaan Pada Kesenian Tulo-Tulo di Kota Sabang

Nailul Falah, S.Ag., M.Si (2022) Mencegah Difusi Budaya Melalui Pendekatan Konseling Analisis Transaksional (Studi pada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta)

Silvia Tabah Hati, M.Si, Perubahan Sosial Budaya

Baca juga:

About the author

Ratih