Biologi

Ketahui Bunga yang Hampir Punah di Indonesia dan Penyebab Kelangkaannya

Written by Widya

Negara kita, Indonesia, terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Apakah Grameds tahu jika, sekiranya ada lebih dari 30 ribu spesies tumbuhan yang ada di Indonesia ini yang notabene nya ialah 15 persen jenis tumbuhan di dunia ini? Di antaranya, ada beberapa jenis tumbuhan langka yang sayangnya sudah mulai punah, dan keberadaannya pun sangat langka.

Bunga langka di Indonesia saat ini semakin berkurang jumlahnya, dan bahkan sebagian sudah dikategorikan langka dan nyaris punah, Grameds. Salah satu faktor penyebab kepunahannya pun bervariasi. Oleh karena itu dibutuhkan edukasi yang diwariskan secara turun-temurun agar kita bisa memberikan kontribusi dalam melestarikan bunga langka. Lalu, apa sajakah bunga langka yang nyaris punah?, mari kita simak artikel di bawah ini.

Bunga yang Hampir Punah di Indonesia

Beberapa spesies bunga di Indonesia yang dianggap terancam punah atau hampir punah adalah:

1. Anggrek Hitam (Coelogyne Pandurata)

Sumber: https://www.kaleialoha.com/

Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) adalah salah satu jenis anggrek yang dikenal karena keindahan dan keunikan bunganya. Anggrek ini merupakan spesies endemik Indonesia, khususnya ditemukan di pulau Sumatera. Anggrek Hitam dikenal dengan nama tersebut karena warna bunga yang cenderung gelap, sering kali berwarna ungu tua atau cokelat kehitaman. Selain warnanya yang khas, anggrek ini juga memiliki aroma yang wangi dan kuat.

Anggrek Hitam kini dianggap sebagai spesies yang langka di Indonesia. Salah satu alasan utama penurunan populasi anggrek ini adalah karena perusakan habitat alamnya akibat deforestasi dan perambahan hutan. Selain itu, perburuan liar juga merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup anggrek ini.

Karena statusnya yang langka, Anggrek Hitam menjadi salah satu fokus upaya konservasi untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Upaya-upaya pelestarian habitat alam serta pengendalian perburuan liar menjadi kunci untuk melindungi spesies ini dari kepunahan. Keberadaan Anggrek Hitam juga memiliki nilai penting dalam ekosistem alaminya sebagai bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia.

2. Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis)

Sumber: https://orchidhouseasia.com/

Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) adalah salah satu spesies anggrek yang sangat terkenal di Indonesia dan sering dianggap sebagai bunga nasional Filipina. Anggrek ini memiliki bunga yang indah dan elegan dengan kelopak yang lebar dan berwarna putih atau krem. Bunga Anggrek Bulan memiliki bentuk yang menyerupai bulan purnama yang terang di langit, sehingga mendapat julukan “Anggrek Bulan”.

Anggrek Bulan tumbuh di habitat alaminya di hutan hujan tropis, pohon-pohon besar, dan batang-batang pohon. Namun, spesies ini juga sering dibudidayakan dan ditemukan di taman-taman dan kebun-kebun di seluruh dunia sebagai tanaman hias. Keindahan bunga Anggrek Bulan membuatnya sangat diminati oleh para penggemar tanaman hias.

Meskipun Anggrek Bulan tidak dianggap sebagai spesies yang secara khusus terancam punah, tetapi seperti kebanyakan spesies anggrek lainnya, mereka menghadapi tekanan dari hilangnya habitat alami mereka dan perburuan liar. Upaya-upaya konservasi tetap penting untuk menjaga keberlangsungan populasi Anggrek Bulan dan spesies anggrek lainnya di habitat alaminya.

usaha pembibitan anggrekbutton rahmad jpg

3. Padma (Nelumbo Nucifera)

Sumber: http://www.walliscreekwatergarden.com.au/

Padma, juga dikenal dengan nama teratai atau lotus, adalah sejenis bunga air yang memiliki makna penting dalam berbagai budaya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Padma sering dianggap sebagai simbol keindahan, kesucian, kemurnian, dan kesuburan.

Secara botani, Padma termasuk dalam genus Nelumbo dan spesiesnya adalah Nelumbo nucifera. Bunga ini memiliki kelopak yang lebar dan berwarna-warni, seringkali berwarna putih atau merah muda. Daunnya besar dan melingkar di permukaan air, memberikan tampilan yang spektakuler di atas permukaan air yang tenang.

Selain keindahannya, Padma juga memiliki makna spiritual dan religius dalam beberapa agama dan tradisi, termasuk Hinduisme, Buddhisme, dan Taoisme. Dalam kepercayaan Hindu, Padma melambangkan kesucian dan kemurnian, seringkali dihubungkan dengan dewi-dewi seperti Dewi Saraswati dan Dewi Lakshmi. Sementara dalam Buddhisme, Padma melambangkan kesempurnaan, pencerahan, dan kemurnian hati.

Meskipun Padma merupakan simbol keindahan dan spiritualitas yang penting, namun habitat alaminya seringkali terancam oleh aktivitas manusia seperti degradasi lingkungan, polusi, dan perubahan iklim.

asyiknya memelihara anggrekbutton rahmad jpg

4. Raflesia (Rafflesia Arnoldii)

Sumber: Indonesia Tourism

Rafflesia arnoldii adalah sebuah tanaman berbunga parasitik yang terkenal karena memiliki bunga terbesar di dunia, baik dalam hal diameter maupun berat. Rafflesia arnoldii adalah spesies Rafflesia yang ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia.

Bunga Rafflesia dapat mencapai diameter lebih dari satu meter dan beratnya bisa mencapai 11 kilogram. Karakteristik yang paling mencolok dari bunga Rafflesia adalah bau busuk yang kuat, yang menyerupai bau bangkai, yang menarik serangga untuk membantu dalam penyerbukan.

Rafflesia arnoldii merupakan tanaman parasit yang tidak memiliki daun, batang, atau akar sendiri. Tanaman ini bergantung sepenuhnya pada tumbuhan inangnya, yaitu anggota famili Tetrastigma, terutama tumbuhan anggur liar. Rafflesia tumbuh di dalam jaringan tumbuhan inangnya dan hanya dapat diamati saat bunganya mulai mekar.

5. Edelweis Jawa (Anaphalis Javanica)

Sumber: thegorbalsla

Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) adalah sejenis tanaman berbunga yang endemik di Pulau Jawa, Indonesia. Edelweis adalah tanaman perdu yang tumbuh di dataran tinggi Pegunungan Jawa, terutama di wilayah Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Gunung Papandayan.

Tanaman ini memiliki ciri khas berupa kelopak bunga yang putih berbulu halus, memberikan tampilan yang lembut dan indah. Meskipun sering kali dianggap sebagai bunga, Edelweis sebenarnya adalah sekelompok bunga-bunga kecil yang terdapat di bagian atas tangkai bunga.

Edelweis Jawa memiliki makna penting dalam budaya Indonesia. Tanaman ini sering dianggap sebagai simbol keabadian, keteguhan, dan ketahanan hidup di tengah kerasnya lingkungan alam pegunungan. Sebagai simbol keindahan alam Pegunungan Jawa, Edelweis Jawa juga sering menjadi daya tarik bagi para pendaki gunung dan pengunjung wisata alam di Jawa.

6. Kantong Semar (Nepenthes spp.)

Sumber: https://mitalom.com/

Kantong Semar adalah tanaman Kantong Semar adalah salah satu jenis tanaman karnivora yang ditemukan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan nama ilmiah Nepenthes. Nama “Kantong Semar” merujuk pada bentuk kantung kecil yang menyerupai kantung yang digunakan untuk menyimpan air, dan “Semar” adalah nama tokoh dalam mitologi Jawa yang diasosiasikan dengan kesuburan dan kelimpahan.

Tanaman Kantong Semar adalah tanaman karnivora yang unik karena memiliki kantung berbentuk corong di ujung daunnya. Kantung ini berfungsi untuk menangkap dan mencerna serangga serta hewan kecil lainnya yang terjebak di dalamnya. Kantung Semar menggunakan cairan pencerna yang dihasilkan oleh kelenjar di dinding kantung untuk mencerna mangsanya.

Kantong Semar sering ditemukan di hutan-hutan lembab, rawa-rawa, dan dataran tinggi di Indonesia. Mereka biasanya tumbuh di tanah yang kaya akan nutrisi namun kurang dalam unsur nitrogen, sehingga mereka memperoleh nutrisi tambahan dari mangsa yang mereka tangkap. Karnivora ini juga bisa terancam punah dikarenakan hilangnya habitat dan perburuan untuk tujuan hortikultura.

storypedia flora fauna

button rahmad jpg

Penyebab Kelangkaan Flora di Indonesia

Ada beberapa faktor yang menyebabkan flora di Indonesia semakin mengalami penurunan, diantaranya adalah:

1. Deforestasi

Deforestasi adalah proses penggundulan hutan secara besar-besaran atau secara signifikan yang menyebabkan berkurangnya jumlah atau kerapatan pohon di suatu wilayah hutan. Ini bisa mencakup penghilangan hutan secara permanen atau sementara, termasuk penebangan hutan untuk kayu, perkebunan, pertanian, atau pembangunan infrastruktur manusia.

Proses deforestasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kegiatan manusia seperti penebangan liar, pembukaan lahan untuk pertanian atau perkebunan, penambangan, dan pembangunan perkotaan. Deforestasi juga bisa disebabkan oleh bencana alam seperti kebakaran hutan yang besar dan sering kali dipicu oleh aktivitas manusia.

Dampak deforestasi bisa sangat merusak bagi lingkungan dan ekosistem. Ini termasuk hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, kerusakan tanah dan erosi, penurunan kualitas air, perubahan iklim lokal dan global, serta penurunan keanekaragaman hayati.

Deforestasi juga berkontribusi pada perubahan iklim global karena pohon-pohon yang ditebang biasanya menyimpan karbon dalam jaringan mereka. Saat hutan ditebang, karbon tersebut dilepaskan ke atmosfer sebagai gas karbon dioksida, yang menyumbang pada pemanasan global dan perubahan iklim.

Karena dampak negatifnya yang besar terhadap lingkungan dan kehidupan manusia, upaya untuk mengurangi deforestasi dan memulihkan hutan yang telah hilang menjadi fokus utama dalam upaya konservasi dan perlindungan lingkungan di seluruh dunia.

2. Perubahan Iklim

Perubahan iklim memiliki kontribusi signifikan terhadap kelangkaan flora di Indonesia. Salah satu dampak utamanya adalah perubahan pola curah hujan dan suhu yang mempengaruhi ekosistem alami.

Penurunan curah hujan dan peningkatan suhu yang terjadi sebagai akibat dari perubahan iklim telah mengganggu kondisi habitat asli banyak spesies tumbuhan di Indonesia. Beberapa spesies flora yang hanya tumbuh di lingkungan tertentu atau memerlukan kondisi mikro yang spesifik untuk bertahan hidup, menjadi rentan terhadap perubahan iklim tersebut.

Selain itu, perubahan suhu dan curah hujan juga dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan yang dapat menghancurkan habitat dan populasi flora yang sensitif. Hilangnya habitat alami akibat deforestasi yang disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan, yang juga terkait dengan aktivitas manusia yang menyebabkan emisi gas rumah kaca, juga menjadi faktor penting dalam menyebabkan kelangkaan flora di Indonesia.

Oleh karena itu, upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati Indonesia dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

3. Perburuan dan Perdagangan Liar

Perburuan dan perdagangan liar memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangkaan flora di Indonesia. Praktik ini telah mengarah pada penurunan drastis populasi banyak spesies tumbuhan yang berharga dan unik di Indonesia. Flora langka sering kali menjadi target perburuan dan perdagangan ilegal karena nilai estetis, nilai obat tradisional, atau permintaan pasar internasional untuk keperluan hiasan dan koleksi.

Tindakan ilegal ini telah mengancam keberlangsungan hidup banyak spesies flora yang rentan, bahkan mengarah pada kepunahan beberapa di antaranya. Selain itu, perdagangan ilegal flora juga memberikan dampak ekonomi negatif dan merugikan bagi masyarakat lokal serta keanekaragaman hayati secara keseluruhan.

Upaya penegakan hukum yang lebih ketat, kesadaran masyarakat, serta kerja sama internasional dalam mengatasi perburuan dan perdagangan liar menjadi sangat penting untuk melindungi flora Indonesia yang langka dan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

4. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan memiliki dampak yang serius terhadap kelangkaan flora di Indonesia. Emisi limbah industri, pertanian, dan domestik mencemari udara, air, dan tanah, mengganggu keseimbangan ekosistem alami dan mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies tumbuhan. Tanaman rentan terhadap pencemaran lingkungan karena mereka menyerap zat-zat beracun dari lingkungan sekitarnya.

Akumulasi zat-zat kimia beracun seperti logam berat dapat meracuni tanaman dan merusak jaringan tumbuhan, menyebabkan kerusakan genetik, gangguan pertumbuhan, dan bahkan kematian. Selain itu, pencemaran air juga dapat mempengaruhi ketersediaan air bersih untuk tanaman, menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Pencemaran lingkungan yang terus-menerus dapat mengurangi keragaman genetik dan mengancam populasi flora yang sensitif, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan kelangkaan dan bahkan kepunahan spesies. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan memulihkan kualitas lingkungan hidup menjadi sangat penting dalam menjaga keberlanjutan flora di Indonesia.

5. Alien Invasive Species

Alien Invasive Species (Spesies Asing Invasif) mengacu pada organisme hidup yang tidak asli atau asing bagi suatu ekosistem tertentu dan memiliki kemampuan untuk menyebar dengan cepat serta mengganggu ekosistem asli di mana mereka berada.

Organisme ini biasanya diperkenalkan ke ekosistem baru secara tidak sengaja atau disengaja oleh aktivitas manusia, seperti perdagangan internasional, pertanian, atau transportasi. Alien Invasive Species dapat berupa tanaman, hewan, mikroorganisme, atau organisme lainnya.

Dampak Alien Invasive Species terhadap flora sangat beragam. Mereka dapat menyaingi spesies tumbuhan asli untuk sumber daya seperti air, nutrisi, dan cahaya matahari, menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan bahkan kepunahan spesies lokal.

Selain itu, beberapa spesies asing invasif memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan cepat dan menutupi habitat alami tumbuhan asli, menghambat pertumbuhan dan regenerasi mereka. Alien Invasive Species juga dapat menyebabkan perubahan struktur ekosistem, penurunan produktivitas lahan, dan gangguan terhadap siklus ekologi alami. Contoh Alien Invasive Species di Indonesia antara lain:

  • Lantana adalah tumbuhan semak asal Amerika Tropis yang telah menjadi invasif di berbagai wilayah di Indonesia. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan cepat, menutupi habitat asli tumbuhan lokal, dan menghambat pertumbuhan vegetasi alami.
  • Kecoa Amerika adalah spesies kecoa yang diperkenalkan secara tidak sengaja ke berbagai negara termasuk Indonesia. Kecoa ini dapat menjadi invasif di lingkungan urban dan rumah tangga, menyebabkan kerusakan struktur bangunan dan menimbulkan risiko kesehatan.
  • Kura-kura Sulcata yang juga dikenal sebagai kura-kura Gumprecht, adalah spesies kura-kura darat yang aslinya berasal dari daerah gurun di Afrika. Namun, kura-kura ini telah diperkenalkan ke berbagai negara termasuk Indonesia sebagai hewan peliharaan, dan populasi yang terlepas dapat menjadi invasif dan merusak habitat lokal serta persaingan dengan spesies kura-kura asli.
  • Hydrilla adalah tanaman air invasif yang telah menyebar luas di perairan tawar di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dengan cepat, membentuk gulma air yang tebal, dan mengganggu ekosistem air tawar dengan menurunkan kualitas air dan menghambat aktivitas perikanan dan transportasi air.
  • Lalat buah dari genus Bactrocera adalah spesies hama yang sering menjadi invasif di kebun-kebun buah-buahan di Indonesia. Lalat buah ini dapat merusak tanaman dan mengganggu produksi buah-buahan yang penting secara ekonomi.

Pengendalian Alien Invasive Species sangat penting untuk melindungi keberlanjutan flora di Indonesia. Upaya-upaya ini termasuk pencegahan penyebaran spesies asing invasif baru, pengawasan ketat terhadap perdagangan internasional tanaman dan hewan, serta upaya pengendalian dan eradikasi terhadap spesies invasif yang telah ada. Kolaborasi antar negara dan pemangku kepentingan juga diperlukan untuk mengelola dan mengatasi masalah yang diakibatkan oleh Alien Invasive Species secara efektif.

6. Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan, seperti konversi hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman manusia, juga merupakan ancaman serius terhadap flora. Hilangnya habitat alami mengakibatkan penurunan populasi flora dan bahkan kepunahan beberapa spesies.

Kesimpulan

Bunga langka yang nyaris punah merupakan bagian tak ternilai dari keanekaragaman hayati, tetapi sering kali menghadapi ancaman kepunahan akibat berbagai faktor. Deforestasi, perubahan iklim, perburuan dan perdagangan liar, serta pencemaran lingkungan adalah beberapa penyebab utama yang mengancam kelangsungan hidup bunga-bunga langka tersebut.

Untuk melestarikannya, langkah-langkah konservasi yang serius dan terarah menjadi sangat penting. Perlindungan habitat alami, penegakan hukum yang ketat terhadap aktivitas ilegal, upaya rehabilitasi habitat yang terganggu, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati menjadi kunci dalam upaya pelestarian bunga-bunga langka ini.

Kolaborasi antar negara dan pemangku kepentingan juga diperlukan untuk mencapai tujuan konservasi yang efektif dan menjaga agar keindahan dan keberagaman bunga langka terus ada untuk dinikmati oleh generasi mendatang. Mari lestarikan flora Indonesia dengan memperkaya literasi melalui buku-buku flora di Gramedia.com.

About the author

Widya