Sosial Budaya Sosiologi

Asal-Usul Upacara Kasada: Memahami Budaya Suku Tengger

Written by Fandy

Asal-Usul Upacara Kasada – Halo Sobat Grameds, kalian pastinya sudah mengerti jika Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan tradisi. Setiap suku dan daerah memiliki warisan budaya yang unik, termasuk upacara adat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Suasana Kasada di Taman Nasional Gunung Bromo (Kadek Gita/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Salah satu upacara adat yang mencuri perhatian adalah Upacara Yadnya Kasada yang dilaksanakan oleh suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur. Upacara ini adalah salah satu bentuk ekspresi spiritual dan kepercayaan dalam memohon berkah serta keselamatan bagi komunitas suku Tengger.

Artikel ini akan membahas tentang asal-usul, ritual, makna, serta pentingnya Upacara Kasada dalam mempertahankan identitas budaya suku Tengger.

Yuk, biar tidak penasaran lagi, langsung simak ulasan tentang asal-usul Upacara Yadnya Kasada berikut ini sampai akhir.

Upacara Yadnya Kasada merupakan salah satu tradisi dari suku Tengger di Gunung Bromo, Jawa Timur. Upacara ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang datang setiap tahunnya.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam 6 Suku yang Ada di Pulau Jawa.

Asal-Usul Upacara Yadnya Kasada

Upacara Yadnya Kasada memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan mitologi suku Tengger. Menurut legenda, suku Tengger berkaitan erat dengan cerita tentang Jaka Seger dan Rara Anteng. Sementara itu, nama Tengger diambil dari nama keduanya, yaitu -teng dari akhiran nama Rara Anteng dan -ger dari akhiran nama Jaka Seger. Masyarakat Tengger percaya jika mereka merupakan keturunan dari keduanya.

Alur penjelasan mengenai cerita legenda itu simpang siur, tetapi cerita yang dianggap paling tepercaya menjelaskan jika Rara Anteng merupakan putri Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Dia lari ke Pegunungan Tengger setelah Majapahit hancur.

Suku Tengger di Bromo (Apryaje/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Dia lantas diangkat anak oleh seorang pandita bernama Resi Dadap Putih. Sementara itu, Jaka Seger merupakan seorang pemuda yang berasal dari Kediri yang mencari pamannya di Pegunungan Tengger. Mereka berdua lantas bertemu dan membentuk keluarga yang akan menurunkan penduduk Tengger di kemudian hari.

Pasangan ini awalnya berusaha untuk memiliki keturunan, tetapi belum juga diberkahi oleh seorang anak hingga sewindu usia pernikahan. Akhirnya, mereka mendatangi seorang bijak bernama Empu Baradah yang menyarankan untuk melakukan meditasi di kawah Gunung Bromo dan memohon kepada para dewa.

Setelah melalui meditasi yang panjang, dewa mengabulkan permohonan mereka hingga akhirnya Rara Anteng pun hamil. Setelah dikarunia sebanyak 25 anak, Rara Anteng dan Joko Seger ditagih janjinya untuk mengorbankan anaknya ke kawah Gunung Bromo.

Namun, keduanya menolak dan memboyong seluruh anak-anak mereka menuju ke Gunung Penanjakan. Sesampainya di sana, Gunung Bromo meletus dan mengambil Raden Kesuma (anak bungsu) dari tangan Rara Anteng dan Joko Seger. Setelah diambil, muncullah suara gaib dari Kesuma yang meminta kepada saudara-saudaranya agar setiap bulan Kasada selalu membawakan hasil bumi untuk dilabuhkan ke Gunung Bromo

Inilah awal mula dari Upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo. Setiap bulan Kasada, masyarakat Tengger selalu membawa hasil bumi ke kawah gunung Bromo berupa sayuran hasil pertanian mereka. Pada saat Upacara Yadnya Kasada, suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa buah-buahan, sayuran, dan hasil ternak ke kawah Gunung Bromo.

Tujuan dari pelaksanaan Upacara Yadnya Kasada adalah wujud syukur dan terima kasih kepada para dewa atas hasil pertanian dan ternak mereka yang melimpah. Selain itu, mereka juga meminta permohonan agar dijauhkan dari marabahaya.

Asal-usul Upacara Yadnya Kasada erat kaitannya dengan legenda Rara Anteng dan Jaka Seger. Keduanya dianggap sebagai nenek moyang suku Tengger.

Baca Juga: Mengenal Asal-Usul dan Adat-Istiadat 5 Suku Terbesar di Jawa.

Persiapan Upacara Yadnya Kasada

Sebelum pelaksanaan Upacara Yadnya Kasada, masyarakat Tengger mempersiapkan segala sesuatu dengan saksama. Persiapan dimulai jauh sebelum tanggal pelaksanaan upacara.

Beberapa persiapan yang dilakukan meliputi:

1. Pengumpulan Persembahan

Masyarakat Tengger mengumpulkan berbagai jenis persembahan seperti sayur, beras, buah-buahan, kain, dan hewan kurban sebagai tanda syukur dan penghormatan kepada para dewa.

2. Upacara Adat

Beberapa keluarga mengadakan ritual keagamaan di rumah-rumah mereka sebagai persiapan rohani.

3. Pembersihan Kawah

Sehari sebelum pelaksanaan upacara, para pemuka adat dan warga membersihkan kawah Gunung Bromo dari sampah dan sisa-sisa persembahan tahun sebelumnya.

4. Pengorbanan Hewan Kurban

Hewan kurban, seperti kerbau atau kambing, disembelih sebagai bentuk persembahan kepada para dewa dan sebagai tindakan pengejawantahan mitos asal-usul Upacara Yadnya Kasada.

Pelaksanaan Upacara Yadnya Kasada

Upacara Yadnya Kasada dilaksanakan setiap bulan ke-12 (Kasada) hari-14 dalam penanggalan Tengger. Para warga suku Tengger mengenakan pakaian adat dan berjalan menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa persembahan yang telah mereka siapkan. Perjalanan menuju kawah ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan kuda.

Sesampainya di kawah Gunung Bromo, upacara dilaksanakan dengan berdoa dan menyembah kepada para dewa. Para warga melemparkan persembahan-persembahan yang telah mereka bawa ke dalam kawah sebagai ungkapan terima kasih dan harapan akan berkah dan keselamatan.

Secara umum, berikut rangkaian upacara ritual Yadnya Kasada (di Poten):

  • Persiapan upacara;
  • Uyon-uyon (kidung-kidung);
  • Nglukat umat (penyucian tempat sembahyang);
  • Pembacaan Kitab Suci Weda;
  • Pembacaan sejarah Kasada, termasuk cerita perkawinan Rara Anteng dan Jaka Seger;
  • Nglukat umat (penyucian jiwa umat);
  • Muspa atau persembahyangan;
  • Doa pasca sembah;
  • Pemilihan calon dukun;
  • Labuhan sesajen;
  • Selamatan desa.

Makna dan Simbolisme Upacara Yadnya Kasada

Upacara Yadnya Kasada memiliki makna yang mendalam bagi suku Tengger. Secara harfiah, “Kasada” berasal dari kata kesada, yang berarti mengumpulkan. Makna ini mengacu kepada aksi mengumpulkan persembahan dan mengorbankan sebagian hasil pertanian kepada para dewa sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah.

Upacara Yadnya Kasada juga melambangkan kesetiaan terhadap tradisi dan janji yang telah dibuat oleh leluhur mereka.

Simbolisme lainnya terkait Kasada adalah Gunung Bromo itu sendiri. Gunung dianggap sebagai tempat suci dan tempat tinggal para dewa dalam pandangan masyarakat Tengger. Upacara di kawah Gunung Bromo adalah bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap kebesaran alam dan kekuatan alam semesta.

Baca Juga: 4 Upacara Adat Jawa Timur yang Wajib Kamu Ketahui!

Penutup

Upacara Yadnya Kasada memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan identitas budaya suku Tengger. Upacara ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi acara yang mengikat seluruh komunitas Tengger dalam suatu kesatuan yang erat. Melalui upacara ini, generasi muda diajarkan tentang sejarah, mitos, dan nilai-nilai leluhur mereka, yang kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Selain itu, Upacara Yadnya Kasada juga menarik perhatian banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan demikian, upacara ini juga berperan dalam mengenalkan budaya Tengger kepada dunia luar, memperkuat kebanggaan masyarakat terhadap warisan budaya mereka, dan mendorong pelestarian tradisi di tengah arus globalisasi yang terus berkembang.


Itulah artikel terkait “Asal-Usul Upacara Kasada” yang dapat kalian gunakan sebagai referensi dan menginspirasi kalian. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rekomendasi Buku dan E-Book terkait Budaya Jawa

1. Agama Jawa: Ajaran, Amalan, dan Asal-Usul Kejawen

Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa

Kejawen merupakan kepercayaan dari sebuah etnis yang berada di Pulau Jawa. Filsafat kejawen didasari kepada ajaran agama yang dianut oleh filsuf dari Jawa. Kejawen sebenarnya bukanlah sebuah agama, meskipun merupakan suatu kepercayaan. Menurut naskah-naskah kuno kejawen, kejawen terlihat lebih berupa seni, budaya, tradisi, sikap, ritual, dan filosofi orang-orang Jawa. Orang-orang Jawa yang percaya dengan kejawen relatif taat dengan agamanya.

Mereka tetap melaksanakan perintah agama dan menjauhi larangan dari agamanya. Caranya adalah dengan menjaga diri sebagai orang pribumi. Pada dasarnya, ajaran filsafat kejawen memang mendorong manusia untuk tetap taat dengan Tuhannya. Sejak dahulu kala, orang Jawa memang dikenal mengakui keesaan Tuhan. Itulah yang menjadi inti dari ajaran kejawen sendiri, yaitu dikenal dengan “sangkan paraning dumadi”.

Manusia Jawa memang selalu mencoba mencari harmoni antara alam makrokosmos dan mikrokosmos. Cara yang banyak ditempuh adalah melalui “laku” kebatinan atau ritual mistik kejawen, yaitu untuk menemukan rasa sejati dalam penggambaran sukma.

Fenomena mistik kejawen bagi sebagian orang memang masih mengundang tanda tanya. Bagaimana bentuk, teori, dan tata caranya? Adakah bentuk “laku” kebatinan yang lebih fleksibel bagi manusia modern? Bagaimana melakukan reinterpretasi terhadap mitos-mitos dalam mistik kejawen, sehingga bisa diterima oleh akal rasional?

Buku Agama Jawa ini memuat segala sesuatu tentang kepercayaan orang Jawa dan tradisinya, yang menjadi dasarnya adalah konsepsi manunggaling kawula Gusti (Tuhan bersemayam dalam diri setiap manusia) yang senantiasa dipegang teguh sejak dahulu hingga sekarang. Manembah (menyembah/menjalankan agama Jawa) adalah jalan seseorang untuk dapat menemukan kebahagiaan dan ajal sejatinya.

Istilah agama Jawa memang sering kali memunculkan perdebatan sengit, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa pengekspresiannya bagi banyak orang Jawa dianggap mampu memberikan rasa nyaman dan mengatasi kegelisahan hidup. Tentang cara ajaran itu diuraikan, diamalkan, hingga menempati ruang yang demikian istimewa di hati masyarakat Jawa, itulah yang dijabarkan secara lengkap di dalam buku ini.

Agama Jawa adalah buku yang ditulis atas dasar penelitian dari Prof. Dr. Suwardi Endraswara selama bertahun-tahun, seorang pengamat dan pencinta budaya Jawa dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu kejawen.

2. Kitab Primbon Jawa Serbaguna Tetap Relevan Sepanjang Masa

Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa

https://www.gramedia.com/products/kitab-primbon-jawa-serbaguna-tetap-relevan-sepanjang-masa?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Kitab primbon adalah sekumpulan kearifan lokal supaya seseorang mampu memahami dirinya, sesamanya, dan alam makrokosmos maupun mikrokosmos tempatnya hidup. Selama ratusan tahun, kitab primbon menjadi pedoman sehari-hari bagi orang Jawa untuk mengartikan berbagai fenomena. Kandungan ilmu di dalam primbon Jawa akan membuat kita mengerti sesuatu yang tidak dimengerti oleh orang lain. Ilmu ini terbukti tetap relevan dalam berbagai situasi dan berguna sepanjang masa.

Hal-hal penting yang termuat dalam Kitab Primbon Jawa Serbaguna ini antara lain:

  • Sifat, hari, pasaran, neptu, bulan, dan tahun.
  • Tabiat manusia menurut waktu kelahiran dan ciri fisik (letak tahi lalat, bentuk kepala, bibir, dagu, raut wajah, dan lain-lain).
  • Aneka perhitungan tentang jodoh dan pernikahan, prosesi perkawinan adat Jawa lengkap dengan upacara selamatannya.
  • Pengobatan tradisional untuk anak dan orang tua dari jamu khusus untuk ibu hamil dan menyusui, memperbanyak air susu ibu (ASI), cara semakin dicintai suami, hingga aneka resep tradisional untuk merawat bayi.
  • Makna berbagai firasat dari mimpi, kedutan, hati yang tiba-tiba berdebar-debar, telinga berdenging, dan lain-lain.
  • Arti dari fenomena alam dan lingkungan sekeliling mulai dari gempa bumi, lolongan anjing, perilaku kucing, tikus, kicau burung, datangnya kupu-kupu, terjadinya halilintar, gerhana matahari dan bulan, dan lain-lain.
  • Perhitungan tentang barang bisa ditemukan atau tidak.

3. Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya

Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa

https://www.gramedia.com/products/menguak-rahasia-ramalan-jayabaya-1?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Era reformasi di Nusantara pasca Orde Baru (Orba) telah diramalkan delapan abad silam oleh Jayabaya. Runtuhnya pemimpin tiran, degradasi kualitas pemimpin, dan situasi chaos telah didetailkan dalam ramalan Jayabaya. Gejolak kurs rupiah, krisis politik, gejala perpecahan bangsa, bahkan bencana gempa bumi, tsunami, dan lumpur Lapindo semuanya termuat di dalam ramalan Jayabaya.

Buku ini mengulas mengenai terkuaknya misteri ramalan Jayabaya pada masa kini, serta mencoba membaca tanda-tanda zaman untuk meneropong masa depan bangsa. Bagaimana nasib Nusantara setelah terjadi krisis multidimensi? Siapakah pemimpin Nusantara setelah zaman Kalabendhu berakhir? Temukan jawabannya di buku ini!

4. Bahaya Ramalan vs Dahsyatnya Nubuat dan Penglihatan

Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa

https://www.gramedia.com/products/bahaya-ramalan-vs-dahsyatnya-nubuat-dan-penglihatan?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Rumor kiamat 2012 menjamur di internet, berita, dan buku. Ramalan kiamat suku Maya ini muncul dari sebuah kesalahpahaman tentang kalender perhitungan panjang Maya Kuno. Fakta ini menunjukkan jika banyak orang masih memercayai ramalan di tengah modernitas zaman. Minat ini ditunjukkan dengan larisnya buku-buku ramalan, seperti karya Nostradamus, Jayabaya, dan film-film yang menyatakan mengenai kejadian pada masa depan.

Dampak memercayai ramalan pun sangat besar. Ramalan-ramalan yang menakutkan dapat menimbulkan ketakutan yang luar biasa. Akibatnya, mereka melakukan tindakan yang tidak realistis. Alkitab juga menyatakan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa depan. Allah yang Maha Tahu menyatakan pernyataan-Nya tentang masa depan melalui nubuat dan penglihatan yang disampaikan-Nya kepada orang-orang pilihan-Nya. Apakah nubuat dan penglihatan itu sama dengan ramalan? Temukan jawabannya di dalam buku ini!

Buku ini mengupas tentang apa, bagaimana, dan siapa yang ada di balik ramalan, nubuat, dan penglihat. Anda akan memahami bahaya besar yang ada di balik ramalan itu. Buku ini menolong Anda untuk tidak memercayai ramalan, tetapi memercayai Tuhan dalam melihat masa depan.

5. Pitutur Wong Jawa: Belajar Bijak Ala Orang Jawa

Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa

Dalam budaya Jawa terdapat banyak nasihat atau pitutur yang dapat kita petik hikmahnya. Pitutur ini berasal dari serat-serat (kumpulan nasihat yang dibukukan) seperti Serat Kalatidha, Serat Wulangreh, Serat Centhini, dan banyak lainnya. Secara umum, serat-serat yang diciptakan para pujangga besar seperti R. Ngabehi Ranggawarsita, R. Ngabehi Yasadipura II, dan Sultan Agung ditulis sekitar tahun 1700-an. Lalu, masihkah relevan dengan masa sekarang? Ternyata, banyak pitutur yang diciptakan itu masih bisa diterapkan hingga saat ini, misalnya nasihat tentang ilmu sejati (menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan) hingga menghindari sikap hedonisme dengan menjalankan laku prihatin.

Buku berjudul Pitutur Wong Jawa: Belajar Bijak Ala Orang Jawa ini adalah buku tentang kebudayaan Jawa, khususnya membahas kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terkandung di dalam berbagai serat-serat Jawa tempo dahulu. Selain itu, buku ini adalah sebuah cara untuk mempertahankan budaya Jawa yang adiluhung dan berkarakter.

Buku ini ditulis oleh Asti Musman, seorang penulis yang sudah malang-melintang di dalam kepenulisan budaya Jawa dan seluruh tulisannya dirisetnya sendiri selama berbulan-bulan dari lontar-lontar lama yang masih tersimpan di beberapa perpustakaan Yogyakarta.

FAQ

Siapa yang melakukan upacara Kasada?

Upacara Yadnya Kasada merupakan salah satu tradisi dari suku Tengger di Gunung Bromo, Jawa Timur. Upacara ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang datang setiap tahunnya.

Kapan pelaksanaan upacara Kasada?

Upacara Kasada dilaksanakan setiap bulan ke-12 (Kasada) hari-14 dalam sistem penanggalan Tengger.

Dari mana asal upacara Kasada?

Kasada adalah suatu upacara persembahan atau sesajen untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur yang dilaksanakan setiap ke-12 (Kasada) hari-14 dalam sistem penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger. Upacara adat tersebut digelar di Pura Luhur Poten, tepatnya di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari.

Apa fungsi upacara Kasada?

Tujuan dari pelaksanaan Upacara Yadnya Kasada adalah wujud syukur dan terima kasih kepada para dewa atas hasil pertanian dan ternak mereka yang melimpah. Selain itu, mereka juga meminta permohonan agar dijauhkan dari marabahaya.

Rujukan

  • “Eksotika Bromo Masuk Top 30 Event Wonderful Indonesia 2019”. Antara News. Diakses pada 27 Juli 2023.
  • “Lands of the Monsoon | Shows | BBC Nordic | BBC Worldwide Nordic”. BBC Worldwide Nordic. Diakses pada 27 Juli 2023.
  • “Tenggerese Hindu Ritual Meets Cultural Performances on Mount Bromo”. The Jakarta Post. Diakses pada 27 Juli 2023.
  • “Thousands of Tourists Witness the Yadnya Kasada Ritual in Mount Bromo”. The Jakarta Post. Diakses pada 27 Juli 2023.
  • “Yadnya Kasada Ritual Khas Suku Agraris Tengger”. Tempo. Diakses pada 27 Juli 2023.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman.

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.