Ada banyak sekali istilah kekinian dalam bahasa Inggris yang digunakan oleh anak-anak muda saat ini, mulai dari red flag, inner child, toxic parents, sampai dengan strict parents. Pada dasarnya, strict parents adalah orang tua yang terlalu ‘ketat’ pada anak. Istilah ini mulai ramai digunakan di sosial media oleh para anak muda yang menceritakan kisah mereka sebagai anak dari orang tua yang memiliki peraturan ketat, seperti ketika ingin izin untuk pergi main. Karena istilah ini sedang ramai digunakan, apa kamu pernah mendengarnya, Grameds?
Dalam artikel kali ini akan dijelaskan secara detail dan mendalam mengenai strict parents untuk kamu yang mungkin belum tahu apa itu strict parents, mulai dari pengertiannya, penyebabnya, sampai dengan dampak dari pola asuh strict parents terhadap anak. Namun, sebelum mulai masuk ke pembahasan strict parents, ada buku parenting yang sangat bagus untuk dibaca oleh para orang tua, yaitu Parenting 4.0 Mendidik Anak Di Era Digital karya R.D. Asti.
Pengertian Strict Parents
Menjadi orang tua memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, karena para orang tua harus terus belajar seumur hidupnya dalam memahami sifat anak yang akan berubah seiring mereka beranjak dewasa. Selain itu, para orang tua juga harus menemukan pola asuh yang tepat, sebab hal tersebut bisa sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak itu sendiri.
Contohnya, apabila ada orang tua yang terlalu sering melarang anak dalam banyak hal, terutama ketika anak ingin mengembangkan talenta mereka atau mengikuti sebuah kegiatan yang mereka sukai, hal tersebut akan membuat anak menjadi merasa terkekang dan akhirnya jadi tidak memiliki rasa percaya diri untuk melakukan banyak hal.
Mengutip Cambridge Dictionary, pada dasarnya kata strict sendiri memiliki beberapa pengertian, yaitu yang pertama artinya adalah membatasi secara keras kebebasan seseorang untuk bersikap atau lebih memilih untuk menghukum dengan keras apabila seseorang tidak patuh.
Kemudian, kata strict juga bisa didefinisikan sebagai orang yang mengikuti sebuah peraturan/paham/prinsip dengan sangat ketat atau taat. Kata ini juga bisa berarti ketat atau kaku.
Jadi, dari arti kata strict di atas, dapat disimpulkan bahwa arti strict parents itu sendiri adalah orang tua yang ketat dan kaku, yang secara keras membatasi anaknya dalam bersikap atau memberikan hukuman yang keras apabila anak tidak mematuhinya.
Sedangkan dalam ilmu psikologi, strict parents adalah orang tua yang memiliki standar sangat tinggi pada anak dan sering kali terlalu menuntut anak. Beberapa pendapat mengatakan bahwa strict parents juga dapat mengacu pada orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter kepada anak-anaknya.
Penyebab Orang Tua Menjadi Strict Parents
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memang terlihat jahat di mata orang lain, tetapi pada dasarnya ada hal-hal yang menyebabkan orang tua menjadi terlalu mengekang anak. Beberapa penyebab yang biasanya mendasari orang tua menjadi sosok strict parents adalah karena pernah mengalami hal yang sama saat mereka masih anak-anak sampai dengan memiliki ketakutan yang berlebihan. Berikut ini akan dijelaskan apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan orang tua menjadi strict parents:
-
Daftar Isi
Memiliki Pengalaman yang Sama
Salah satu penyebab para orang tua menjadi strict parents adalah karena mereka juga pernah mengalami hal yang sama, yaitu terlalu dikekang oleh orang tua mereka sendiri. Para orang tua ini pernah dididik dengan banyak aturan dan cenderung otoriter, sehingga melakukan hal yang sama kepada generasi selanjutnya, dan mereka beranggapan bahwa pola asuh yang otoriter dan strict tersebut merupakan cara terbaik untuk membesarkan anak-anak mereka.
Padahal nyatanya, setiap generasi akan memiliki karakter yang berbeda sehingga dibutuhkan pola asuh yang berbeda pula dan tidak bisa disamakan dengan bagaimana orang tua mereka dulu mendidik.
Melansir dari kumparan.com, sebuah studi pada Child Maltreatment yang dilakukan pada tahun 2012 lalu membuktikan bahwa orang tua yang dulunya diasuh dengan pola asuh yang otoriter, kemungkinan akan mengulangi pola asuh tersebut saat mereka memiliki anak. Ini karena mereka berpikir bahwa menerapkan pola asuh yang sama menjadi cara yang paling tepat dalam mendidik anak serta dapat membuat anak jadi lebih disiplin.
-
Trauma Masa Lalu
Selain karena pernah mengalami pengalaman yang sama di masa lalu, yaitu dibesarkan dengan pola asuh yang mengekang, penyebab dari orang tua menjadi strict parents lainnya adalah karena mereka memiliki trauma di masa lalu.
Adapun trauma yang dimaksud di sini umumnya berupa pernah mengalami kejadian yang buruk di masa lalu, yang pada akhirnya membuat orang tua jadi tidak ingin mengalami kejadian yang sama, seperti kesalahan dalam pola asuh di dalam keluarga mereka, kebiasaan buruk yang bisa saja menurun ke anak, sampai pernah kehilangan anak.
-
Rasa Cemas dan Ketakutan yang Berlebihan
Dilihat dari arti strict parents itu sendiri, yaitu orang tua yang terlalu mengekang, sifat yang terlalu mengekang ini sendiri bisa disebabkan karena adanya rasa cemas serta ketakutan yang berlebihan dari para orang tua tersebut.
Dari sebuah riset yang pernah dilakukan, ada cukup banyak orang tua yang merasakan ketakutan berlebihan ketika anak mereka memiliki kegiatan di luar rumah, di mana mereka merasa jika anak mereka berada di luar rumah, keselamatan anak bisa terancam.
Namun, perasaan takut tersebut bukan tanpa sebab, rasa takut yang dirasakan oleh orang tua bisa muncul karena adanya rasa tidak percaya baik terhadap anak maupun terhadap lingkungannya, sehingga pada akhirnya orang tua memilih untuk melarang anak berkegiatan terutama kegiatan di luar rumah, meskipun kegiatan yang akan dilakukan bersifat positif.
Selain rasa takut yang berlebihan, penyebab orang tua menjadi terlalu mengekang lainnya adalah karena mereka memiliki rasa cemas yang tinggi. Rasa cemas yang tinggi ini kemudian ditutupi dengan menerapkan pola asuh yang otoriter, dengan menganggap bahwa orang tua selalu benar dan sebagai anak harus terus mengikuti dan patuh terhadap perintah orang tua.
-
Memiliki Neurotisme (Mental Blok) yang Tinggi
Dalam sebuah studi penelitian dalam Iranian Journal of Psychiatry yang terbit pada tahun 2018, menunjukkan bahwa orang tua yang menjadi strict parents cenderung memiliki tingkat neurotisme atau mental block yang terbilang cukup tinggi.
Lebih jelasnya, neurotisme sendiri adalah sebuah dimensi kepribadian yang menyangkut pada kestabilan dari emosi yang dimiliki oleh seseorang. Neurotisme ini sendiri ditandai oleh adanya rasa kecemasan, keraguan, memiliki perasaan negatif terhadap berbagai macam hal, ketakutan akan realita, sampai dengan depresi.
Singkatnya, orang tua yang memiliki mental blok atau neurotisme tinggi akan lebih berpotensi untuk menjadi strict parents.
-
Budaya di Lingkungan Sekitar
Penyebab lain yang mendasari orang tua menjadi strict parents adalah adanya budaya yang sudah turun-temurun dalam lingkungan. Tak dapat disangkal bahwa lingkungan sekitar juga dapat berpengaruh dalam membentuk pola pikir orang tua yang bisa menyebabkan mereka menjadi strict parents.
Salah satu contoh budaya turun-temurun yang dapat berdampak buruk adalah adanya anggapan bahwa anak perempuan tidak diperbolehkan terlalu sering berada di luar rumah, karena bisa dianggap menjadi perempuan yang tidak baik-baik.
Adanya anggapan tersebut dapat membuat orang tua menjadi takut untuk memperbolehkan anak banyak berkegiatan di luar rumah karena takut anak mereka dianggap bukan perempuan yang baik-baik. Yang kemudian, orang tua jadi membatasi anak untuk mengembangkan diri dengan mengikuti kegiatan di luar rumah, serta membuat anak jadi merasa tidak didukung untuk menjadi individu yang mandiri.
Adanya anggapan tersebut membuat anak mencari jalan mereka sendiri untuk bisa keluar dari rumah, seperti memilih melanjutkan pendidikan yang lokasinya jauh dari rumah atau bahkan kabur dari rumah.
-
Memiliki Rasa Empati yang Rendah
Orang tua yang sebelumnya juga diasuh dengan pola asuh yang otoriter dan memiliki strict parents tumbuh dengan kurangnya rasa kasih sayang dan kehangatan, sehingga mereka juga jadi kurang bisa berempati pada orang lain serta selalu memiliki pikiran dan perasaan yang negatif.
Rasa empati yang rendah atau kurangnya empati ini juga berpotensi membentuk orang tua menjadi sosok yang strict. Ini dikarenakan mereka akan merasa kesulitan untuk membangun sebuah hubungan yang dekat dengan orang lain. Orang tua yang memiliki rasa empati yang rendah juga akan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan kedekatan dengan anak mereka.
-
Memiliki Harapan Agar Anak Menjadi Penurut
Orang tua memang memiliki tugas untuk mendidik anak dan bertanggung jawab terhadap anak mereka, tetapi melarang anak untuk memiliki kegiatan terutama di luar rumah dengan harapan agar anak bisa menjadi penurut sangat tidak dibenarkan.
Mengapa? Sebab, dengan melarang anak dan memiliki harapan tersebut akan membuat kontrol anak terhadap dirinya sendiri seperti diambil oleh orang tua, sehingga membuat anak akhirnya menjadi takut untuk memilih jalan hidup yang akan mereka jalani nantinya dan bahkan menjadi terlalu bergantung pada orang tua.
-
Merasa Harus Menguasai Anak
Melihat arti strict parents yaitu orang tua yang ketat atau terlalu mengekang, dapat dipahami juga bahwa orang tua yang strict akan merasa bahwa mereka harus bisa menguasai anak secara penuh. Dalam artian, semua tingkah laku dan kegiatan anak harus berada di bawah pengawasan ketat mereka yang tanpa kompromi, dan anak hanya memiliki pilihan untuk mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang tuanya saja.
Padahal, dalam usia tertentu, anak seharusnya sudah harus diajarkan untuk memilih hal-hal apa saja yang mereka sukai dan tidak disukai yang memiliki manfaat jangka panjang di mana ke depannya anak jadi lebih mudah dalam mengambil keputusan dan memilih jalan hidup yang akan mereka jalani.
Pola pikir orang tua yang strict pada umumnya terlalu terobsesi untuk menguasai anak, di mana secara tidak langsung hal tersebut akan membuat anak menjadi kesulitan untuk menentukan pilihan mereka sendiri dan merasa tidak memiliki kebebasan dalam menjalani hidup.
Dampak Sosok Strict Parents Pada Anak
Perilaku yang terlalu mengekang yang biasa dilakukan oleh strict parents bukanlah sebuah hal yang bisa dibenarkan. Mengapa begitu? Karena, pola asuh otoriter dan sosok strict parents pada dasarnya bukan membuat atau merubah anak menjadi anak yang penurut, melainkan akan menyebabkan dampak yang buruk bagi anak.
Contoh yang paling sederhana dan akan terlihat dari anak yang memiliki orang tua yang strict adalah, anak jadi tidak merasa percaya diri dan selalu takut untuk melakukan suatu hal yang baru.
Adapun dampak yang ditimbulkan pada anak dari strict parents adalah sebagai berikut:
-
Anak Jadi Lebih Suka Berbohong
Ketika anak didisiplinkan dengan cara yang keras, terlalu mengekang, dan memarahi serta menghukum ketika anak melakukan kesalahan tanpa adanya empati dan rasa kasih sayang dari orang tua, akan muncul rasa takut pada anak terhadap orang tuanya.
Pada akhirnya, agar bisa bebas dari kekangan orang tua dan menghindari hukuman serta omelan dari orang tua ketika berbuat salah, anak akan berbohong dan sering menyembunyikan sesuatu dari orang tuanya.
-
Anak Merasa Tidak Bahagia Bahkan Mengalami Depresi
Beberapa penelitian, salah satunya adalah penelitian yang dirilis oleh The Journal of Psychology, menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki strict parents cenderung tidak merasa bahagia, merasa cemas dan khawatir, sampai dengan menunjukkan gejala-gejala depresi.
Sebab, mereka merasa tertekan dengan segala peraturan yang dibuat oleh orang tua mereka dan selalu merasa khawatir tidak dapat memenuhi ekspektasi orang tua yang terkadang terlalu berlebihan. Ditambah, jika orang tua yang strict selalu marah dengan melontarkan kata-kata makian yang buruk, yang membuat anak menjadi trauma.
-
Anak Jadi Tidak Percaya Diri
Dikarenakan biasanya anak dengan sosok strict parents terbiasa hidupnya didikte, maka membuat mereka jadi tidak percaya diri yang berakibat anak jadi tidak bisa membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Ini juga karena anak merasa bahwa jalan hidupnya sudah diatur dan merupakan milik orang tua.
Kehilangan rasa percaya diri ini juga bisa disebabkan karena orang tua yang jarang memberikan kepercayaan serta kesempatan untuk melakukan sesuatu pada anak, dilarang untuk mengungkapkan pendapat serta dilarang untuk mempertanyakan sesuatu seperti alasan mereka banyak dilarang melakukan banyak hal.
- Anak Bisa Berpotensi Tumbuh Sebagai Tukang Bully
Dampak buruk yang terbilang cukup mengerikan pada anak yang memiliki sosok strict parents adalah mereka memiliki potensi untuk menjadi seseorang yang suka melakukan bullying.
Ini karena secara tidak sadar pola asuh otoriter mengundang sifat bully ke dalam diri anak itu sendiri, seperti anak yang melihat cara yang keras untuk mendisiplinkan mereka dan hukuman fisik yang mereka terima dari orang tua ketika tidak patuh atau melakukan kesalahan.
Untuk melepaskan rasa kesengsaraan dan kekesalan mereka yang seperti ‘dibully’ oleh orang tua mereka sendiri, anak akan mencari orang yang lebih lemah untuk dijadikan sebagai sasaran perundungan. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang keras dan pemaksa agar bisa mendapatkan apa yang diinginkan, seperti bagaimana orang tua mengasuh mereka.
Itulah penjelasan yang cukup detail dan merinci dari pengertian strict parents sampai dengan penyebab serta dampak pada anak dari orang tua yang menjadi sosok strict parents. Dari penjelasan di atas, bisa dilihat bahwa strict parents adalah hal yang dapat berdampak buruk bagi anak, oleh karena itu orang tua harus mau belajar menjadi lebih baik dan mengesampingkan ego serta trauma mereka di masa lalu.
Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk Grameds. Jika ingin mencari berbagai macam buku tentang parenting, maka kedua buku dengan judul Jangan Salah Didik : Tip Parenting Untuk Pola Asuh Yang Tepat dan The Danish Way Of Parenting cocok dijadikan sebagai panduan agar bisa mendidik si buah hati dengan baik dan tepat. Dapatkan bukunya di gramedia.com.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Adinda Rizki P
- Beda Karakter dan Kepribadian
- Cara Menghilangkan Stres karena Masalah Keluarga
- Cabang Ilmu Psikologi
- Contoh Bullying
- Computational Thinking
- Confess
- Contoh Kebutuhan Individu
- Contoh Konflik Individu
- Contoh Sabotase
- Ekshibisionisme
- ENTP
- Identitas Personal
- Iri Adalah
- Jati Diri
- Kapabilitas Diri
- Kekurangan Diri Sendiri
- Krisis Identitas
- Melankolis
- Motivasi
- Perilaku Adaptif
- Perilaku Kolaboratif
- Perilaku Akuntabel
- Psikologi
- Rasional
- Reward
- Silsilah Keluarga Besar
- SWOT Diri
- Watak